MAKAN SIANG BERSAMA

Raina datang ke kantor suaminya dengan napas ngos-ngosan, seperti habis dikejar setan. Padahal kenyataannya, ia hanya terburu-buru karena takut telat mengantar makan siang. Ini pertama kalinya ia datang ke gedung megah milik Aditya—tinggi menjulang dan sangat intimidatif. Matanya sibuk mencari tahu arah, sementara hatinya dag-dig-dug.

"Kira-kira ruangannya Mas Adit di lantai berapa, ya?" gumamnya pelan sambil melangkah masuk ke lobi yang dingin dan mewah.

Tatapan para resepsionis langsung tertuju padanya. Raina merasa aneh, tapi tetap berjalan ke meja mereka.

“Maaf, ada yang bisa kami bantu?” sapa salah satu dengan senyum tipis—senyum formal yang agak sinis.

“Saya mau ke ruangannya Pak Aditya… suami saya,” jawab Raina ragu tapi sopan.

Mereka saling berpandangan, lalu tertawa kecil seolah tak percaya.

“Bertemu dengan Tuan Aditya? Maaf, Bu. Kami harus pastikan dulu, karena tidak semua orang bisa masuk seenaknya ke ruangan beliau.”

Raina menahan napas, tidak ingin ribut. Tapi dalam hati ia kesal.

Untung saja, saat itu asisten pribadi Aditya—Dika—datang menghampiri.

“Bu Raina, maaf saya terlambat menjemput. Mereka membuat Ibu menunggu, ya?”

“Sedikit,” jawab Raina kalem, masih berusaha santai.

Wajah Dika langsung berubah serius. “Kalian semua, minta maaf sekarang juga. Saya tidak mau kejadian seperti ini terulang!”

Resepsionis langsung menunduk dan meminta maaf tergesa-gesa, wajah mereka pucat begitu tahu siapa Raina sebenarnya.

Setelah menghubungi seseorang melalui gawainya, Dika pun menuntun Raina menuju lift khusus yang hanya bisa diakses oleh staf penting. Tak lama setelah mereka pergi, seorang wanita berkacamata dengan penampilan rapi dan clipboard di tangan—Manager HR—menghampiri meja resepsionis. Tatapannya tajam, seperti siap mencatat setiap nama yang perlu di panggil ke ruangannya.

"Kalian semua dipecat! Perusahaan ini tidak membutuhkan pegawai yang tidak memiliki etika maupun sopan santun!" suara tegas seorang wanita menggema di lobi, membuat seluruh resepsionis tertunduk.

"Bu, maafkan kami… kami mohon. Kami sudah meminta maaf kepada Bu Raina… Kami janji tak akan mengulangi!" pinta mereka bersamaan, panik dan gemetar, menyadari besar kesalahan yang telah diperbuat.

Namun perempuan itu tak goyah. Tatapannya menusuk. "Peraturan tetaplah peraturan. Kalian tahu siapa perempuan yang tadi kalian hina?"

Tak satu pun dari mereka berani menjawab. Kepala-kepala itu hanya menggeleng pelan.

“Bodoh!” ucap wanita itu, napasnya memburu. “Perempuan yang kalian pandang rendah barusan adalah Nyonya Aditya—istri dari pemilik sekaligus CEO perusahaan tempat kalian menggantungkan hidup!”

Tak perlu menunggu aba-aba berikutnya, para resepsionis segera menunduk pasrah. Tak lama, satpam mulai mendekat, dan satu per satu mereka diminta mengemasi barang masing-masing. Pelajaran keras telah mereka terima hari itu—bahwa jangan pernah menilai seseorang dari luarnya saja.

Sementara itu, Raina telah berada di ruang kerja suaminya. Ruangan itu luas, bernuansa putih minimalis, namun sangat berkelas. Setiap detail interior memancarkan kemewahan yang tak perlu dijelaskan lewat kata-kata. Karena Aditya masih dalam rapat bersama pemegang saham, Dika memintanya untuk menunggu.

Raina mencoba menikmati waktunya di ruangan itu. Ia menyalakan drama Korea dari ponsel, mencoba menghibur diri. Tapi entah mengapa, hanya dengan duduk di ruangan Aditya, rasa kantuk justru menyerangnya. Baru saja hendak memejamkan mata di sofa, pintu terbuka. Sosok tinggi berwibawa itu masuk dengan langkah pasti.

Dahi Aditya mengernyit, melihat istrinya yang tampak lesu. "Kamu kenapa?" tanyanya, menghampiri.

"Nggak apa-apa, Mas. Ini makan siangnya." Raina menyerahkan kotak bekal yang ia beli sebelumnya.

Aditya mengambil kotak itu perlahan, memperhatikan detailnya. "Kamu beli sendiri?" tanyanya datar.

Raina mengangguk. “Di restoran tempat Mas biasa pesan. Ini dagingnya empuk banget, Mas. Cobain, ya.” Tanpa sadar, Raina menyuapi suaminya.

