Kampus Jaya Bangsa masih diselimuti kabut tipis saat Alea melangkah keluar dari asrama. Ia masih belum bisa melupakan kejadian semalam—bayangan di jendela, ketukan misterius, dan suara-suara yang seakan mengintai dalam gelap. Namun, ia mencoba mengabaikan rasa takutnya. Mungkin ia hanya lelah dan pikirannya bermain trik padanya.
Saat berjalan menuju gedung utama, ia melihat sosok yang sudah dikenalnya melambai dari kejauhan.
Nara Pramudya Putri
Alea! Sini!
Alea tersenyum kecil dan mempercepat langkahnya. Nara tampak ceria seperti biasa, seolah tidak ada hal aneh yang pernah terjadi di kampus ini.
Alea Dwi Salsabila
Pagi, Nara.
Nara Pramudya Putri
Pagi! Gimana tidurmu semalam?
Alea ragu sejenak sebelum menjawab. Haruskah ia menceritakan semuanya?
Alea Dwi Salsabila
Lumayan...
Nara Pramudya Putri
Heh, jawabannya gak meyakinkan. Jangan bilang kamu mulai ngerasain sesuatu yang aneh di sini?
Alea menatap Nara, mencoba mencari tahu apakah temannya ini serius atau hanya bercanda.
Alea Dwi Salsabila
Kenapa kamu bilang gitu?
Nara mengangkat bahu sambil berjalan ke arah ruang makan kampus.
Nara Pramudya Putri
Yah, kampus ini... bukan tempat biasa. Kamu pasti udah dengar desas-desusnya, kan?
Alea Dwi Salsabila
Maksudmu soal kampus angker? Itu kan cuma mitos...
Nara Pramudya Putri
Cuma mitos? Alea, kalau kamu tahu apa yang udah terjadi di sini, kamu gak bakal bilang itu cuma mitos.
Nada suara Nara berubah lebih serius. Alea merasakan ada sesuatu yang disembunyikan.
Mereka masuk ke dalam ruang makan, tempat para mahasiswa lain sudah sibuk dengan sarapan mereka. Suasana cukup ramai, tapi ada aura aneh yang menyelimuti ruangan itu—seakan semua orang di sini menyembunyikan sesuatu.
Mereka mengambil makanan mereka dan duduk di salah satu meja di sudut ruangan.
Alea Dwi Salsabila
Oke, jelasin ke aku. Apa yang sebenarnya terjadi di kampus ini?
Nara menatap Alea dengan ekspresi penuh keraguan, seolah sedang mempertimbangkan apakah ia harus berbicara atau tidak.
Nara Pramudya Putri
Alea... kamu tahu gak, sudah berapa mahasiswa yang hilang di kampus ini dalam sepuluh tahun terakhir?
Alea terdiam. Ia memang pernah mendengar beberapa cerita, tapi tidak pernah mencari tahu lebih jauh.
Alea Dwi Salsabila
Aku gak tahu pasti... tapi kalau itu beneran terjadi, kenapa gak ada yang membicarakannya secara terbuka?
Nara Pramudya Putri
Karena gak ada yang tahu ke mana mereka pergi. Mereka gak pernah ditemukan. Gak ada jejak. Gak ada petunjuk.
Alea menelan ludah.
Alea Dwi Salsabila
Gimana bisa seseorang menghilang begitu aja tanpa ada yang tahu?
Nara mendekat, suaranya hampir seperti bisikan.
Nara Pramudya Putri
Kamu percaya soal bayangan?
Alea menegang.
Alea Dwi Salsabila
Maksudmu?
Nara Pramudya Putri
Ada yang bilang... mahasiswa yang hilang itu gak pergi ke mana-mana. Mereka masih di sini. Tapi bukan sebagai manusia lagi.
Dada Alea mulai sesak. Ia teringat bayangan yang ia lihat semalam.
Alea Dwi Salsabila
Nara, kamu serius?
Nara Pramudya Putri
Iya. Beberapa orang pernah melihat bayangan-bayangan yang bergerak sendiri, muncul di tempat yang gak seharusnya. Mereka percaya kalau itu adalah mahasiswa yang hilang.
