Chapter 3

"Jadi Zhull, bagaimana rasanya hidup di Benua Tenggara? Apakah tempat itu nyaman?"

Zhull hanya diam sejenak dan berfikir. "Apakah aku harus berbohong atau jujur kalau kau berasal dari dunia lain?"

"Hmmm, Zhull? Apakah kau dengar?"

"Ehh... Maaf Granos-san. Tadi aku tiba-tiba bengong."

"Baiklah, jadi bagaimana dengan pertanyaan ku tadi?"

"Ya... Di sana sangat nyaman, orang-orang di sana juga ramah walaupun tidak semuanya. Tapi aku senang berada di sana."

"Hahaha... Sepertinya tempat itu sangat menyenangkan. Dan aku dengar di sana memiliki banyak budaya, apakah itu benar?"

"Ya, itu benar. Kami hidup berdampingan tanpa banyak masalah, tapi di kondisi tertentu konflik tetap ada dan menyelesaikannya kadang agak rumit."

"Ya, di manapun itu, konflik karena perbedaan memang selalu ada. Jadi, apa alasanmu mengembara dan meninggalkan Benua Tenggara?"

"Bisa dibilang aku ingin merantau dan melihat dunia luar, sekalian aku ingin mencari pengetahuan."

"Yah, merantau memang pilihan bagus jika kau berada di tempat yang menurutmu kurang mendukung. Ditambah lagi kau ingin melihat dunia luar dan mencari pengetahuan, kau pasti pemuda yang memiliki tujuan besar."

"Terimakasih pujiannya, Granos-san."

Mereka berbincang-bincang selama perjalanan. Sandora agak jauh, bahkan butuh sekitar dua jam sampai tembok Sandora benar-benar terlihat.

"Wow, aku kira Sandora adalah tempat yang gersang, tandus, dan kering. Tapi ternyata cukup hijau dan segar."

"Sandora dulunya memang tempat yang tandus dan gersang. Tapi sejak tempat ini dipimpin oleh walikota Dutchope Florand sekitar enam puluh tahun yang lalu. Tempat ini jadi hijau dan berkembang pesat. Mengingatnya membuatku bernostalgia"

"Hehe... Kau sepertinya sudah tinggal disini cukup lama ya?"

"Ya begitulah. Aku lahir dan tumbuh di Sandora selama lima puluh tahun. Banyak yang sudah berubah disini"

"Kalo seperti itu mah, kau bisa disebut sepuh Sandora"

"Hahahaha... Candaan dan caramu berbicara benar-benar lucu. Apakah semua orang di Benua Tenggara memiliki nada bicara seperti itu?"

"Sebagian besar memang seperti itu, tapi sebagian tetap berbicara seperti orang-orang dari luar Benua Tenggara"

"Jadi begitu ya"

___________________________

Akhirnya setelah perjalanan lebih dari dua jam mereka pun sampai di Sandora.

Sandora adalah kota yang tidak terlalu besar, tapi juga tidak terlalu kecil. Orang-orang berlalu lalang melakukan aktifitas mereka masing-masing.

"Baiklah kita sudah sampai. Jika kau butuh bantuan lain kau bisa pergi ke gerbang selatan, aku tinggal disana"

"Baiklah Granos-san, aku akan kesana jika butuh bantuan. Sampai jumpa lagi"

"Sampai jumpa. Jaga dirimu!"

"Pasti."

Zhull hanya menatap Granos yang semakin menjauh. "Pria tua dengan semangat muda." Pikir nya "Aku rasa orang-orang didunia ini punya umur panjang" timpa nya lagi sambil tersenyum.

_________________________

Zhull berjalan menelusuri kota sambil mencari informasi yang dia butuhkan untuk bertahan hidup. Dia memandang setiap bangunan dan mendengarkan percakapan para penduduk Sandora dengan seksama.

Dia memperhatikan semua disekelilingnya, "Gw ngerasa udah kayak masuk dunia game aja." Gumamnya. Zhull terus berjalan sampai dia berhenti di depan kedai makan. Dia masuk untuk mencari informasi lebih namun tempat itu terlihat tidak begitu ramai. "Sepi amat?." Gumamnya pelan.

Saat dia berniat untuk keluar, langkahnya tiba-tiba terhenti karena mendengar seseorang sedang mengeluh terhadap sesuatu dari arah dapur.

