Bab 4

POV Author

Diruangan Direktur.

"Serumnya diharapkan sampai di pukul 18:35 sore ini, jadi saya rasa kita akan tepat waktu jika langsung mengantarkannya ke pihak bu Hanih" lapor Raisa ke Dewa.

"Untuk traffic lalu lintas sore ini, semoga bisa bekerjasama dengan kita yang sedang di kejar waktu saat ini" harap Dewa.

"Semoga saja pak" Raisa menanggapi. Dewa lanjut mengecek berkas yang masih ia tangani, dan Raisa menganggukkan kepala ke Dewa tanda permisi meninggalkan ruangan direktur tersebut.

Lala sampai kembali di kantor dan langsung menghampiri meja kerja Raisa, yang saat ini juga sedang ada Helena disitu. "Aku lelah" kata Lala ke mereka berdua. "Ayo kita mengisi bensin" lanjut Lala.

Yang ia maksud dengan mengisi bensin ialah mengisi tubuh mereka dengan makanan dan juga minuman di cafe subway berada di sebrang kantor. Mereka pun tiba di cafe subway, dan Raisa langsung memesankan menu yang sudah di pilih Helena dan juga Lala. Sedangkan Lala dan Helena langsung duduk di meja untuk menunggu Raisa datang membawa makanan.

"Makasih ya Sa" ucap Lala saat Raisa sudah membawakan satu nampan yang berisi 3 makanan dan juga 3 minuman untuk mereka.

"Santai aja lo kali" jawab Raisa sedikit tertawa. Lala pun langsung memasukkan suapan pertama menu tortilla yang ia pilih ke mulutnya.

"Hmm gini jauh lebih baik" ucapnya dengan mulut yang masih penuh dengan makanan.

"Apa lah yang kita lakukan di luar jam kerja gini masih ada orderan, kurasa kita lagi di kutuk" ucap Helena menghela nafas, sebelum menyuapkan makanan ke mulutnya.

"Gimana tadi di penjara?" tanya Raisa ke Lala.

"Ya begitulah" jawab Lala singkat karna merasa malas membahasnya.

"Dia tertangkap di lokasi, karna membuat keributan saat mabuk, seluruh negri meilhatnya ditangkap karna banyak yang merekam dan menyebarkannya di media sosial" ucap Helena.

"Gue penasaran kenapa orang seperti dia memakai narkoba" tanya Raisa melanjutkan obrolan.

"Lo ngga bisa menilai dari penampilan saja" sahut Helena menanggapinya. Lala mendengarnya hanya tertawa kecil sambil tetap menghabiskan makanannya.

Drttt drrt ponsel Raisa yang ia letakkan di atas meja bergetar menandakan ada pesan yang masuk. Raisa pun segera mengambil ponselnya dan membuka serta membaca pesan yang masuk tersebut. Dan terlihat raut wajah Raisa yang sedikit khawatir.

Lala yang menyadari itu lantas bertanya ke Raisa. " Ada apa? Ini bukan soal salah pengiriman barang kan?" tanyanya.

"Ayo kita urus bersama kalau itu masalahnya" sambung Helena.

"Bukan, ini suami gue" jawab Raisa.

"Pulanglah, kasihan kalau cuma suami lo yang ngelakui kerjaan rumahtangga" kata Helena kepada Raisa. "Iya biar kami yang urus sisa pengiriman" sambung Lala.

"Ngga perlu, kita harus melakukannya bersama" jawab Raisa merasa sungkan ke teman-temannya itu. Ponsel Raisa kembali bergetar panjang menandakan ada panggilan telefon yang masuk drrt drtrtt drrrt.

"Sebentar gue nerima telfon ini ya" katanya ke Helena juga Lala.

Pada saat Raisa berjalan menjauh untuk mengangkat telfon masuk, Helena mengatakan ke Raisa. "Dia harusnya pergi saat kita menyuruhnya." Lalu ia melanjutkan "Lo terlihat lebih santai belakangan ini" katanya ke Lala.

Lala terdiam sebentar "Benar, gue harus tenang" sahutnya, tetapi terlihat senyum yang ia paksakan.

Ponsel Helena pun berbunyi ada panggilan masuk, saat ia melihatnya wajahnya tampak kaget, lalu ia permisi juga ke Lala untuk mengangkatnya.

"Apa itu dari pacar nomor tiga lo?" tanya Lala ke Helena dengan nada candaan.

"Hei, lo pikir gue siapa?" sahut Helena sedikit murka sambil berdiri. Lala lantas tertawa terbahak-bahak.

Di Bandara, Dewa dan Stefan akan mengambil paketan serum yang akan mereka kirimkan kepada bu Hanih jam 7 malam ini.

"Jika ingin membawanya, kamu butuh dokumen otorisasi" kata petugas beacukai kepada Dewa. Sambil melihat jam di pergelangan tangannya "Tidak bisakah kami memberikannya nanti?" tanya Dewa kepada petugas.

"Maaf tidak bisa pak, itu sudah prosedur" jawabnya.

"Maaf pak, seharusnya aku memeriksa dulu" kata Stefan kepada Dewa dengan perasaan bersalah.

Di kantor, Lala, Helena dan Raisa sudah kembali dari cafe subway. Saat berjalan di lorong menuju ruangan mereka, Raisa lagi-lagi menerima panggilan masuk.