Alea menggenggam sendoknya erat-erat.
Alea Dwi Salsabila
Tapi... kalau itu benar, kenapa gak ada yang melakukan sesuatu?
Nara tertawa kecil, tapi nadanya pahit.
Nara Pramudya Putri
Lakukan apa? Kampus ini sudah berdiri lebih dari seratus tahun, Alea. Kalau mereka yang berkuasa di sini mau melakukan sesuatu, mereka pasti udah melakukannya dari dulu.
Alea menggeleng, mencoba menalar semuanya.
Alea Dwi Salsabila
Jadi... kamu percaya kalau mahasiswa-mahasiswa itu berubah jadi bayangan?
Nara menatapnya tajam.
Nara Pramudya Putri
Aku gak cuma percaya. Aku pernah melihatnya sendiri.
Alea membeku.
Alea Dwi Salsabila
Apa maksudmu?
Nara menunduk, suaranya bergetar.
Nara Pramudya Putri
Dua tahun lalu... aku punya seorang teman. Namanya Karin. Kami selalu bersama. Tapi suatu malam, dia menghilang.
Alea mendengarkan dengan saksama.
Nara Pramudya Putri
Orang-orang bilang dia kabur, atau mungkin ada yang menculiknya. Tapi aku tahu itu gak benar. Karena beberapa hari setelahnya... aku melihatnya di lorong asrama. Tapi dia bukan lagi Karin yang aku kenal.
Alea menelan ludah.
Alea Dwi Salsabila
Maksudmu... kamu melihat bayangannya?
Nara mengangguk pelan.
Nara Pramudya Putri
Dia berdiri di ujung lorong, hanya diam. Aku panggil namanya, tapi dia gak menjawab. Saat aku coba mendekat, dia menghilang begitu aja.
Alea merasa bulu kuduknya meremang.
Alea Dwi Salsabila
Lalu? Kamu gak cerita ke siapa-siapa?
Nara menggeleng.
Nara Pramudya Putri
Siapa yang bakal percaya? Kalau aku bilang aku melihat bayangan temanku yang udah hilang, orang-orang bakal bilang aku gila.
Alea menggigit bibirnya.
Alea Dwi Salsabila
Apa ada orang lain yang juga pernah mengalami ini?
Nara mengangguk.
Nara Pramudya Putri
Beberapa mahasiswa yang tinggal lebih lama di sini pasti punya cerita yang sama. Mereka pernah melihat sesuatu. Tapi kebanyakan memilih untuk diam.
Alea merasa seolah-olah kepalanya berputar. Semua kejadian aneh yang ia alami sejak tiba di kampus ini terasa mulai masuk akal, tapi juga membuatnya semakin takut.
Alea Dwi Salsabila
Jadi... kalau mahasiswa yang hilang masih ada di sini sebagai bayangan... apa ada cara buat mengembalikan mereka?
Nara terdiam cukup lama sebelum akhirnya menggeleng.
Nara Pramudya Putri
Gak ada yang tahu.
Suasana di antara mereka berubah hening. Alea merasa perutnya tiba-tiba kehilangan nafsu makan.
Alea Dwi Salsabila
Kenapa kamu cerita ini ke aku?
Nara menatapnya dengan serius.
Nara Pramudya Putri
Karena kamu perlu tahu. Kampus ini bukan tempat biasa, Alea. Kamu harus hati-hati.
Alea menatap piringnya yang masih penuh. Tiba-tiba, makanannya terasa tidak menggugah selera lagi.
Alea Dwi Salsabila
Aku ngerti... Terima kasih udah cerita.
Nara tersenyum kecil.
Nara Pramudya Putri
Jangan terlalu dipikirin. Selama kita tetap berhati-hati, kita bakal baik-baik aja.
Alea mengangguk, meski dalam hatinya ia tahu, setelah semua yang ia dengar hari ini, tidak ada yang bisa benar-benar merasa aman di Universitas Jaya Bangsa.
Comments