Alya menahan napas sambil memandang bayangan di depan pintu rumahnya. Lampu jalan yang redup membuat sulit mengenali wajah orang itu. Perlahan, ia melangkah mundur sambil menggenggam ponselnya erat-erat.
Alya
Guys, ada seseorang di depan rumahku. Dia gak ketuk pintu, cuma berdiri aja di sana.
Siska
[Panik]
Siska
Alya, jangan buka pintunya! Kunci semua jendela dan pintu!
Nina
Kamu sendirian di rumah?
Alya
Iya. Mama lagi keluar kota. Aku takut banget.
Tiba-tiba, terdengar bunyi ketukan pelan di pintu. Ketukan itu teratur, tidak keras, tapi cukup untuk membuat bulu kuduk Alya merinding.
Alya
[Dengan suara bergetar]
Alya
Siapa di sana?
Tidak ada jawaban. Namun, ketukan itu terus berlanjut. Alya memutuskan mengintip lagi dari tirai jendela kecil di samping pintu. Tapi kali ini, sosok itu sudah tidak ada.
Alya
Dia pergi... Tapi aku gak tahu ke mana.
Siska
Alya, kamu harus keluar dari sana. Cari tempat aman untuk malam ini.
Nina
Aku setuju. Kita bisa ketemu di tempat Erik. Lebih baik kita bareng-bareng.
Alya
Oke, aku bakal bawa kantong darah ini juga.
Perjalanan ke Tempat Erik
Alya melangkah cepat menyusuri jalanan malam dengan tas berisi kantong darah di tangannya. Jalanan tampak sepi, hanya ada suara angin dan gemerisik dedaunan.
Tiba-tiba, ia mendengar langkah kaki di belakangnya. Alya menoleh, tapi tidak ada siapa pun. Langkah kaki itu berhenti bersamaan dengan langkahnya.
Alya
[Dalam hati]
Alya
Aku cuma paranoid... gak ada siapa-siapa.
Namun, ketika ia mulai berjalan lagi, langkah kaki itu kembali terdengar. Kali ini lebih cepat, seolah-olah mengejarnya. Alya memutuskan berlari.
Di Tempat Erik
Amel tiba dengan napas terengah-engah. Siska dan Nina sudah menunggunya di dalam.
Siska
[Melihat kondisi Alya]
Siska
Alya, kamu gak apa-apa?
Alya
Ada yang ngikutin aku tadi, tapi aku gak tahu siapa.
Erik
[Memotong pembicaraan]
Erik
Tunggu. Sebelum kita lapor, aku nemuin sesuatu lagi dari kantong darah ini.
Semua menatap Erik dengan penuh rasa ingin tahu sekaligus cemas.
Erik
Ada kandungan zat aneh di darah ini. Sesuatu yang gak seharusnya ada di darah manusia. Kayaknya ini semacam bahan kimia eksperimen, tapi aku gak tahu fungsinya.
Siska
Apa mungkin zat ini yang bikin darahnya masih aktif?
Erik
Bisa jadi. Tapi masalahnya, ini bukan zat yang umum digunakan dalam medis. Ini lebih mirip sesuatu dari laboratorium rahasia.
Tiba-tiba, lampu di tempat Erik berkedip-kedip, sebelum akhirnya padam.
Di tengah kegelapan, terdengar suara langkah kaki mendekat dari arah luar.
Alya
[Berbisik dengan takut]
Alya
Mereka datang...
Lampu tetap padam. Hanya ada sinar bulan yang masuk samar-samar melalui celah jendela. Semua orang menahan napas. Suara langkah kaki itu semakin mendekat, berat dan lambat, seperti sengaja menimbulkan ketegangan.
Erik
[Berbisik]
Erik
Kalian diam di sini. Aku cek ke depan.
Alya
[Berbisik keras]
Alya
Erik, jangan! Itu terlalu bahaya!
Namun, Erik sudah mengambil senter dan perlahan menuju pintu. Siska dan Nina memegang tangan Alya, berusaha menenangkan dirinya sekaligus menenangkan diri mereka sendiri.
Erik membuka sedikit pintu utama, hanya untuk melihat ke luar. Awalnya, tidak ada apa-apa—hanya kegelapan malam. Namun, ketika ia melangkah lebih jauh, senter Erik menyinari sesuatu di tanah.
Sebuah kantong darah, identik dengan yang dibawa Alya tergeletak di depan pintu.
Erik
[Berbisik keras dari depan pintu]
Erik
Alya! Kamu yakin cuma bawa satu kantong darah?
Alya
[Kebingungan]
Alya
Iya! Itu satu-satunya yang aku temuin di rumah sakit.
Erik kembali ke dalam dengan ekspresi serius. Ia meletakkan kantong darah yang ditemukan di lantai laboratorium.
Siska
Itu gak mungkin. Siapa yang naruh itu di sini?
Tiba-tiba, sebuah pesan masuk ke ponsel Erik. Semua orang terkejut ketika Erik membacakan isi pesan tersebut.
???
Kalian semakin dekat, tapi kalian akan menyesal melanjutkannya.
Alya
Mereka tahu kita ada di sini... Kita harus pergi sekarang!
Pelarian Malam
Alya, Siska, Nina, dan Erik memutuskan meninggalkan laboratorium Erik. Mereka sepakat membagi diri untuk mengelabui siapa pun yang memburu mereka. Erik membawa kantong darah tambahan, sementara Alya menyimpan kantong darah asli yang ia temukan di rumah sakit.
Erik
Kalian ke tempat aman dulu. Aku akan bawa salah satu kantong darah ini ke seorang kenalan di universitas B. Dia ahli biokimia dan mungkin bisa membantu lebih banyak.
Siska
Apa itu aman, Erik?
Erik
Kita gak punya pilihan. Kalau kita terus-terusan di tempat yang sama, mereka bakal menangkap kita.
Di Rumah Siska
Alya, Nina, dan Siska tiba di rumah Siska dengan hati-hati. Mereka memutuskan bersembunyi sementara sambil menunggu kabar dari Erik. Namun, ketegangan belum juga reda
Alya
Aku gak ngerti kenapa darah ini begitu penting. Kalau itu eksperimen, kenapa gak ada catatan resmi di rumah sakit?
Siska
Mungkin ini lebih dari sekadar eksperimen biasa. Apa mungkin rumah sakit itu terlibat dalam sesuatu yang ilegal?
Nina
Kalian dengar gak?
Semua terdiam. Dari luar, terdengar suara langkah kaki lagi. Kali ini lebih cepat, seperti seseorang berlari mengelilingi rumah.
Lampu rumah Siska tiba-tiba berkedip, lalu mati total.
Comments