Bab 5 | Kisah Fara

"Kita nggak cuma fokus ke pasar luar kan, Om? Lokal masih, kan?" tanya Yuto, begitu duduk di kursi tamu di ruang Yuki, Omnya, si kepala cabang.

Yuki mengangguk. "Pasar lokal nggak akan ditinggalin. Tapi, Om baru aja dapat kabar, katanya pusat lagi dorong pengembangan di Jepang. Kemungkinan besar tahun depan kita buka cabang baru di Kyoto."

Yuto menaikkan alis. "Kyoto? Kenapa buka di Jepang lagi? Bukannya Tokyo udah cukup jadi basis utama kita di sana?"

Yuki tersenyum tipis. "Om Adam itu lagi fokus nguatkan akar perusahaan di Jepang dulu, sebelum ekspansi ke negara lain. Tokyo memang udah stabil, tapi Kyoto punya segmen yang beda. Lebih tradisional, kuat di budaya dan pariwisata. Cocok buat positioning produk kita yang premium."

Yuto mengangguk perlahan, mencerna penjelasan itu. "Jadi, cabang Langsa ini tetap bakal tangani distribusi sama klien lokal, dan kami tim ekspor harus siap bantu ekspansi Jepang juga?"

"Betul kali," jawab Yuki. "Makanya Yuto ditarok di sini sekarang. Posisi Yuto tuh strategis. Ngerti budaya kerja Jepang, ngerti cara main di pasar luar. Tapi juga paham pasar lokal. Itu yang perusahaan butuh sekarang."

Yuto menatap Omnya beberapa detik sebelum mengangguk. Ia tahu, di balik nada santai Omnya, ada tanggung jawab besar yang ingin dibagi.

“Oh iya,” kata Yuki lagi. “nanti Yuto koordinasi lagi sama tim Medan. Pengembangan desain dan kualitas tetap di sana. Tapi Yuto tetap pegang kendali penuh di lapangan untuk ekspor dari Langsa.”

Yuto tersenyum kecil. “Siap, Om.”

Ia sempat terdiam, pandangannya melayang ke meja kerja Yuki yang rapi, hanya ada satu cangkir kopi, setumpuk dokumen, dan komputer yang menyala. Tapi ada hal lain yang sebenarnya membuatnya datang ke ruangan itu, bukan sekadar ingin menanyakan urusan pekerjaan.

Yuto menggoyangkan kaki pelan, lalu akhirnya bersuara, terdengar ragu. “Om…”

Yuki menoleh. “Apa? Mau tanya apa?” tanyanya santai, sebelum menyesap kopi dari cangkirnya.

Yuto menarik napas kecil. “Gimana si Fara, Om?”

Yuki mengerjapkan mata sebentar, lalu tersenyum kecil, seperti sudah menebak arah pertanyaan itu. “Kenapa bisa kerja di sini?” tanya Yuki memastikan. Melihat ponakannya mengangguk, Yuki melanjutkan, “itu langsung perintah dari Kek Rio. Bukan urusan Om. Om cuma terima dia kerja di sini, sesuai arahan.”

Yuto mengangguk pelan. “Pasti si Kira merengek sama kakeknya, minta Kek Rio kasih kerja untuk Fara,” gumamnya.

Yuki juga mengangguk sambil tertawa ringan. “Orang itu udah temenan dari bocil. Jadi maklum aja kalau Kira sayang kali sama Fara. Apalagi dia tahu, kek mana si Fara dibuat di rumahnya.”

Yuto mengernyit. “Maksudnya... dibuat?”

Yuki meletakkan cangkir kopinya, lalu menatap Yuto dengan ekspresi heran. “Loh, Kak Yuri sama Sora nggak pernah cerita?”

“Cerita apa?”

Yuki menyandarkan tubuh ke kursi, suaranya kini lebih pelan.