Sesaat, keduanya terdiam. Entah canggung, entah terlalu cepat melibatkan keintiman. Raina menarik kembali tangannya dengan ragu. "Maaf, aku nggak bermaksud—"

Namun Aditya langsung mengambil sendok dari tangannya. “A,” katanya singkat.

Raina menatap, terkejut. Hatinya berdesir melihat suaminya mau disuapi.

"Buat Mas Adit saja. Aku sudah kenyang," elaknya pelan.

“Aku tidak suka penolakan,” suara Aditya tegas, khas dirinya.

Maka tanpa berani menolak lagi, Raina menerima suapan tersebut. Untuk beberapa menit berikutnya, mereka makan bersama. Tidak ada percakapan besar, tapi kehangatan yang baru terasa mulai menyelinap perlahan.

“Saya masih banyak pekerjaan. Tunggu saja di sini,” ucap Aditya setelahnya, dengan nada lebih ramah dari biasanya.

Raina menatapnya heran. Ia mengira akan langsung disuruh pulang.

"Mas... Mas nggak lagi kesambet, kan?" tanyanya polos.

Aditya hanya menggeleng ringan. “Daripada kamu di rumah terus, lebih baik bantu saya di sini.”

“Hem, iya sih... Tapi ada syaratnya,” sahut Raina sok serius, meski belum tahu apa.

"Apa?"

"Kalau ada waktu... antar aku ke rumah Ibu," lirihnya, berharap.

“Kan ada sopir,” jawab Aditya cepat, membuat Raina nyaris menyesali ucapannya.

Raina memilih diam, lalu menyibukan diri dengan gawai yang ada di pegangnya.

Raina:

Fridaa 😩🌸

Frida:

Rainaaa!

Tumben nge-chat duluan

Kangen aku ya? 😏

Raina:

Dikit 😌

Minggu depan kamu sibuk gak?

Frida:

Hmm... liat dulu deh, kenapa emangnya?

Raina:

Motoran yuk!

Kemana aja terserah, yang penting keluar rumah 😭

Sumpah bosan banget diem mulu

Frida:

Lah kamu mah rebahan doang juga duit ngalir

Auto sultan!

Kasta kita beda, bestie 🥲

Raina:

Aminin dulu aja siapa tau ketularan 😆

Btw… cariin aku kerja dong

Frida:

HAH? Ngapain kerja?

Kamu tuh hidup udah enak!

Aku aja pengen jadi kamu!

Raina:

Kerja tuh biar ada kegiatan

Aku serius loh…

Daripada tiap hari nunggu suami kayak nunggu pinjol acc

Frida:

😭😭😭

Kamu lucu banget sih

Tapi serius, kamu kenapa?

Ada masalah?

Raina:

Gak papa…

Cuma pengen ngerasain jadi “aku” versi dulu

Yang bebas

Frida:

Lah...

Rain, kamu baik-baik aja kan?

Jangan bilang kamu...

Raina:

Hehe

Tenang aja

Belum pengajuan cerai kok wkwk

Frida:

JANGAN NGOMONG GITU WOY 😭

Ngomong aja kalo lagi sedih

Jangan ditahan sendiri yaa

Raina:

Siap, Kak Terapi

Aku chat kamu lagi nanti kalo udah lolos dari tangan suami nyebelin ini 😤

Frida:

HAHAHA

Semangat ya, Bu Sultan

Kapanpun butuh kabur, aku siap bonceng 🛵💨

Aditya sedari tadi duduk di kursinya, namun matanya tak lepas dari Raina yang sesekali senyum-senyum sendiri sambil mengetik sesuatu di ponselnya. Ia merasa terganggu. Terlalu terganggu, tepatnya.

Tanpa peringatan, Aditya berdiri dan langsung merebut ponsel dari tangan Raina.

“Mas Adit! Astaghfirullah, balikin! Itu hp aku!” seru Raina panik, mencoba meraih kembali ponselnya.

Aditya hanya menaikkan satu alis sambil membaca isi layar sekilas.

“Dari tadi kamu senyum-senyum sendiri. Ternyata chatting sama teman. Seru banget ya?”

“Gak ada yang penting, serius. Mas, balikin dong,” rengek Raina sambil melompat-lompat, tangannya berusaha menggapai ponsel di atas kepala Aditya.

Aditya menahan tawa kecilnya. Diam-diam, ia menikmati tingkah polos istrinya yang jarang ia perhatikan selama ini.

“Lucu juga kamu kalau lagi panik begini.”

Matanya menyipit, memperhatikan wajah Raina yang mulai cemberut.

“Mas jahat. Balikin atuh,” protes Raina, kini memelototinya sebal.

“Minta dengan benar,” ucap Aditya singkat tapi penuh tekanan.

Raina menarik napas panjang.

“Mas... boleh minta hp aku lagi, gak?”

“Masih kurang sopan.”

Aditya menjitak pelan kepala Raina, membuat gadis itu meringis kesal.

“Yah! Terus gimana?” cemberutnya makin dalam.

