REINKARNASI PANGERAN YANG HILANG
PROLOG
Bayangan gelap itu terus mengikuti, bahkan dalam tidurku.
Langkahnya senyap, suaranya tak terdengar, namun keberadaannya begitu nyata.
"Pangeran..." katanya, memanggilku dengan nada dingin yang menusuk jiwaku.
Aku hanya seorang anak panti asuhan, bukan siapa-siapa. Tapi mengapa suara itu selalu membawaku kembali ke sosok yang tak kukenal? Seorang pria berdiri dalam bayangan, wajahnya tampak akrab, namun sorot matanya seperti menantangku untuk mengingat sesuatu yang telah lama hilang.
"Kau tahu siapa yang mengkhianatimu..."
Mimpi-mimpi aneh mulai menghantuiku. Tentang seorang pangeran yang berdiri sendirian di medan perang, dikelilingi oleh orang-orang yang pernah dia percayai. Salah satu dari mereka berdiri paling dekat, dengan mata tajam yang menusuk punggungnya, seolah berkata, "Kau tidak akan pernah menang."
Siapa dia? Mengapa aku merasa bahwa pengkhianatan itu ada hubungannya denganku?
Dan sekarang, aku di sini, memegang kunci menuju rahasia yang tidak seharusnya kuungkap. Aku, Rohan, bersama kedua sahabatku, Ratih dan Riki, terjebak di antara waktu yang terhenti dan takdir yang menunggu untuk diluruskan.
Namun, satu hal yang pasti, ketika kita memutuskan untuk menggali masa lalu, kita tidak hanya menemukan kebenaran.
Kita juga membangunkan pengkhianatan yang tak pernah dimaafkan.
***
Sejarah kuno perlahan tenggelam bersama berjalannya waktu. Bekas reruntuhan kerajaan hanya menyisakan puing-puing misteri yang memancing perdebatan di antara para peneliti dan masyarakat. Namun, ada sesuatu yang tidak banyak diketahui misteri itu sebenarnya disimpan rapi oleh penduduk sekitar. Kisahnya diceritakan turun-temurun, disamarkan sebagai dongeng pengantar tidur untuk anak-anak.
Cerita itu bermula dari sebuah kerajaan kuno yang megah. Di sana, seorang raja yang bijaksana dan dicintai rakyatnya memerintah dengan adil. Namun, kebahagiaan itu direnggut oleh peperangan besar antar kerajaan. Kesengsaraan dan jerit tangis rakyatnya memaksa sang pangeran, pewaris kerajaan, untuk turun ke medan perang. Pangeran bertarung dengan gagah berani, hingga akhirnya peperangan usai. Namun, setelah kemenangan diraih, sang pangeran menghilang tanpa jejak dan tak pernah ditemukan kembali.
Waktu berlalu, dan kisah tentang pangeran yang hilang itu perlahan memudar. Namun, suatu ketika, sebuah ramalan muncul, dibawa oleh seekor burung gagak yang misterius:
"Disaat semua cahaya hilang di abad penuh kejayaan, sang pangeran akan kembali dengan perang yang telah disiapkan oleh takdir."
Ramalan itu menyebar di antara penduduk, menjadi simbol harapan sekaligus ketakutan. Namun, seiring waktu, keyakinan terhadap ramalan mulai pudar. Banyak yang menganggapnya hanya mitos belaka. Akhirnya, ramalan tersebut hanya menjadi dongeng pengantar tidur di daerah tersebut.
****
Abad 21
Kota Jakarta, adalah kota tersibuk ketika mentari mulai menampakan diri hingga menjelang malam. Bunyi klakson berbagai macam kendaraan terdengar. Suara rel kereta yang melintas dan orang-orang yang berjualan dipinggir jalan yang menwarkan dagangannya.
Di salah satu sudut kota terdapat salah satu gedung penunjang pendidikan yaitu SMA Karya 01. Disana terdapat seorang siswa dengan keunikan warna matanya yang berwarna kuning keemasan. Siswa itu bernama Rohan.
***
Sore hari, latihan kepramukaan hari itu berjalan lancar walaupun terlihat sepi lantaran banyak siswa yang membolos. Tentunya yang hadir pada saat itu terkena hukuman karena tidak saling mengingatkan atau mengajak temannya hadir. Kebetulan hari itu memang dipimpin langsung oleh tentara sehingga hari itu penuh dengan keluh kesah.
"Menyebalkan latihan ini," keluh seorang siswa paling belakang. Hal itu wajar saja, bahkan teman-teman disekelilingnya merespon ucapan itu hingga seorang tentara datang memarahi dan menghukum satu barisan dengan push up. Rohan yang berdiri paling depan hanya terdiam lalu mengikuti instruksi.
Rohan berdiri setelah selesai push up. Jack yang ada di barisan sebelah menahan tawa melihat sahabatnya dihukum walaupun bukan kesalahannya.
"Sehat?" tanya Jack dengan menahan suara tawanya yang hampi meledak. Rohan hanya melirik tipis ke arah temannya itu.
Kegiatan akhirnya selesai. Semua siswa menuju ke parkiran mengambil kendaraan masing-masing. Ketika semua sibuk mengantri didepan gerbang sekolah, Rohan hanya berjalan melewati mereka dan berhasil lolos. Jarak antara panti ke sekolah cukup dekat sehingga dia memutuskan berjalan kaki saja.
Suasana sore itu sangat damai. Langit sore dengan warna jingga kemerahan serta terlihat burung-burung terbang ke arah utara. Rohan berjalan di pinggir jalan. Sore itu jalanan sepi tidak seperti biasanya. Tatapan Rohan tertuju pada sebuah bintang yang muncul di awal malam. Cahaya bintang itu sangat terang seperti memanggilnya.