“Orang tua si Fara itu lebih sayang sama kakaknya. Dari dulu, Fara itu kayak... nomor dua. Ya… dia memang anak nomor dua sih. Tapi, lebih tepatnya nggak terlalu dipedulikan. Mungkin karena pas kakaknya sekolah sampai kuliah, orang tua mereka masih ada uangnya. Masih kerja juga. Nah, giliran Fara lulus SMA, orang tuanya pensiun. Harusnya masih bisa kuliahin dia sih, tapi waktu itu mereka malah terlilit utang. Nikahkan kakaknya, terus renovasi rumah. Besar juga tuh biayanya. Keliling pinggang hutang mereka. Jadinya ya, nggak bisa kuliah si Fara. Mungkin itu juga alasan kenapa Kek Rio kasihan, jadinya dikabulkan permintaan si Kira. Apalagi cucu Kek Rio cuma si Kira sama Putra. Ya, sayang kalilah dia sama cucu-cucunya.”

Yuto menatap Omnya dalam diam. “Om kok bisa tahu semua ini?”

“Ya dari Onti lah,” jawab Yuki santai, merujuk pada istrinya, Endah, yang memang memiliki kemampuan indihome, seperti Yuri dan Sora, dua saudara Yuto.

Yuki lalu diam sejenak, menatap Yuto seperti sedang mempertimbangkan sesuatu, sebelum akhirnya berkata, “Tapi ternyata, si Fara itu memang pintar. Cepat tanggap. Waktu awal masuk, dia ditempatkan di administrasi. Ngurus kwitansi, dokumen keluar masuk. Tapi mendadak Onti nyuruh pindahkan dia ke tim ekspor. Kata Onti, Fara itu kreatif. Sayang aja kalau keahliannya nggak dipakai.”

Yuto mengangguk perlahan, pati masih penasaran satu hal lagi.

“Staf lain nggak cemburu, Om?” tanyanya.

“Ya udah pasti lah,” Yuki tertawa kecil. “Terutama anak-anak administrasi. Mereka udah kerja di sini lebih lama dari Fara. Tapi malah Fara yang dipindahkan ke tim ekspor. Tim kalian itu idaman semua staf. Posisi strategis, dekat sama tim pusat, dan banyak peluang naik cepat.”

Yuto menghela napas panjang. Pikirannya kembali ke kejadian tadi siang, saat ia melihat Fara sukarela membantu menyelesaikan pekerjaan Karin yang bukan tanggung jawabnya. Kini, semuanya terasa lebih masuk akal.

Mungkin... Fara merasa berutang budi. Mungkin dia tak enak hati, karena bisa masuk dan pindah ke tim ekspor berkat koneksi sahabatnya. Dan karena itu pula, dia sulit menolak ketika dimanfaatkan.

Pintu ruangan itu terbuka, tampak Endah melangkah masuk sudah menenteng tasnya. “Ayo,” kata Endah. Sejak tadi mereka berdua memang sedang menunggunya, untuk pulang bersama. Ya, saat itu sudah waktunya pulang.

“Yuto yang nyetir. Om lagi mules,” kata Yuki, meletakkan kunci mobilnya di atas meja tamu, yang langsung diraih Yuto.

“Jadi, tadi ke kantor sama siapa?” tanya Endah, sambil melangkah bersama sang ponakan dan sang suami, keluar dari kantor.

“Sora.”

“Kenapa nggak bawa kereta aja?”

“Males kali. Tadi pagi masih pusing, kurang tidur.”

“Kapan si Sora balik ke Medan?”

“Mungkin lusa. Soalnya Biyu juga ikut ke sini. Anak itu kan jadi sopirnya Biyu.”

Endah dan Yuki tertawa mendengarnya. Biyu juga ponakan mereka, anak dari Ran, abangnya Yuki, dan Ran adalah saudara kembar Ruka, ibunya Yuto.

“Ingus… Kutu…”

Suara itu yang mereka dengar begitu melangkah keluar dari gedung.

