Haha, dia minta sama tante supaya ajak kamu makan. Tapi kamunya asik banget main.
Asya
Ma in seru. Makan nggak enak.
Sabila
Biar tante yang suapin Asya.
Asya
Tetap nggak mau. *memainkan mainan anak.
Sabila
Ya udah kalau nggak mau, biar sama mama kamu aja makannya. *menghela nafas, kembali teringat sesuatu.
Asya
Makasih a te. *Sibuk bermain.
Sabila
Gimana ya, aku masih ragu melaksanakan perjodohan ini. Bagiku seperti menelan empedu, pahit sekali. Tapi semuanya sudah direncanakan, bahkan untuk mengingatnya saja sudah tidak mau. *di dalam hati.
Sabila
Sekarang adalah hari pertemuanku dengan cowok itu. Katanya keluarganya akan datang ketika babda salat Magrib. Jujur Sabila sendiri masih ragu. *di dalam hati.
Asya
Tan, mainan ini nggak bisa di pake? *Menunjuk mainan di genggamannya.
Sabila
Oh ini namanya robot Sya. Ini masih bagus, pasti bisa di pake.
Asya
Nggak bisa ate, susah.
Sabila
Apanya?
Asya
Tangan dan kakinya nggak bisa gerak. *menunjuk kaki robot.
Sabila
Nggak mungkin bisa gerak namanya juga robot Sya. *tertawa.
Asya
Dia nantinya nggak bisa jalan. *polos.
Sabila
Robot kan mainan bukan manusia yang bisa jalan.
Asya
Tapi mirip anusia.
Sabila
Manusia bukan anusia Sya.
Asya
Apa itu manusia?
Sabila
Manusia itu kita, yang diciptakan Allah untuk menjaga bumi ini Sya.
Asya
Bumi itu apa?
Sabila
Bumi itu planet yang kita huni.
Asya
Haha, Asya nggak ngerti. Ate bodoh, ate bohongin Asya.
Sabila
Kamu bilang apa, tante itu pintar bukan bodoh. Yang ada kamu bodoh.
Asya
Ate Asya pinter. *berkaca-kaca.
Sabila
Iya Asya pinter, ate bodoh.
Asya
Yey. *tepuk tangan.
Tavera
Anakku kamu nggak nangis dan minta ke mama kan? *tiba - tiba datang.
Asya
*menggeleng.
Sabila
Loe abis dari mana aja sih kak ? Lama banget, kalau di hitung udah 2 jam tahu.
Tavera
Gue nggak ngomong sama loe pe'a.
Sabila
Gue cuma nanya kak, jawab yang bener dong. Asya nggak nangis tapi dia nggak mau makan disuapin sama gue.
Tavera
Ya mana mungkin dia mau. Kan loe tahu kalau gue baru beli makanan buat anak gue.
Sabila
Jadi loe ke pasar?
Tavera
Emang setiap hari Jum'at gue ke pasar. Terlebih hari ini kan loe. *mengulum senyum.
Sabila
Apaan deh loe.
Tavera
Gue nggak akan pernah lupa hari ini, Sab. Loe tahu nggak ini hari apa? *Histeris.
Sabila
Gue lupa tuh.
Tavera
Masa iya sih gue lebih semangat dari pada loe. Dimana muka gue?
Sabila
Di dengkul loe.
Tavera
Adik macam apa sih loe?
Sabila
*cuek.
Tavera
Loe udah tahu belum wajah calon suami loe?
Sabila
Gue tahu dari mana sih, bapak juga putus kontak setelah itu.
Tavera
Kayaknya dia lagi nyiapin pernikahan loe deh.
Sabila
Gue sebagai anak cuma pasrah. Dan masih ada waktu buat kabur.
Tavera
Syut, loe jangan pernah melakukan itu! Loe sebaiknya mementingkan ayah yang sayang sama loe, pikirkan.
Sabila
Nggak akan kak, tapi gue kalau sudah putus asa. *menangis
Tavera
*memeluk Sabila. Katanya kalau kita bisa membahagiakan orang tua, kebahagiaan itu juga akan jatuh pada kita. Termasuk nanti pas kita berumah tangga. Meskipun loe nggak mencintainya, tapi loe pasti bisa bahagia.
Sabila
*memeluk Tavera. Aku nggak percaya bisa melepaskan keinginanku dan masa depanku. Hanya untuk menikah atas paksaan orang tua kak.
Tavera
Tapi kesedihan kamu nggak seberapa ketimbang gue kan. *senyum pahit.
Sabila
Kak, jangan bicara ke sana. Itu sudah menjadi masa lalu kakak.
Tavera
Seenggaknya loe bisa melihat pria meminang loe dengan layak, sedangkan gue.
Sabila
Suatu saat nanti akan ada pria yang berani melakukan itu. Dan mencintai kakak dengan tulus.
Tavera
Amin.*tersenyum.
Mira
Sabila!! *tiba - tiba datang.
Sabila
Iya buk kenapa?
Tavera
Ada apa sih buk?
Mira
*duduk di sebelah Sabila. Anakku kamu masih ingatkan sekarang hari apa?
Sabila
Aku ingat buk, mana mungkin enggak.
Mira
Kenapa masih bermain di ruang main Asya. Harusnya kamu persiapkan diri.
Sabila
Persiapkan diri untuk apa?
Mira
Sayang sebentar lagi akan datang pria yang sengaja datang ke sini. Untuk melamar mu. Kenapa tak memberikannya kejutan untuk tampaklebih baik?
Sabila
Apa tampil lebih baik?
Tavera
*tertawa. Loe kan harus mandi dan pasel supaya loe dianggap menantu idaman.
Mira
Pokoknya persiapkan diri kamu untuk bertemu mempelainya Sab.
Sabila
Apa yang harus aku lakukan ?
Tavera
Apa susahnya menyisir rambut. Mencoba pakaian yang baru di beli. Gue dengar ibu membeli batik dan kebaya untuk loe Sab.
Mira
Iya ibu membelikannya baju yang pastinya sangat manis dikenakan oleh Sabila. Tubuh Sabila kecil dan berisi. Dia pasti suka. *tersenyum penuh arti.
Sabila
*keget, tidak percaya kalau sekarang dia akan dilamar.* Baiklah akan aku coba nanti.
Mira
Sekarang!
Sabila
Baiklah aku akan mempersiapkan diri. Aku pamit dulu. *tersenyum pasrah, meninggalkan ruangan bermain ke kamarnya. Sabila berencana menjadikan dirinya secantik mungkin agar ibu dan bapak puas. Setidaknya mereka harus tahu betapa kesalnya Sabila dijadikan budak perjodohan ini.
Tavera
Semoga dapat yang terbaik. *menahan tawa.
Mira
Bedak dan lipstiknya dipake jangan lupa. *tersenyum, bersyukur.
Comments