Actually, I Was Super Stronger

Actually, I Was Super Stronger

1. Digigit Ular

Tahun Jaya Karu 234, Bulan 4, Desa Sawentar

Di bawah kaki Gunung Kelud, terdapat sebuah desa kecil bernama Sawentar. Desa ini terkenal dengan monumen-monumen candinya yang tersebar di berbagai sudut. Candi-candi tersebut bukan hanya berfungsi sebagai tempat peristirahatan terakhir, tetapi juga digunakan sebagai lumbung penyimpanan makanan dan simbol kehidupan desa.

Seperti biasa, pagi di Desa Sawentar dimulai dengan kesibukan masyarakatnya. Para petani bergegas ke sawah sebelum ayam jago berkokok, sementara para pedagang menyiapkan dagangan mereka untuk pasar. Beberapa keluarga terampil memilih berburu di hutan lebat sekitar gunung. Namun, di tengah hiruk-pikuk desa yang sibuk, ada satu rumah yang tetap sunyi tanpa tanda-tanda kehidupan.

"Lagi-lagi," seorang pria dengan rambut kelabu menghela napas sambil melihat pintu rumah Bhanu.

Dia adalah seorang penatua, ayah Bhanu, Whiradarma.

Mengingat anak-anaknya yang lain selalu rajin membawa cangkul, dia tidak bisa menahan diri lagi. "BHANU, BANGUN! Saatnya membantu keluarga panen! Jangan hanya tidur dan menikmati hasil!"

Namun, tidak ada balasan yang keluar dari dalam rumah. Darma yang sudah terlihat menua, hanya bisa menatap pintu dengan cemas, sambil merasa frustrasi dengan kebiasaan putranya yang selalu malas.

Karena teriakannya yang keras, beberapa penduduk desa berhenti dan melihat ke arah rumah itu. Seorang pria paruh baya yang tampaknya sebaya dengan Darma, Darsono mendekat sambil tersenyum lebar. "Kenapa, Ma? Anak ke-enam mu malas lagi?"

Melihat kenalannya, kekesalan Darma tidak juga mereda. Dia mendengus keras, wajahnya memerah karena kesal. "Entah siapa yang dia tiru. Dia sudah berkeluarga dan memiliki dua anak, tapi masih saja malas begitu. Ayam jago saja lebih rajin daripada dia!"

"Hei, benar-benar berbeda dari kakak-kakaknya." Kata salah seorang penduduk, Sutilah.

Penduduk lain, Rubinem menimpali, "Iya. Tapi bukan hanya Bhanu, Nirmala, istrinya juga pemalas."

"Anak-anaknya jadi ikutin kebiasaan itu, kan. Mereka jadi malas juga." Sahut Sumijah.

Mendengar suara para penggosip di desa, Darma merasa lebih geram. Dia melangkah maju, bersiap mendobrak pintu rumah.

Beberapa teman dan saudara yang sedang menonton buru-buru mencoba menahan tindakannya. Namun, saat itu sebuah suara tiba-tiba terdengar dari luar, menghentikan tindakan mereka.

"Bapak?" Sebuah suara familiar yang terdengar terkejut membuat mereka semua menoleh ke arah belakang.

Bahkan Darma juga sangat terkejut. Dia segera berbalik untuk melihat. Saat mengenali orang itu, dia melihat ke langit, takut matahari terbit dari arah berbeda.

Sementara itu orang-orang lainnya juga terlihat bingung.

Siapa ini, apakah ini benar-benar Bhanu? Orang paling malas didesa mereka?

Bhanu mengabaikan semua orang yang kebingungan dan segera menghampiri ayahnya. "Bapak kenapa disini, aku, anak dan istriku sudah menunggu bapak di sawah bersama Mas Tama dan Mbak Lestari."

Dia menarik ayahnya keluar dari kerumunan dan pergi ke sawah dengan langkah tenang.

Bhanu mendengar semua obrolan penduduk desa tadi, dan itu membuatnya terlalu malu untuk masuk dan bersantai ke dalam rumah.

Darma mengikuti Bhanu yang menariknya dengan ekspresi lega, seolah-olah beban berat di pundaknya baru saja terangkat. Dia merasa sedikit bersemangat merasa anaknya menjadi lebih tercerahkan.

Namun, begitu mereka sampai di sawah, wajahnya langsung berubah masam. Istri Bhanu dan anak perempuannya bekerja dengan giat di ladang, memanen dengan cekatan. Tapi anak laki-laki Bhanu, Arka, duduk santai di atas batu besar dengan mata terpejam, jelas sekali dia sedang tidur.

"Arka, dasar anak ini!" geram Dimin, nada kekesalannya terdengar jelas di sela-sela mulutnya. Tanpa ragu, dia maju untuk menegur cucunya, tapi Bhanu segera menahan tangannya.

"Bapak, tidak apa-apa, tidak apa-apa. Arka tadi tangannya digigit ular hijau. Biarkan dia istirahat. Tangannya masih sakit." kata Bhanu cepat-cepat, mencoba meredam amarah ayahnya.