"Rohan..." Suara dari arah belakang. Rohan seketika membalikkan tubuhnya mencari sumber suara itu. Namun, tidak ada siapapun.
"Mungkin aku salah dengar," ucapnya yakin. Ketika Rohan berbalik lagi, ada seseorang yang memakai masker, rambut putih kebiruan dan jaket biru berdiri tepat dihadapannya. Sorot matanya begitu tajam namun tidak mengancam.
Rohan yang sempat takut, memberanikan diri bertanya, "Ada yang bisa saya bantu?"
Orang itu tidak menjawab dan langsung berbalik lalu pergi. Rohan menatap orang itu hingga tubuhnya menghilang di belokan gang. "Sepertinya aku sering melihat orang itu. Tapi, dimana?"
***
Pukul 22.00, Rohan mengakhiri belajar malam dan menyuruh adik-adiknya itu untuk tidur. Ibu Darmi, pemilik panti sekaligus ibu angkat Rohan, merasa senang melihat putranya itu membantunya mengurusi kegiatan belajar anak-anak panti.
"Terima kasih ya, Rohan mau membantu anak-anak itu belajar," ucap Ibu Darmi membelai kepala Rohan dengan lembut.
Rohan tersenyum, "Bagaimanapun juga, orang-orang yang tinggal disini adalah keluargaku. Mungkin saat ini aku hanya bisa membantu ini saja."
"Jangan seolah-olah berbalas budi gitu dong. Ibu ini adalah ibu kamu sekarang. Dan Rohan adalah anak ibu. Kita semua keluarga," ujar Ibu Darmi dengan memeluk Rohan seperti anak kandungnya sendiri.
"Tetap fokus dengan sekolahmu, Nak. Pendidikan itu penting untuk mengasah kemampuan berpikir. Ayahmu dulu lulusan S1 pertanian, dan ilmunya cukup membantu memajukan kampung halaman. Ya, meskipun pekerjaan utamanya sekarang jadi guru SMP,” kata Ibu sambil tersenyum lembut, tangannya merapikan buku-buku meja belajar.
“Iya, Bu. Rohan akan rajin belajar. Jangankan S1, Rohan ingin mengejar beasiswa sampai S3 nantinya. Kalau bisa, di Belanda!” jawab Rohan penuh semangat, matanya berbinar membayangkan masa depan.
Ibu tersenyum, menepuk bahu Rohan dengan penuh kasih. “Ibu selalu doakan yang terbaik untukmu. Apa pun keinginan dan cita-citamu, Ayah dan Ibu akan selalu mendukung. Jangan pernah ragu, ya.”
Percakapan itu diakhiri dengan tawa hangat yang memenuhi ruangan kecil mereka. Malam itu, Rohan merasa dikelilingi cinta dan harapan yang tulus.
***
Keesokan harinya, Rohan pergi ke sekolah seperti biasa. Kali ini sedikit berbeda dari biasanya. Ada suatu firasat buruk tiba-tiba datang menghampirinya ketika bangun dari mimpi yang aneh. Di mimpinya, dia menerima sebuah benda misterius dari seorang yang berpakaian seperti pangeran. Namun, dia tidak ingat terlalu jelas.
Sesampainya didepan gerbang sekolah, Rohan merasa ada yang mengikutinya. Dia menoleh kebelakang, tapi sosok itu hilang entah kemana. Tanpa pikir panjang, dia langsung masuk ke dalam sekolah menuju kelas.
"Siapa tadi? Apa hanya firasatku saja?"
Rohan segera menuju lokernya. Ketika membuka pintunya, ada sebuah surat dan kotak kecil, "HBD, bro. Dari kawan kecil... Jack." Rohan memegang hadiah itu lalu mencari sosok yang memberikannya di loker seberang. Dengan kode tangan, Jack membalas "Oke."
Hari menjelang siang, siswa-siswi semakin banyak yang memasuki ruangan. Bunyi bel terdengar dan seorang guru mulai berdatangan memasuki kelas yang dituju.
Semua siswa memberi salam. Melihat guru membawa sebuah kertas, sepertinya ada sebuah pengumuman yang akan diberitahukan.
"Anak-anak, karena akan ada rapat besar mengenai pendidikan nasional, sekolah kita akan menjadi tuan rumah. Oleh karena itu, kalian akan diliburkan selama tiga hari. Gunakan waktu ini dengan baik untuk mempersiapkan perkemahan mendatang," ujar guru dengan nada santai.
Pemberitahuan itu langsung disambut dengan sorak-sorai kegirangan. Beberapa siswa bahkan melompat dari kursi mereka dengan semangat. Guru hanya tersenyum kecil, melihat tingkah laku anak-anak yang begitu antusias.
Namun, di tengah riuhnya suasana kelas, Rohan tetap duduk diam, tenggelam dalam pikirannya sendiri, merenungkan kejadian aneh yang dialaminya tadi pagi.
***
Sepulang sekolah, Rohan berjalan sendiri dengan melamun. Saat melewati bangku taman pinggi jalan, Rohan baru mengingat jika orang yang berdiri dihadapannya kemarin sering duduk di bangku itu setiap sore menunggu bus.
Rohan menepuk dahinya lalu mengusap kasar wajahnya. "Aduh, mungkin kemarin orang itu ingin bertanya soal bus. Seharusnya aku mengatakan jika rute bus berubah dari hari rabu kemarin," ujarnya menyalahkan diri sendiri.
Tiba-tiba terdengar suara motor mendekat. Terlihat motor dengan model CB berhenti tepat di samping Rohan. "Oi, ke pasar malam sekarang, yok!" ajak Jack sambil membuka helm.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Agunk Putra
woke
2024-10-25
2
nayla
nextnext
2020-09-10
1