“Lihat tuh si Fara. Lagi kasih makan adiknya,” bisik Endah, sambil terus melangkah bersama mereka menuju parkiran mobil yang berada di halaman depan gedung, sedangkan pandangannya sudah tertuju ke halaman samping gedung, di mana parkiran sepeda motor berada, dan di sanalah mereka menemukan Fara sedang memegang stoples kecil berisikan dry food untuk kucing.

Saat Endah dan Yuki terus melangkah menuju mobil mereka, langkah Yuto terhenti.

Dari jauh, ia perhatikan Fara yang sudah tersenyum lebar saat dua ekor kucing kampung montok sedang berlari menujunya, lalu dengan senyum sumringahnya, Fara berjongkok dan menaburkan dua tumpuk dry food di lantai parkiran.

“Makan yang banyak ya… besok kakak bawain ikan tongkol.”

Yuto sontak tersenyum, merasa gemas mendengar Fara menyebut dirinya sebagai ‘Kakak’ di hadapan kedua ekor kucing itu.

“Eh Ingus, tadi pagi kok nggak ada? Nyari janda, ya? Udah di steril kok masih gatal, sih? Lihat nih si Kutu, nggak lasak dia. Iya kan, Kutu?”

Yuto tertawa kecil mendengar cakapnya. Tak hanya merasa gemas dengan ekspresi Fara yang tampak nyaman mengobrol dengan kucing, tapi juga merasa geli mendengar nama kedua ekor kucing itu.

Fara tuangkan lagi dry food-nya. “Habiskan, ya. Kakak pulang dulu. Besok pagi jangan nggak Nampak. Kakak bawakan tongkol.”

Kemudian, Yuto melihat Fara naik ke motor Filano kuning dengan stiker bebek di platnya, juga helm kuning bergambar bebek di bagian belakangnya. Meski wajah imutnya tertutupi kaca helm, samar-samar Yuto bisa melihat, Fara masih tersenyum, tampak sangat bahagia setelah bisa berbagi makanan kepada kucing liar, atau lebih tepatnya kucing yang sudah dirawat oleh beberapa staf di kantor itu.

“Yuto… ayo! Om mules!” panggil Yuki yang sudah berdiri di samping mobil bersama Endah, menunggu ponakan mereka yang masih kesemsem memandangi kepergian Filano kuning itu.

.

.

.

.

.

Continued...

Terpopuler

Comments

titissusilo

titissusilo

Alhamdulillah si bebek Gendut catlover sejati,trimakasih ya sedekah mu menuntun mu mnuju jln nya dg mudah kelak...nnti ingus ma kutu yg temani jln mu bebek gendut

2025-04-08

2

Kirey Ruby

Kirey Ruby

kenapa jg dinamain ingus ama kutu sih..? 😂😂 Apa krn 2 kucing itu ingusan ama kutuan ya Fara..? 🤔😅😅

2025-04-09

2

Ibu² kang Halu🤩

Ibu² kang Halu🤩

setelah Ohoo dan Ihii, kini terbitlah Ingus dan Kutu🤩🤩 waaah, babang Yuto makin kesemsem aja ni sama bebek gendut🤗🤗