"Akhhh!!! Kenapa benda ini selalu seperti ini? Menyebalkan sekali." Orang itu tampaknya sedang mencoba memperbaiki sebuah benda yang tampak seperti penggiling daging.

Zhull yang penasaran pun mendatanginya.

"Hei bro, butuh bantuan?"

"Siapa kamu? Kau sepertinya bukan dari sini."

"Yoi. Gw dari benua selatan, kebetulan gw butuh makan. Gw bisa bantu benerin alat Lo kalo Lo mau."

"Cara bicaramu aneh sekali... Baiklah. Jika kau bisa memperbaiki benda ini aku akan membayar mu"

"Berarti kita sepakat. Sini! Gw liat dulu rusak nya dimana"

Zhull melihat benda itu dan memperbaikinya. Zhull sangat terkesan karena walaupun sederhana namun cukup canggih untuk dunia dengan peradaban kuno.

Setelah beberapa menit benda itu selesai diperbaiki. "Benda ini canggih amat, gw gak ngira bakalan sebagus ini."

"Yah, aku membelinya dengan harga yang mahal. Tapi benda ini sering rusak, menjengkelkan sekali."

"Mending Lo kasih minyak di bagian ini!. Kalo jarang dikasih minyak bakalan cepet rusak dan yang ada lo malah rugi banyak."

"Aku membeli benda ini dengan harga mahal, bagaimana bisa rusak?"

"Mau semahal apapun barang yang Lo beli, kalo gak dirawat ya bakalan cepet bobrok!"

"Bobrok?"

"Rusak! Maaf jika cara ngomong ku agak laen"

"Ya, terserah lah. Ini lima koin perak. Terimakasih sudah mau memperbaikinya"

Zhull menerima koin perak itu. Namun, Zhull memutuskan untuk bertanya beberapa hal. "Hei kawan, apakah ada guild dikota ini? Atau tempat lain buat nyari kerjaan?"

Orang itu diam sejenak. "Ya, ada serikat petualang di dekat gerbang selatan. Jika kau mencari empat lain untuk bekerja sampingan mungkin kau harus ke pasar di dekat gerbang timur." Katanya sambil mengeluarkan peta entah dari mana asalnya.

"Gerbang selatan? Disana tempat Granos-san tinggal, gw bisa sedikit tenang nih."

"Granos? Jadi kau kenal pak tua itu ya?"

"Dia yang nganterin gw ke kota ini" Sambil berdiri dari kursi dan bersiap beranjak pergi.

"Ya terserahlah. Hati-hati dijalan! Dan berbicaralah lebih normal, kau bisa membuat orang lain bingung."

"Bakal gw usahain" Zhull berjalan menuju pintu dan keluar.

_______________________

Zhull berjalan menuju ke serikat petualang yang dimaksud orang tadi. Jalan menuju gerbang selatan agak jauh, bahkan butuh lima belas menit hingga dia sampai. "Astaga... Granos-san bilang kota kecil, tapi ini lebih gede dari yang gw kira." Gumamnya sambil berjalan menuju pintu serikat petualang.

Saat dia membuka pintu suasana didalam benar-benar ramai, banyak petualang dengan berbagai senjata yang mereka bawa. Ada kesatria pedang, kemana, penyihir, dan lain-lain.

Zhull menuju meja resepsionis dan disambut oleh wanita cantik dengan rambut pirang pendek. "Wow, cakep banget njirr. Oppainya gede lagi." Ucapnya dalam hati.

"Halo tuan. Apakah ada yang bisa saya bantu?" Tanya nona cantik itu.

"Ah... Anu... Aku ingin mendaftar menjadi petualang." Kata Zhull dengan sedikit gugup dan tersenyum canggung.

Nona itu tersenyum dan menjawab dengan nada ramah. "Tentu saja tuan. Silahkan isi formulir ini dan masuklah keruang pengujian." Katanya sambil memberikan sebuah kertas dengan tulisan yang jelas tidak bisa dibaca oleh Zhull.

