Viola Mulai Menerima Fino

"Apa yang sedang kamu lakukan?"

Viola dikejutkan dengan suara Arga yang tengah mengangkat Fino ke atas kasur, anak itu tengah memakai handuk, terlihat dia memainkan dua bebek membuat Viola dengan cekatan menerima anak itu, dia hanya memperlihatkan giginya dan Arga hanya menggelengkan kepala. Pria itu melangkah ke arah lemari, dia berniat mengambil baju untuk anak itu, Fino sendiri yang menyadari hal itu langsung turun dari kasur, dia berlari ke arah Arga.

"Utamen, utamen!" Jari Fino mengarah entah ke mana membuat Viola melongo, apa yang sedang dikatakan oleh anak itu?

Tetapi Arga tampaknya mengerti, dia mengambil sebuah baju yang bergambar ultraman yang langsung dibalas tepuk tangan oleh anak itu. Saat Arga akan memakaikan Fino pakaian, suara pecahan piring terdengar membuat Arga menjadi panik, pria itu melempar baju tersebut ke arah Viola dan langsung berlari keluar. Sekarang Viola dibuat melongo, jadi dia disuruh memakaikan anak itu baju?

"Fino, ayo sini!" ajak Viola karena sekarang Fino tengah asik memainkan mobil-mobilannya, dia bahkan berlari-lari dan ucapan Viola tidak dihiraukan.

"Fino, ayo sini!" Viola berdiri, dia menarik tangan Fino tetapi anak itu malah menundukan kepala dengan air mata yang hampir mengalir, tentu saja Viola menjadi panik, segera wanita itu memberikan pesawat-pesawat dan sebuah dinosaurus kepada Fino, baru Fino kembali tersenyum dan kembali berlari.

Viola sendiri melongo, ini seriusan dia akan menjadi pengasuh Fino? Baru beberapa menit saja dia dibuat frustasi. Tetapi dia acungi jempol kepada Arga yang bisa mengurus dua anaknya, Viola sendiri belum melihat puncak hidung istri pria itu, kira-kira ke mana ibu Fino?

"Mamam." Fino berhenti berlari, sekarang dia tengah memegang perutnya di sudut ruangan sambil mulutnya mengoceh.

"Fino lapar?" Viola bertanya kepada anak itu karena kali ini Viola paham maksud dari anak itu.

"Ayo pakai baju ultraman dulu baru makan," lanjut Viola, dia sudah berniat memasang baju Fino tetapi anak itu kembali membuat ulah, dia menangis dan berguling-guling di sudut kamar tersebut membuat Viola lagi dan lagi menghela napas.

"Mamam, mau mamam. Eyut cakit!"

"Iya, kita makan tapi pakai baju dulu!" bujuk Viola.

Kali ini Fino berdiri membuat Viola tersenyum lebar karena dia kira berhasil membujuk Fino tetapi ternyata tidak! Anak itu malah berlari keluar membuat Viola terpaksa ikut berlari. Saat sampai di dapur dapat Viola lihat Arga tengah mengepel lantai, terlihat juga di sebuah plastik ada pecahan gelas, apakah Fela baru saja memecahkan gelas? Sedangkan Fela malah asik melukis di ruang keluarga. Viola sendiri tidak bisa membayangkan betapa sibuknya Arga padahal ini hari minggu, bagaimana jika hari biasa?

"Mamam!" Fino datang dengan tubuh tanpa memakai apapun membuat Arga yang tengah mengepel melototkan matanya, dia juga menatap Viola seakan butuh penjelasan tetapi Viola hanya bisa memamerkan deretan gigi putihnya. Akhirnya Arga hanya bisa menghela napas, baiklah Arga paham karena mungkin ini pertama kalinya Viola menjadi pengasuh ditambah menjadi pengasuh anak spesial.

"Iya, Fino duduk dulu ya. Ambil roti di atas meja!" tegas Arga kepada Viola, dia juga memberi isyarat agar pakaian Fino diberikan kepadanya saja.

Saat Arga membereskan alat pel dan Viola mengambil roti di atas meja, suara teriakan terdengar di ruang keluarga bersamaan dengan suara tangisan Fino membuat Arga kembali berlari begitu pula dengan Viola, wanita itu bahkan membawa selai cokelat dan dua roti di tangannya.

