Sabila ditarik Tavera sampai di hadapan ayah dan ibu. Mereka sedang menunggu kedatangan anak - anaknya, untuk makan malam bersama.
Sabila
Kak, apa - apaan sih.
Tavera
Loe nurut aja, ini demi loe Sab. Tadi ibu minta gue buat ngajak makan loe
Sabila
Kenapa loe malah maksa gue?
Tavera
Karena ibu yang minta.
Sabila
*berbisik. Memangnya ada apa ?
Tavera
*berbisik. Biasa aja kali kalau ibu minta loe buat makan bareng.
Sabila
*berbisik. Kok auranya beda banget yah.
Tavera
*berbisik. Ini gara - gara ayah yang pulang jam segini, biasanya kan lewat pukul 9.
Sabila
*berbisik. Memang di kantornya lagi ada apa sih?
Tavera
*berbisik. Tadi sih gue denger katanya bos ayah datang ke kantornya. Jadi dia pulang supaya nggak ketinggalan, tahu deh apa.
Sabila
*berbisik. Nggak jelas banget sih loe.
Mira
*berdehem. Kalian lagi pada ngapain, kenapa bisik - bisik gitu?
Tavera
Enggak buk, anak satu mu ini tanya ke gue soal masalahnya di tempat kuliah.
Enang
Bukannya kamu sudah nggak kuliah lagi Sab.
Sabila
Iya pak, ini hanya seputar kabar Nesha aja kok.
Enang
Nesha, sepertinya bapak tahu.
Sabila
Nesha sudah sering main ke rumah ini pak. Jadi bapak juga pasti kenal sama dia.
Enang
Oh anak itu.
Sabila
Iya *menunduk. Sabila adalah cewek yang penurut dan baik hati.
Mira
Kenapa kalian malah berdiri saja, ayo cepat duduk. Ibu sudah masakan makanan yang special buat kalian.
Tavera
Makasih buk.
Sabila
Makasih buk.
Tavera dan Sabila duduk di kursi masing - masing. Bersiap untuk menyantap makanan. Kalau saja bapak belum membawa nasi sedikit pun.
Mira
Ibu masakan kalian semur ayam dan daging ayam panggang. Pasti juga dengan sayuran di capcay ya.
Tavera
Wah ada masakan kesukaan Sabila di sini.
Sabila
*tersenyum. Makasih buk, karena udah mau masakin aku ayam goreng dan capcay kesayangan.
Mira
Haha, ibu senang sekali kalau kamu senang Sab.
Sabila
Aku senang banget dong.
Tavera
Ibu nggak mungkin bikini Sabila makanan enak, kalau nggak ada maunya. Ya nggak, *tersenyum jahil.
Sabila
*bingung. Gue nggak mau berekspektasi terlalu jauh kak.
Tavera
Karena loe takut kecewa sama gue.
Sabila
Loe tahu aja.
Mira
Tapi ibu memang sengaja melakukan ini, untuk satu hal. Kamu mau nerima itu kan Sab?
Sabila
Gue sebagai anak ibu hanya akan menurut saja. Meskipun aku juga tidak tahu.
Mira
Baguslah.*Sambil menuangkan nasi dan lauk pada piring - piring yang masih kosong.
Sabila
*tersenyum. Ibu pasti mau memberikan aku hadiah atau apa ya.
Mira
Bukan itu Sab, tapi ibu berencana akan menjodohkan kamu dengan seseorang.
Sabila
Maksud ibu apa, kenapa mendadak sekali.
Tavera
Wah ternyata pembicaraan tadi siang berlanjut juga. Bahkan lebih dramatis.
Mira
Kamu sudah *Bapak menghentikan ucapan ibu dengan sentuhan pada tangannya.
Enang
Akan bapak jelaskan setelah makan selesai Sab.
Sabila merasa dirinya berada di titik kehancuran, karena ia tahu apapun yang menyangkut pautkan ayah. Harus ia lakukan tanpa bantahan sedikit saja.
Sabila
*deg deg. Baik pak. *Dengan berat hati.
Enang
*mengelus kepala Sabila. Bagus sayang kamu emang anak bapak, yang begitu bapak sayang. Kamu selalu jujur dan apa adanya.
