Red Thread Of Fate | Jichen
Eps - 03 Takdir
Jisung menatap lama wajah ibunya yang kini tengah menatapnya juga, tatapan yang tak bisa Jisung baca terlihat jelas di wajah sang ibu.
Kerutan keras di dahi sang ibu membuat Jisung kini menatap tanya sosok yang sudah melahirkannya itu.
Setelah sekian lama dirinya tak pulang ke rumah bukannya di sambut dengan tatapan hangat akan tetapi berbeda dengan saat ini.
Sooyoung (Mom's Ji)
Kenapa makin kusut?
Wanita yang sudah memasuki umur kepala lima itu langsung berdiri dari duduknya dan menghampiri Jisung.
Sooyoung (Mom's Ji)
Kamu udah ketemu sama takdir kamu?
Jisung
Maksud ibu, apa?aku bahkan gatau siapa takdir aku.
Jisung
Jangan bahas itu, aku kesini cuman mau ketemu ibu.
Sooyoung mencoba mengabaikan jawaban tak singkron anaknya itu, ia mengusap pelan kedua lengan putra semata wayangnya itu.
Sooyoung (Mom's Ji)
Ibu doakan semoga takdir kamu tak mengajakmu bermain.
Setelahnya Sooyoung langsung memeluk Jisung dan mengecup kedua pipi putranya itu, meskipun perasaanya sedikit tidak tenang akan tetapi ia tak bisa melakukan apapun selain mendoakan putranya.
Sooyoung (Mom's Ji)
Masuk dulu, ibu masak banyak buat kamu.
Jisung tersenyum begitu melihat perubahan sang ibu, sebenarnya ia takut jika pembahasan pertama yang keluar dari mulut ibunya akan terus terulang, syukurlah jika Sooyoung tak membahasnya kembali.
Kini keduanya sudah duduk di meja makan dengan Jisung yang memakan masakan ibunya dan Sooyoung yang tersenyum melihat bagaimana lahapnya Jisung makan.
Sooyoung (Mom's Ji)
Gimana kabar Ayah kamu?
Perihal keluarga Jisung, kedua orang tuanya bercerai disaat Jisung masih berumur 17 tahun, Jisung yang sudah dewasa jelas paham dengan kondisi rumah tangga kedua orang tuanya. hingga akhirnya ia mengijinkan Ibunya yang meminta ijin untuk bercerai dengan ayahnya itu.
Fyi: bisa terjadi kalau mereka nikah bukan sama takdirnya.
Jisung awalnya memang ingin tinggal bersama ibunya akan tetapi ayahnya masih membutuhkannya sebagai pewarisnya, Jisung yang paham jelas tak akan menyia nyiakan harta yang Ayahnya akan berikan kepadanya, namun jelas Jisung memberikan syarat kepada ayahnya.
Ya dengan berkunjung kepada ibunya sesering mungkin, beruntung jika sang ayah setuju.
Selagi Jisung bersamanya ia tak masalah.
Benar benar tua Bangka, itu adalah kalimat yang selalu Jisung lontarkan ketika ayahnya terus memaksanya untuk mencapai target yang seharusnya.
Beralih ke masa sekarang.
Sooyoung (Mom's Ji)
tumben Jeno sama Mark ga Dateng?
Jisung
Mereka lagi ada urusan.
Sooyoung (Mom's Ji)
Kalo Jeno ibu jelas tau sesibuk apa dia, tapi Mark?
Jisung
Dia sibuk nyiapin pernikahannya.
Sooyoung (Mom's Ji)
Oh?! dia jadi bareng Haechan itu?
Jisung mengangguk bersamaan dengan sang ibu yang mengangguk paham.
Sooyoung (Mom's Ji)
Jisung.
Jisung hanya membalas deheman dengan mulut yang kembali memasukan makanannya.
Sooyoung (Mom's Ji)
Ibu masih percaya benang takdir.
Jisung
Itu hal yang kuno ibu.
Sooyoung (Mom's Ji)
Iya memang kuno, kamu masih belum waktunya lihat.
Sooyoung (Mom's Ji)
Kamu bakal tau sendiri kalo udah liat langsung.
Sooyoung (Mom's Ji)
Mungkin secepatnya?
Chenle meringis begitu kakinya bertubrukan dengan lemari besar yang ada di kamarnya, ringisan tersebut terdengar oleh suami Renjun yang kebetulan tengah lewat di depan kamarnya.
Guanlin yang panik langsung memeriksa kaki Chenle, ia mencoba memijat pelan jari kelingking kaki Chenle, begitu ia tekan Chenle langsung berteriak membuat Renjun yang awalnya di dalam kamar langsung berlari keluar menghampiri Chenle.
Guanlin
Ini bakal bengkak, langsung kompres dulu sama air hangat.
Chenle hanya mengangguk dan berjalan terjinjit menuju dapur, awalnya Guanlin ingin membantunya tetapi Chenle menolak.
Keduanya terdiam, tiba tiba mereka menatap satu sama lain bersamaan dengan sesuatu yang terang terlihat tengah mengikat jari kelingking masing masing.
Sebuah benang takdir yang baru saja terikat ketika keduanya sudah memiliki status resmi.
Namun keduanya jelas tak menyadarinya, alasannya karna keduanya tak mempercayai benang takdir.
Sementara Chenle masih mengompres kakinya, gerakan yang tiba tiba tadi di kamarnya membuat Chenle menyesal.
Entah gerakan apa yang membuat kakinya beradu dengan lemari besar miliknya dan membuat jari kelingkingnya membengkak.
Ia masih terduduk tenang di kursi ruang makan hingga tak lama Renjun berjalan menghampirinya.
Renjun
Petakilan banget ya!
Chenle
Namanya juga ga sengaja.
Chenle menunjukkan jari kelingking kakinya yang mulai sedikit membengkak.
Renjun
Jangan banyak gerak dulu.
Chenle hanya mengangguk, namun pandangannya terfokus pada tangan Renjun, jari kelingking kakaknya itu tiba tiba terikat sesuatu seperti benang?
Chenle
Kakak ngapain ngiket benang di jari kakak?
Renjun menoleh dan menatap tanya Chenle, ia bahkan bingung dengan pertanyaan yang Chenle lontarkan.
Chenle
Coba liat tangan kanan kakak.
Renjun mengangkatnya bingung, disana tidak ada apa apa.
Chenle
Itu benang cerah banget.
Renjun
Apaan sih?gaada benang apapun! Lagian ngapain kakak nginget benang di sini, kurang kerjaan.
Kali ini Chenle yang di buat bingung dengan jawaban Renjun, jadi tadi ia melihat apa?
Ia mengusap kedua matanya dan pandangannya masih terfokus pada tangan Renjun dan ternyata benang itu masih ada dan terikat rapih.
Comments
𓆩Huang_Fox°𓆪
*Terikat, Kak Typoo
2024-11-28
4
𓆩Huang_Fox°𓆪
"Bu, aku lagi makan.. bahas itu mulu entar aku keselek takdir" Bilang gini cungg bilangg😭
2024-11-28
4
𓆩Huang_Fox°𓆪
Gimana²? bermain dalam hal apa? ngeIakuin hubungan main² atau tarik uIur benangnya?🤧
2024-11-28
5