Tanpa menjawab, Aditya menarik pinggang Raina pelan, membuat jarak di antara mereka benar-benar lenyap. Ia menatap istrinya dengan sorot tajam namun tenang, lalu menunduk dan mengecup keningnya lama.

“Begitu cara minta yang benar.”

Kalimatnya terdengar tenang tapi membakar pipi Raina.

“Mas…” Raina menunduk, wajahnya sudah semerah delima.

Aditya menyerahkan ponselnya kembali.

“Lain kali kalau mau senyum-senyum manis, senyumnya sama saya aja.”

Raina menoleh, setengah tersipu, setengah malu.

“Iya… Mas Adit udah berubah, ya?”

Aditya tak menjawab. Ia hanya tersenyum samar, tapi matanya—untuk pertama kalinya—terlihat hangat.

Terpopuler

Comments

Sri Wulandari

Sri Wulandari

Bunga-bunga cinta mulai bermekaran nich😍💞

2025-06-29

0

erinatan

erinatan

mupeng🤤😂😂

2025-06-22

1

lihat semua
Episodes
1 Mari bercerai, mas!
2 Kontrak perjanjian.
3 Yang seharusnya terjadi.
4 MAKAN SIANG BERSAMA
5 Bentakan sore hari.
6 Kemalangan Raina.
7 Pesan Racun
8 Bertemu teman Lama.
9 Pulang tapi tidak benar-benar kembali.
10 kembali dingin
11 Raina dan Pantai.
12 Draft
13 Draft
14 Sebatas pasal di atas kertas kontrak.
15 Draft
16 Tentang Senja.
17 Bertemu Larasati.
18 Sisi lain Raina.
19 Aku mencintaimu.
20 Bertemu Ayah
21 Draft
22 SEBUAH ALASAN
23 Chapter 23
24 Chapter 24
25 Chapter 25
26 Chapter Pasar malam
27 Chapter 27
28 Chapter 28
29 Chapter 29
30 Chapter 30
31 Chapter 31
32 Chapter 32
33 Chapter 33
34 Draft
35 Chapter 35
36 Draft
37 Draft
38 Draft
39 Chapter 39
40 Chapter 40
41 Draft
42 Chapter 41
43 Draft
44 Draft 44
45 Chapter 45
46 Chapter 46
47 Draft
48 Chapter 48
49 Draft
50 Chapter 50
51 chapter 51
52 Draft
53 Draft 53
54 Chapter 54
55 Draft
56 Chater 56
57 Draft
58 Draft
59 Draft 59
60 Part 60
61 Chapter 61
62 Chapter 62
63 Part 63
64 Chapter 64
65 Chapter 65
66 Chapter 66
67 chapter 67
68 Draft
69 Part 69
70 Chapter 70
71 Draft
72 Draft
73 Chapter 73
74 Chappter 74
75 Chapter 75
76 chapter 76
77 Chapter 77
78 Draft
79 Chapter 79
80 Draft
81 chapter 81
82 Chapter 82
83 Chapter 83
84 chapter 84
85 Chaptwr 85
86 Draft
87 Chapter 87
88 Chapter 88
89 Tamat
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Mari bercerai, mas!
2
Kontrak perjanjian.
3
Yang seharusnya terjadi.
4
MAKAN SIANG BERSAMA
5
Bentakan sore hari.
6
Kemalangan Raina.
7
Pesan Racun
8
Bertemu teman Lama.
9
Pulang tapi tidak benar-benar kembali.
10
kembali dingin
11
Raina dan Pantai.
12
Draft
13
Draft
14
Sebatas pasal di atas kertas kontrak.
15
Draft
16
Tentang Senja.
17
Bertemu Larasati.
18
Sisi lain Raina.
19
Aku mencintaimu.
20
Bertemu Ayah
21
Draft
22
SEBUAH ALASAN
23
Chapter 23
24
Chapter 24
25
Chapter 25
26
Chapter Pasar malam
27
Chapter 27
28
Chapter 28
29
Chapter 29
30
Chapter 30
31
Chapter 31
32
Chapter 32
33
Chapter 33
34
Draft
35
Chapter 35
36
Draft
37
Draft
38
Draft
39
Chapter 39
40
Chapter 40
41
Draft
42
Chapter 41
43
Draft
44
Draft 44
45
Chapter 45
46
Chapter 46
47
Draft
48
Chapter 48
49
Draft
50
Chapter 50
51
chapter 51
52
Draft
53
Draft 53
54
Chapter 54
55
Draft
56
Chater 56
57
Draft
58
Draft
59
Draft 59
60
Part 60
61
Chapter 61
62
Chapter 62
63
Part 63
64
Chapter 64
65
Chapter 65
66
Chapter 66
67
chapter 67
68
Draft
69
Part 69
70
Chapter 70
71
Draft
72
Draft
73
Chapter 73
74
Chappter 74
75
Chapter 75
76
chapter 76
77
Chapter 77
78
Draft
79
Chapter 79
80
Draft
81
chapter 81
82
Chapter 82
83
Chapter 83
84
chapter 84
85
Chaptwr 85
86
Draft
87
Chapter 87
88
Chapter 88
89
Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!