Dilema Rasa Teman Sepermainan

Teman Sepermainan

Naf-Naf Kecil

Om, mau kemana?

Om Ibra

Mau jemput Alwi Sama Raida. Mau ikut?

Tahun-tahun berlalu, Nafisah masih sering datang menjenguk Neneknya. Terkadang, Ia tidak bertemu Alwi

Alwi sudah hampir lulus SD. Dia sudah mulai mengerti batasan, Ia tidak bermain dengan Nafisah lagi, kecuali Raida ikut menemani

Om Ibra

Kita jemput Raida dulu yaa ...

Naf-Naf Kecil

Motor Om Ibra membawanya menuju Sekolah Menengah Atas, tempat Raida belajar.

Raida Remaja

Wah ada Naf-Naf. Hallo

Saat sampai di depan sekolahnya Alwi. Alwi justru terlihat tidak senang dengan kehadiran Naf di motor bersama Ayahnya

Awi Kecil

Kenapa Bawa Naf sih Pa? Kan motor jadi sesak.

Om Ibra

Sesekali aja lah, Naf mau liat, sekolahmu ada dimana.

Beberapa waktu setelahnya, Alwi tak terlihat seperti teman sepermainannya. Dia sudah tumbuh menjadi seorang Remaja yang faham batasan Agama

Ayah

Salim dulu sama semuanya, kita mau pulang!

Awi Kecil

Sama Aku gak boleh lagi, kita bukan mahram.

Ayah

Wah udah ngerti Batasan ya Wi? Bagus, bagus.

Ibu

Iyaa kan, Alwi sudah masuk pondok Paman, ya gak Wi?

Awi Kecil

Iyaa Paman. Alwi udah belajar

Ayah

Kalau Raida udah pertengahan SMA berarti ya?

Raida Remaja

Iyaa Paman. Kalau Rian kelas berapa?

Ayah

Rian udah naik Tingkat di pesantrennya. Ini sudah Tahun ke empat di Mondok

Ibu

Kan Raida lebih tua setahun dari Rian

Ayah

Alwi semangat yaa, sekolahnya! Paman pamit dulu

Naf-Naf Kecil

Dadah Ibu. Terima kasih banyak Om, Kakak. Dadah

Nafisah masih tertawa. Tanpa tau, bahwa setelah ini, pertemanan mereka tak lagi sama. Batasan itu, telah di atur Agama