2025-04-08

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 | Bos Baru
2 Bab 2 | Tatapannya Berbeda
3 Bab 3 | Ternak Bebek
4 Bab 4 | Mulai Perhatian
5 Bab 5 | Kisah Fara
6 Bab 6 | Sepi
7 Bab 7 | Rindu Dek Fara
8 Bab 8 | Ingin Terus Melihatnya
9 Bab 9 | Pagi yang Manis
10 Bab 10 | Sekarung Makanan Kucing
11 Bab 11 | Modus Yuto
12 Bab 12 | Senang Melihatnya Bahagia
13 Bab 13 | Kepolosan Fara
14 Bab 14 | Berdebar Karena Memikirkannya
15 Bab 15 | Dirangkul Abang Yuto
16 Bab 16 | Ingin Nikah Muda
17 Bab 17 | Modus Yuto
18 Bab 18 | Jus Guava
19 Bab 19 | Pengen Nikah Muda
20 Bab 20 | Dijemput Bang Yuto
21 Bab 21 | Deketin Bapak Mertua
22 Bab 22 | Kata-kata Mendalam Dari Yuto
23 Bab 23 | Bakwan Gosong
24 Bab 24 | Abang Suka Sama Fara
25 Bab 25 | Obrolan yang Mendalam
26 Bab 26 | Papa Fara udah tahu, kok.
27 Bab 27 | Belanja ke Pajak Bersama
28 Bab 28 | Istri
29 Bab 29 | Disepelekan
30 Bab 30 | Ia Juga Terluka
31 Bab 31 | Menemukan Tempat yang Tepat
32 Bab 32 | Restu dari Papa David
33 Bab 33 | Modus Yuto
34 Bab 34 | Karin dipecat
35 Bab 35 | Genggaman Tangan
36 Bab 36 | Kecupan Mendebarkan
37 Bab 37 | Ruka Mengamuk
38 Bab 38 | Kehilangan Kalung
39 Bab 39 | Hancur Berkeping-keping
40 Bab 40 | Sudah Percaya Seutuhnya
41 Bab 41 | Mau Jadi Istri Abang?
42 Bab 42 | Calon Suami
43 Bab 43 | Membrontak
44 Bab 44 | Anggap Abang Berlian
45 Bab 45 | Fara Meledak
46 Bab 46 | Sayang Diam-Diam
47 Bab 47 | Pembahasan Anak
48 Bab 48 | Lamaran
49 Bab 49 | Eka Ciut!
50 Bab 50 | Mulai Luluran
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Bab 1 | Bos Baru
2
Bab 2 | Tatapannya Berbeda
3
Bab 3 | Ternak Bebek
4
Bab 4 | Mulai Perhatian
5
Bab 5 | Kisah Fara
6
Bab 6 | Sepi
7
Bab 7 | Rindu Dek Fara
8
Bab 8 | Ingin Terus Melihatnya
9
Bab 9 | Pagi yang Manis
10
Bab 10 | Sekarung Makanan Kucing
11
Bab 11 | Modus Yuto
12
Bab 12 | Senang Melihatnya Bahagia
13
Bab 13 | Kepolosan Fara
14
Bab 14 | Berdebar Karena Memikirkannya
15
Bab 15 | Dirangkul Abang Yuto
16
Bab 16 | Ingin Nikah Muda
17
Bab 17 | Modus Yuto
18
Bab 18 | Jus Guava
19
Bab 19 | Pengen Nikah Muda
20
Bab 20 | Dijemput Bang Yuto
21
Bab 21 | Deketin Bapak Mertua
22
Bab 22 | Kata-kata Mendalam Dari Yuto
23
Bab 23 | Bakwan Gosong
24
Bab 24 | Abang Suka Sama Fara
25
Bab 25 | Obrolan yang Mendalam
26
Bab 26 | Papa Fara udah tahu, kok.
27
Bab 27 | Belanja ke Pajak Bersama
28
Bab 28 | Istri
29
Bab 29 | Disepelekan
30
Bab 30 | Ia Juga Terluka
31
Bab 31 | Menemukan Tempat yang Tepat
32
Bab 32 | Restu dari Papa David
33
Bab 33 | Modus Yuto
34
Bab 34 | Karin dipecat
35
Bab 35 | Genggaman Tangan
36
Bab 36 | Kecupan Mendebarkan
37
Bab 37 | Ruka Mengamuk
38
Bab 38 | Kehilangan Kalung
39
Bab 39 | Hancur Berkeping-keping
40
Bab 40 | Sudah Percaya Seutuhnya
41
Bab 41 | Mau Jadi Istri Abang?
42
Bab 42 | Calon Suami
43
Bab 43 | Membrontak
44
Bab 44 | Anggap Abang Berlian
45
Bab 45 | Fara Meledak
46
Bab 46 | Sayang Diam-Diam
47
Bab 47 | Pembahasan Anak
48
Bab 48 | Lamaran
49
Bab 49 | Eka Ciut!
50
Bab 50 | Mulai Luluran

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!