"Kamu melihat ponsel saya tadi?" Tanya Ghaffar dengan tatapan menyelidik
"Maaf, saya tidak sengaja melihat isi pesan yang dikirim 'wanita itu' pada anda" jawab Haura sembari menundukkan kepalanya.
"Terus? Kamu mau mengadukan nya pada orang tua saya? Begitu? Silahkan saja saya tidak peduli kalaupun kamu mengadukan jika saya masih berhubungan dengan kekasih saya!" Kecam Ghaffar dengan nada tinggi "Sejak awal saya menikahi mu karena permintaan kedua orang tua saya, saya sama sekali tidak mencintai mu! Karena itu jangan ikut campur urusan saya dengan kekasih saya!" Sambung nya sembari menatap Haura dengan tatapan tajam
"Ya saya tahu, Begitu pun dengan saya. Saya pun menikah dengan anda karena permintaan Abi saya dan juga kedua orang tua anda. Saya tidak akan mempermasalahkan anda memiliki kekasih diluar sana karena saya tahu anda memang tidak mencintai saya, tapi tolong hargai saya sebagaimana saya juga menghargai anda sebagai suami saya. Dan biarkan saya melaksanakan semua tugas-tugas saya sebagai istri anda sekalipun anda tidak mencintai saya" pinta Haura sembari menatap balik kearah Ghaffar
Dirinya kemudian menghela nafas berat "kalau mas sudah mengerti, saya mau kebawah duluan untuk menyiapkan sarapan. Silahkan solat dulu sekarang sebelum waktunya habis" sambung nya sembari menunjukkan kepalanya kembali lalu berjalan kearah pintu keluar kamar itu.
Ghaffar terdiam menatap kearah pintu setelah Haura keluar. Dirinya tidak salah dengar kalau istri nya itu tidak mempermasalahkan dirinya memiliki kekasih lain dibelakang nya?
"aku tidak mengerti apa yang wanita itu pikirkan" ucap nya heran
Dirinya kemudian segera merapikan posisinya, bersiap untuk segera melaksanakan sholat subuh sebelum matahari terbit. Ghaffar mengambil posisi berdiri, lalu mengangkat tangannya dan mengucapkan takbir. Dalam keheningan, dirinya mulai membaca Al-Fatihah dengan khusyuk pada setiap ayat yang dibaca.
*
*
*
Setelah selesai sholat, Ghaffar duduk sejenak dan merenung. Biasanya, ia akan memanjatkan doa dan menyebut nama seseorang yang ia cintai, berharap agar dirinya dan juga Celin dijodohkan. Namun, kini hal itu tidak lagi ia lakukan. Nama yang dulu sering Ghaffar sebut dalam doa dan meminta untuk dijadikan pasangan, ternyata tidak dikabulkan sama sekali.
Mungkin ini memang takdir yang telah ditentukan oleh Allah, namun menerima kenyataan ini dengan lapang dada sangat sulit bagi Ghaffar. Haura memang istri yang baik, tetapi hati Ghaffar tidak bisa dipaksakan untuk mencintai nya, karena sejak awal wanita yang ia cintai hanyalah Celin kekasih yang sudah 3 tahun bersama nya.
🖤🖤🖤
Saat Haura turun untuk menyiapkan sarapan, dirinya tanpa sengaja bertemu dengan ibu mertua nya yang juga tengah memasak di dapur. Dengan perlahan Haura mendekati ibu mertua nya itu lalu menyapanya dengan sopan "Bu, mau Haura bantuin?" Tanya nya.
"Eh?" Zea sedikit terkejut saat Haura menyapanya. "Oh ternyata kamu, kirain siapa tadi. Udah gak usah ini udah mateng, kamu ambilin piring aja, kita sarapan bareng ya?" Sambung nya sembari tersenyum hangat pada Haura
"Iyaa Bu, boleh" balas Haura. Ia kemudian mengambilkan beberapa piring untuk dirinya, kedua mertuanya dan juga untuk Ghaffar lalu memberikan empat piring itu pada ibu mertua nya.
"Haura, hari ini ibu sama bapak mau pulang ya" ucap Zea sembari meletakkan piring yang sudah berisi makanan yang ia masak tadi.
Seketika Haura terkejut mendengar ucapan ibu mertua nya itu yang tiba-tiba mengatakan kedua mertuanya akan pulang hari ini "Ya? Kenapa tiba-tiba Bu?" Tanya nya dengan raut sedih
Zea tersenyum kearah menantunya itu "Enggak kenapa-kenapa, Kami hanya gak mau ganggu kalian aja. Lagian kalau Haura kangen atau butuh teman curhat telpon ibu aja, ibu pasti angkat kok!"
"Padahal tidak masalah kalaupun ibu sama bapak seminggu disini..." Lirih Haura tak mau jika kedua mertuanya pulang lebih cepat
Zea kemudian mengusap kepala Haura yang terbalut jilbab itu dengan lembut "Jangan murung kaya gitu dong, nak. Kamu pasti bisa kok! Kalian berdua harus mandiri ya? Jaga kesehatan kamu, kalau butuh apa-apa tinggal telpon atau main kerumah ibu saja. Dan juga kami sudah percayakan Ghaffar padamu, tolong jaga dia ya? kalau dia salah tegur saja dan bicarakan berdua. Kalau Ghaffar berani macam-macam sama kamu, telpon ibu biar ibu marahin dia! Ya?"
Haura hanya tersenyum tipis mendengar ucapan mertuanya itu, dirinya kemudian mengangguk pelan mengiyakan ucapan dari Zea "Iya Bu" balas nya.
Tanpa Zea ketahui sebenarnya putra nya sudah berani menyelingkuhi Haura. Namun sebisa mungkin Haura tutupi saat ini karena tak mau membuat ibu mertua nya itu sedih.
'maaf Bu' batinnya merasa bersalah.
To be continue~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments