Aku gugup banget, belum lagi dadaku yang berdetak kencang. *Sambil melihat ke dalam cermin. Nampak seorang gadis cantik mengenakan kabaya.
Sabila mengoles beberapa make up kepada wajahnya. Make up itu terlihat sederhana, dan layak digunakan ketika acara keluarga yang tidak terlalu mewah. Seperti acara ini.
Acara lamaran dilaksanakan di ruang tamu keluarga Sabila. Hanya dihadiri keluarga saja, dan kerabat yang berkenan hadir. Ada pula Pak RT yang datang numpang ngopi.
Sabila
Apa aku harus kabur saja, dan tidak menghadiri acara ini. *melihat jendela yang gordennya tertiup angin.
Sabila
Mungkin itu jalan terbaik, agar aku terlepas dari beban pernikahan.
Sabila
Tapi aku tidak sembarangan itu. Meninggalkan ayah dan ibu hanya karena alibiku sendiri.
Sabila
Tapi, masih banyak pria yang menantiku disana. Mereka menungguku, dan mencintaiku. *Di dalam hati, menatap gorden dengan menerawang langit.
Tavera
Sab, loe ada di dalam? *mengetuk pintu.
Sabila
Ada, sebentar aku belum selesai make up.
Tavera
Lama banget sih loe, anak gue aja sampai nangis karena kelamaan.
Sabila
Bentar kak, butuh waktu buat gue untuk dandan secantik mungkin
Tavera
Ya elah, yang sebentar lagi punya laki.
Sabila
Gue nggak pernah minta secepat ini kak. Ini udah jadi garis dari Gusti.
Tavera
Iya deh. Buruan ya, para tamu dah datang.
Sabila
Tamu, memang ayah ngundang tamu kak?
Tavera
Yang mau lihat loe lamaran aja, tetangga kita Sab.
Sabila
Ya Gusti mereka mikir apa dong kalau gue dibereg kawinan gini.
Tavera
Mereka nggak nyangka aja Sabila si cantik kampung ini, buru - buru kawin.
Sabila
Banyak nggak?
Tavera
Yah nggak semua, tapi ini bakalan jadi gosip terhangat.
Ngak mau yang ada tambah malu. Loe udah pake kebaya kak?
Tavera
Gue udah pake baju resmi sekarang, udah cantik banget.
Tavera
Ya udah gue tinggal dulu, gue mau beres - beres yang belum kelar.
Sabila
Iya kak.
Sabila menghembuskan nafas dalam.
Sabila
Sebaiknya aku tidak keluar kamar saja, kalau belum siap.
Mira
Sab! *Buka pintu kamar, masuk sembarangan.
Sabila
*kaget. Ibu ada apa?
Mira
Ya Tuhan Sabila kamu masih aja dandan, ibu minta kamu persiapkan diri untuk bertemu dengannya. *Menghela nafas.
Sabila
Aku belum siap buk, masih banyak yang ingin aku lakukan. *Gugup, tersenyum paksa.
Mira
Semuanya sudah tidak berguna Sab, sekarang sudah waktunya.
Sabila
Tapi bapak.
Mira
Bapak kamu sudah datang dari sejam lalu. Dia saat ini sedang menunggu keluarga Brawijaya.
Sabila
Tapi buk.
Mira
Kamu tunggu saja di luar. Di kamar ini sesak, yang ada make up kamu luntur.
Sabila
Maaf buk. Baik aku akan keluar sekarang, dan menunggu keluarga Brawijaya di sofa.
Mira
Jangan pernah menangis hanya karena ini.
Sabila
Iya buk. *tersenyum, menahan tangis, keluar dari kamarnya.
Mira
*Melihat anaknya dengan sorot pengertian.
**
16. 40
Di dalam mobil.
Stefani
Mas memangnya keluarga pak Enang itu seperti apa sih?
Gerandal
Mereka sangat baik dan terkenal punya sikap dermawan. Dari dulu ayah selalu memujinya, karena tidak pernah lupa memberikannya makanan buatan istrinya pak Enang.
Stefani
Wah berarti ayahmu sangat dekat dengan mereka. Pasti bukan orang biasa dong.
Gerandal
Setahuku memang mereka tidak kaya, tapi aku yakin mereka berkecukupan. *Fokus nyetir.
Stefani
Hem aku tidak yakin, karena pak Enang hanya karyawan biasa di PT. Brawijaya. Pastinya ia orang miskin, tidak sama seperti kalangan atas lainnya.
Gerandal
Baiklah aku ngerti, lagi pula itu bukan masalah selama anak kita mau menerima gadis itu. *melihat ke arah Rendi.
Stefani
Aku tak yakin gadis itu cocok dengan anak kita. Dia punya selera tersendiri kalau masalah pasangan. Apa kamu yakin Ren? *melihat ke arah Rendi.
Rendi
Aku sudah menerima ini semua, dan kita akan ke rumahnya. Kenapa terus dibahas sih? *Melihat ke luar jendela mobil, nampak kota yang indah.
Stefani
Sayang tapi kamu harus melakukannya dengan serius.
Gerandal
Dan menerimanya dia sebagai calon istri kamu.
Rendi
Menyebalkan. *Tidak peduli.
Gerandal
Anakku daddy harap kamu tidak bersikap begitu dihadapan keluarga pak Enang.
Stefani
Jaga sikapmu jangan sampai mempermalukan keluarga Brawijaya.
Rendi
Aku akan melakukan yang terbaik, tapi jujur aku nggak mau perjodohan ini.
Stefani
Ini demi kakek mu Ren. Setelah wafat dia hanya ingin melihat cucunya bahagia.
Gerandal
Kakekmu pasti kecewa kalau melihat sikap kamu yang tidak berubah. Kamu sudah dewasa.
Rendi
Terserah apa kata kalian. Lagi pula aku tidak bisa menolak. Lebih baik aku diam, menikahi gadis tak dikenal sepertinya sama saja masuk penjara.
Stefani
Lihat saja nanti, kau akan menyesal mengatakan itu. *Tersenyum penuh arti.
Rendi
Ah sudahlah ibu sama saja dengan daddy. Aku akan menikahinya tapi nanti kalian tanggung sendiri.
Gerandal
Apapun akan kamu lakukan asal kamu mau menikahinya.
Rendi
Iya aku bersedia. *Pantang.
Yasinta
Panas sekali hari ini, kenapa kalian terus bertengkar. Berisik! Mulai sekarang kak Rendi bukan jomblo lagi, haha. *tertawa, merasa risih, cuek bebek.
Di dalam hati Rendi merasakan getaran aneh dalam dirinya, itu terjadi karena ia nggak mau melamar calon istrinya. Ia merasa kesal pada ayahnya karena menjodohkannya. Ia belum siap menikah dan tidak mencintai calon istrinya itu.
Mobil yang mereka tunggangi sampai di Jl. Braga. Rumah yang ditunjuk dalam maps berdekatan dengan jalan tersebut. Karena yang mereka tuju adalah rumah Sabila.
Comments