Zhull memandang kertas itu dengan kebingungan. "Apaan nih? Bahasa Rusia? Tapi seingat gw kagak gini deh." Ucapnya dalam hati. Dia memandang kertas itu selama beberapa detik dan akhirnya memberanikan diri untuk jujur. "Anu.. Aku berasal dari Benua Tenggara. Aku tumbuh di tempat dengan tulisan yang berbeda, aku tidak bisa membaca ini." Ucapnya dengan malu-malu dengan tersenyum canggung sambil menggaruk kepala.

"Baiklah, tidak apa-apa. Saya akan membantu anda. Siapa nama anda?"

"Dzhu... Ah, maksudku Zhull Crass."

Nona itu menulis nama Zhull dan melanjutkan pertanyaannya. "Baiklah, berapa usia mu?"

"Dua puluh dua tahun, atau semacamnya."

Nona itu menulis lagi dan melanjutkan pertanyaannya lagi. "Apakah Kau punya pekerjaan lain?"

"Untuk saat ini tidak ada."

Nona itu tersenyum dan selesai mencatat formulir. "Baiklah Zhull-san silakan masuk ke pintu itu untuk pengujian kemampuan anda."

"Baiklah terimakasih."

Zhull segera menuju ke pintu yang ditunjukan. Setelah masuk, dia disambut oleh seorang pria besar dengan badan kekar.

"Selamat datang. Namaku Darius Reynold. Aku akan menjadi penguji mu. Jadi, siapa namamu?." Darius menatap Zhull dengan tatapan tajam seolah-olah menilai seberapa kuat Zhull.

"Namaku Zhull Crass, panggil saja Zhull."

Darius mengeluarkan sebuah bola kristal berwarna biru pudar dari bawah meja. "Pertama kita lihat seberapa besar sihir mu. Letakkan pada bola kristal ini!" Katanya sambil meletakkan bola kristal itu keatas meja.

"Baiklah." Zhull mulai meletakkan tangannya ke bola kristal tersebut. Namun, tidak ada reaksi apapun. "Ehh... kok gak kenapa-kenapa? Rusak kah?."

Darius diam dan tampak ragu-ragu. "Hmm... ini seharusnya tidak mungkin terjadi. Orang harusnya masih memiliki sihir walaupun kecil. Aku baru melihat ada orang yang benar-benar tidak memiliki sihir sama sekali, bahkan mana pun tidak ada." Darius mengatakan itu dengan ekspresi kagum, bingung, dan skeptis.

"Lalu apa yang harus gw lakukan, Darius-san?" Tanya Zhull dengan perasaan campur aduk.

Darius hanya mengangkat bahu dan menghela nafas panjang. "Aku tidak tau. Tapi, mungkin kau masih bisa bertarung dengan fisik. Apa kau punya pengalaman bertarung?" Tanyanya sambil melihat tubuh Zhull.

Zhull diam sejenak sebelum akhirnya menjawab. "Hanya kabur dari bandit kejaran bandit, itupun bukan pengalaman bertarung. Aku pernah ikut beladiri sih, tapi cuma sebentar." Katanya sambil mengusap dagunya.

"Baiklah, mari kita coba." Jawab Darius.

Darius membawa Zhull kesebuah lapangan pelatihan kecil untuk diuji kemampuannya.

"Baiklah Zhull, kau bisa memilih senjata apapun yang kau mau untuk latihan sementara." Darius keluar sambil membawa Tombak kayu, pedang kayu, busur dan beberapa senjata lain yang terbuat dari bahan yang aman untuk latihan.

Zhull berfikir dan mencoba memilih benda-benda itu. "Mungkin pedang cocok kali ya? Busur agak ribet kalo di pakek ama orang yang aim nya nge-bug kayak gw, kapak kayaknya berat, gw bakal cepet capek, tombak juga kudu bisa jaga jarak aman..." Gumamnya dalam hati. Kemudian dia mengambil pedang kayu yang sedikit kecil namun panjang. "Sip!. Darius-san, aku pilih pedang ini."

Darius mengangguk yakin. "Baiklah, pilihan bagus!. Coba kau serang boneka kayu itu!" Darius menunjuk sebuah boneka yang terbuat dari kayu dan jerami.

Zhull mengangguk dan mengambil posisi. "Baiklah, aku siap!"

...___________________...

...TBC...

Terpopuler

Comments

Muhammad Fatih

Muhammad Fatih

Kehabisan kata-kata. 😶

2024-10-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!