Mira
Makasih Sabila telah menerima bapakmu dengan suka rela. Bahkan sepertinya kamu tidak menolak, benar kan?
Sabila
Iya buk.
Tavera
Loe udah berubah Sab, udah jadi cewek dewasa beneran. Emang tubuh loe itu harus ada yang jaga supaya nggak ada yang nyolek. Kan sayang. *terkikik.
Sabila
Kak becandanya keterlaluan.
Tavera
Maaf.
Mereka sama - sama menikmati makan malam yang sederhana seperti mewah itu dengan tenang.
Setelah selesai makan, keluarga itu masih duduk di meja makan. Karena pembicaraan belum selesai.
Mira
*batuk.
Sabila
Apa yang akan kalian katakan, seperti nya merasa kikuk. *gelisah.
Tavera
Sut, memangnya loe lupa kalau mau dijodohkan?
Sabila
Ingat, gue sebenarnya nggak mau dijodohkan.
Tavera
Loe ngomong dihadapan ayah langsung. Gue nggak akan jadi pesan loe itu.
Enang
Kalian cobalah tenang! *bentak.
Tavera
Maaf yah, tapi Vera nggak suka sama Sabila. Karena dia nggak serius.
Enang
Sab, kamu harus lebih serius. Bapak juga akan lebih leluasa berbicara padamu.
Sabila
*Mengangguk. Sabila tahu pak, tadi Sabila hanya mencoba menarik nafas.
Enang
Sab sudah lama bapak nggak ngasih tahu ke kamu. Kalau sepuluh tahun yang lalu, bapak pernah berjanji pada pemilik PT. Brawijaya. Kalau sudah tiba umurmu 20 tahun, bapak akan menikahkan kamu dengan anak keluarganya. Maafkan bapak karena baru bisa bicara sekarang. *menangis haru.
Sabila
Jadi aku harus menikah.
Mira
Ibu sudah mencoba mejelaskan tadi siang. Tapi sekarang bapak mampu menjelaskan semuanya.
Sabila
Menurutku ibu dan ayah sama saja. Merasa kalau pernikahanku adalah permainan yang harus diselenggarakan secara mendadak. *menangis.
Enang
Sab jangan menangis, perjanjian pada PT. Brawijaya adalah keharusan. Sudah lama mereka membantu kita, dengan memberikan ayah pekerjaan di kantor. Kamu nggak lupa kan?
Sabila
Aku tahu yah, tapi ini mendadak.
Enang
Tidak Sab semua sudah direncanakan. Ini juga merupakan perjanjian yang diberikan langsung oleh kakek Brawijaya yang sudah wafat. Dia adalah pendiri PT. tersebut. Dan merupakan bapak tertua keluarga Brawijaya. Mereka juga tidak mungkin melanggar janji yang telah tertulis.
Sabila
Apa yang harus aku lakukan?
Mira
*mengelus Sabila. Turuti saja kemauan bapakmu. Nanti ibu akan membantumu, kalau misalkan pria itu bukan pria baik untukmu.
Sabila
Tapi menikah bukan hal gampang buk. Aku harus melakukannya dengan hati iklas dan tulus. Aku juga tidak mencintainya, bahkan bertemu dengannya.
Mira
Dia bukannya cucu dari Brawijaya, dia pasti dari kalangan baik - baik.
Sabila
Ibu berpikir kalau aku mata duitan?
Mira
Tidak Sab.
Enang
Kamu hanya perlu memperlakukannya dengan baik.
Sabila
Untuk apa dia bukan siapa - siapa.
Enang
Ingatlah Sab, dia adalah mempelai pria mu.
Sabila
Aku tidak bisa menikah paksa dengannya. Apa ayah nggak sayang padaku?
Enang
Ini bukan pernikahan paksa Sabila.
Sabila
*menangis. Baiklah aku tidak bisa menolak keinginan ayah. Tapi satu yang pasti, aku merasa tidak cukup umur menikah di usia 20 tahun.
Enang
*mengelus rambut Sabila. Sayang terimalah dengan baik lamaran dia. Panggil namanya dengan lembut, dan layani dia dengan baik. Bagaimanapun pekerjaan ayah tergantung padamu nak. *memelas.
Sabila
Aku akan mencobanya *menangis, berlari ke kamarnya.
Comments