Darma berhenti, wajahnya tetap muram, tapi tatapan khawatir di matanya tidak bisa disembunyikan.

"Kalau begitu, suruh dia pulang. Kenapa malah duduk-duduk santai disini, merusak pemandangan saja," gerutunya, sambil melirik Arka yang tampak tidak terganggu sedikit pun oleh kehadiran mereka.

Darma akhirnya mengabaikan Bhanu, anak ke-enamnya, dan mendekati Sijitama, anak sulungnya yang tengah sibuk memanen padi. Darma ikut memotong padi di beberapa tempat didekat Sijitama. Dengan nada penasaran, dia bertanya, "Ada apa sama Bhanu? Kenapa dia dan keluarganya tiba-tiba ikut memanen padi dengan rajin begini?"

Sijitama menghentikan pekerjaannya sejenak dan menggeleng pelan. "Nggak tahu juga, Pak. Waktu aku sama keluarga mau pergi ke sawah, tiba-tiba Bhanu udah nunggu di depan pintu rumahnya dan langsung ikut ke sawah hari ini," jelasnya, masih terdengar heran.

Dia menambahkan, "Tadi juga, waktu Rendra, anaknya Dwiren, hampir digigit ular, Arka entah gimana ada disebelahnya dan menghadang ularnya. Gara-gara itu dia malah yang kena gigit."

Darma mengerutkan kening, matanya menyipit penuh perhatian dan kekhawatiran. "Ular hijau berbisa, kan? Apa tidak perlu manggil Dukun Damang?"

Dukun Damang adalah sebutan untuk tabib di desa. Dia sangat ahli dalam obat-obatan dan menjadi Dukun Obat di desa. Istrinya, Dasinem adalah seorang Dukun bayi yang membantu persalinan. Ketika ada masalah dengan penyakit dan kecelakaan seperti yang dialami Arka, warga desa sering berkonsultasi dengannya.

Sijitama buru-buru mengangguk untuk meyakinkan ayahnya. "Tenang, Pak. Racun ularnya udah dikeluarkan. Arka sendiri tidak mau bertemu Dukun Damang. Anak itu bilang cuma butuh istirahat sekarang."

Sijitama sendiri juga tidak pernah bisa menebak keponakannya itu. Arka terlihat sangat malas, bosan dan tidak pernah melakukan apa-apa. Tapi bagaimana dia dan seluruh keluarga tidak tau bahwa Arka selalu muncul di saat-saat berbahaya.

Contohnya saat babi hutan liar hampir merobohkan pagar belakang mereka, Arka yang membawa pisau untuk membantu tiba-tiba tersandung dan jatuh. Pisau yang dia bawa melayang dan tanpa sengaja menancap ke tengah kepala babi dan membuat keluarga mereka makan enak selama beberapa hari. Dan masih banyak kejadian-kejadian lain semacam itu yang membuatnya tidak bisa menebak tentang Arka.

Mendengar Arka baik-baik saja, Darma akhirnya menunjukkan wajah lega. Dia menghela napas panjang sambil melirik keluarga Bhanu yang tiba-tiba berubah.

"Tidak apa-apa, bagus kalau baik-baik saja." Balas Darma yang mendapat anggukan dari Sijitama.

Sedikit yang mereka tahu, Bhanu dan Nirmala sebenarnya sedang kesulitan saat ini.

Karena bujukan dan tipu daya anak perempuan mereka yang mendadak penuh semangat, keduanya dengan impulsif memutuskan untuk ikut memanen padi. Namun, baru beberapa langkah bekerja, tubuh mereka sudah kelelahan.

Bhanu yang merasa malu untuk berhenti, segera mencari alasan agar bisa meninggalkan ladang. Dia pun pergi memanggil ayahnya sebagai alasan, berharap bisa bersembunyi dan bermalas-malasan dirumah, tapi siapa yang menyangka bahwa ayahnya sedang menunggu di depan rumahnya, membuat Bhanu hanya bisa kembali ke sawah bersama ayahnya.

Bhanu dan Nirmala hanya bisa memandang iri pada anak laki-laki mereka, Arka, yang tidur santai di atas batu seolah tidak punya beban. Dalam hati, mereka berharap bahwa Mereka yang melihat ular dan menyelamatkan Roman.

Tapi itu juga anak mereka sendiri, melihatnya malas tidak menyakiti mereka.

Namun, yang lebih membingungkan bagi mereka adalah perubahan sikap anak perempuan mereka, Vanya. Mengapa tiba-tiba dia menjadi begitu rajin dan penuh semangat, hingga mampu menyeret mereka ke ladang pagi-pagi buta seperti ini?

Arka yang terlihat sedang duduk santai di atas batu, menikmati semilir angin pagi, meski di sering memejamkan matanya, dia sesekali membuka pandangannya dan melirik ke arah Vanya, adiknya.

Tidak ada yang menyadarinya, Vanya juga hanya merasakan seseorang menatapnya dan mulai gelisah.

Karena tidak tau darimana orang yang mengawasi itu, Vanya hanya bisa terus bekerja dan berpura-pura tidak ada masalah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!