"Fela, apa yang terjadi?" Arga menatap anak perempuannya itu.

"Dia yang salah datang-datang menganggu! Enggak pakai baju, jauhi Fela!"

Fela mengambil alat-alat lukisnya dan meninggalkan Fino yang tengah menangis sambil menunjuk ke arah Fela. Jiwa kemanusiaan Viola datang, dia menghampiri Fino sambil mengusap air mata Fino dengan bajunya sendiri, wanita itu bahkan mengendong anak itu. Fino mulai mengoceh sesuatu masih dengan air mata yang semakin mengalir.

"Enggak apa-apa, ada kakak Vio di sini biar kakak yang temani Fino main ya! Sekarang hapus air matanya dulu!" ujar Viola dengan penuh kelembutan, wanita itu kembali mengusap air mata Fino dengan bajunya.

Ajaib, Fino dengan patuh menganggukan kepala, bahkan saat Viola memakaikan baju dan menyuapi Fino sarapan, anak itu tidak mereog lagi walau Viola sambil mengambarkan sesuatu di kertas putih tersebut, entah apa tetapi jika boleh Arga berbicara gambar Viola sebelas dua belas miripnya dengan gambar Fino.

"Jangan lihat-lihat pak! Saya tau gambar saya jelek," ketus Viola saat menyadari Arga tengah menatap gambar mereka.

Arkan melangkah pergi, dia kembali ke dapur mengurus sesuatu, Viola hanya melirik pria itu dan kembali asik menggambar, suara tepuk tangan dan ocehan Fino yang Viola tidak paham menjadi kebahagiaan tersendiri untuk wanita itu.

Saat Arga datang lagi, Viola melirik pria yang tengah meletakan sepiring nasi goreng di atas meja, agak jauh dari mereka. Arga mendekat ke arah mereka meminta agar Viola sarapan dulu dan dia yang melihat Fino.

Awalnya Viola melongo tetapi wanita itu menganggukan kepala dengan patuh, dia meminta Fino untuk bermain dengan Arga dulu. Entah Fino mendengar atau tidak tetapi sekarang Fino tengah bermain dengan Arga.

"Wih, masakan bapak enak banget!" Viola berdecak kagum dengan masakan Arga sedangkan Arga sama sekali tidak menggubris ucapan Viola barusan membuat Viola berdecih kesal, nyesal dia memuji.

"Pak, di sini enggak ada pembantu?" Viola bertanya karena sejak tadi dia sama sekali tidak melihat pembantu.

"Ada, mbok Inah tapi lagi sakit."

Viola menganggukan kepala pantas saja Arga yang mengurus semuanya tapi jujur Arga itu suami idaman, ngurus anak bisa, ngurus rumah bisa. Pasti istrinya beruntung memiliki Arga.

"Fela! Main Fela!"

Entah apa yang terjadi Fino kembali mereog, dia menunjuk ke arah kamar Fela membuat Arga mulai membujuk anak itu, dia menggelengkan kepala.

"Adik Fela lagi belajar," ujar Arga dengan lembut dan pengertian, jujur sisi Arga yang ini sangat jarang atau bahkan tidak pernah terlihat saat di kampus. Haruskah Viola beruntung karena dapat melihat sisi yang ini?

Fino menggelengkan kepala sebagai jawaban dari ucapan Arga, dia menangis lagi dan kali ini melempar gambar dan pensil warna ke sembarang arah. Terpaksa Viola meneguk habis air minumnya dan melangkah ke arah mereka.

"Fino, ayo ke kamar main sama kakak Vio!"

Kali ini Fino menatap Viola dengan mata yang berkedip beberapa kali, dia tersenyum dan menghapus air mata begitu cepat. Anak itu berlari ke arah kamarnya membuat Viola yang baru saja selesai makan bahkan belum menghabiskan sarapannya ikut berlari mengejar Fino.

"Hati-hati Fin! Nanti jatuh!" teriak Viola yang perlahan sudah menjelma menjadi emak-emak yang takut anaknya kenapa-kenapa.

Sedangkan Arga yang melihat kelakuan dua orang itu tersenyum, dia membereskan semua yang ada di sana lalu melangkah ke arah kamar Fela, pria itu mengetuk pintu anak perempuannya itu.

"Fela, papa mau bicara!"

...****...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!