"Iya halo" jawabnya langsung saat mengangkat panggilan telefon itu.

"APA?" tiba-tiba Raisa menghentikan langkah kakinya, yang diikuti juga oleh Lala dan juga Helena. Raisa pun melihat Lala dan Helena dengan raut wajah yang panik.

"Dokumennya udah siap, tapi kita harus membawa ini ke bandara" kata Lala kepada Helena dan Raisa pada saat memasuki ruangan kerja mereka, sambil membawa map yang berisi berkas yang dibutuhkan untuk otorisasi pengambilan paket di bandara.

"Sudah telfon jasa pengiriman?" tanya Lala ke Raisa.

"Mereka sibuk, setidaknya butuh waktu 20menit" jawabnya Raisa.

"Jalanannya macet sekali karena hujan" timpal Helena yang mengecek traffic di aplikasi maps via handphonenya.

"Kita ngga bisa sampai kesana kalau pakai mobil, kita harus memberi mereka dokumen ini setidaknya pukul 6 sore" ucap Lala.

Lala bergegas ke basement, untuk mengambil sepeda motor jenis trail, karna menurutnya menggunakan itu akan lebih membuatnya cepat sampai, untuk mengantarkan dokumen itu ke bandara. Helena dan Raisa berlari tergesa menyusul Lala. "Gue penasaran siapa yang naik ini ke tempat kerja" ucap Helena ke Lala.

Karna saat mengendarai sepeda motor trail tersebut, Lala selalu menggunakan jaket dan helm fullface berwarna hitam. "Doakan gue selamat sampai tujuan" jawabnya ke Helena dan Raisa.

"Hati-hati La" ucap Raisa. Lala pun mulai melaju dengan kecepatan diatas rata-rata agar cepat sampai di bandara, walaupun keadaan saat ini langit sudah gelap serta sedang hujan dan jalanan pasti sedang licin.

Terlihat Stefan berdiri di depan pintu masuk bandara sedang menunggu kedatangan dokumen yang mereka perlukan. "Bu Lala?" tanyanya kaget ketika melihat Lala membuka helm dan menyerahkan berkas tersebut kepada Stefan. Stefan hanya terdiam beberapa detik.

"Lo masih berdiri matung disini?" tanya Lala menanggapi Stefan.

"Apa?" jawab Stefan kikuk

"Lari" ucap Lala cepat

Stefan pun bergegas berlari ke dalam bandara, untuk menemui Dewa dan juga petugas beacukai tadi untuk menyerahkan dokumen otorisasi tersebut.

Pada saat Dewa dan Stefan di perjalanan, menuju tempat yang sudah di janjikan oleh pengacara Putri, sebagai perwakilan dari ibu Hanih untuk menerima paketan serum tersebut, Dewa mendapatkan panggilan telfon dari pengacara Putri.

"Halo bu Putri, ini kami sedang menuju kesana" ucap Dewa langsung saat mengangkat panggilan. "Apa?" sahut Dewa terkejut, mendengar jawaban dari bu Putri di sebrang sana.

Lantas Dewa membalik arahkan mobil yang sedang ia setir dengan Stefan yang berada disampingnya. "Ada apa pak?" tanya Stefan penasaran, karena melihat raut wajah Dewa yang kaget saat menerima panggilan telefon.

"Kita harus ke rumah bu Hanih langsung, pengacara Putri mengabarkan kalau bu Hanih baru saja meninggal dunia" jawab Dewa. Stefan pun langsung segera menghubungi rekan kerjanya yang lain, agar meluangkan waktu untuk melayat ke kediaman bu Hanih.

Setelah mereka selesai dari rumah duka, Lala, Helena, Raisa juga Stefan memilih duduk sebentar di coffee shop ngga jauh dari rumah duka tersebut, untuk menenangkan diri sejenak.

"Hidup memang serangkaian kejadian tak terduga, gue dengar bu Hanih terkena serangan jantung" ucap Helena membuka obrolan.

"Beberapa jam lalu, sepertinya dia yang menguasai dunia" lanjut Stefan.

"Bagaimana dengan serumnya?" tanya Raisa.

"Tadi gue denger katanya itu untuk di bagikan kepada yang melayatnya" jawab Lala.

Terlihat Dewa yang berjalan menghampiri meja dimana empat sekawan itu sedang menyesap kopi hangatnya. "Kalian sudah bekerja keras sampai malam hari ini, terimakasih banyak" ucapnya kepada tim.

"Iya pak, itu sudah jadi tugas kami" sahut Stefan menanggapi.

Dewa pun mengajak Lala untuk pulang karna hari semakin malam.

"Gimana rapat pagi kamu tadi yang?" tanya Lala ke Dewa pada saat sudah duduk dimobil.

"Lancar yang makasih ya udah nanya" jawab Dewa. Tapi seperti biasa, Dewa memiliki nada bicara dan tampang yang selalu datar.

"Apa yang akan kamu lakukan hari ini jika akan meninggal besok?" tanya Lala random.

"Entahlah" jawab Dewa singkat sambil melirik ke istrinya yang wajahnya terlihat sendu.

"Aku sudah memikirkannya, ngga ada yang ingin aku lakukan" lanjut Lala lagi "Aku ngga keberatan menjalankan kehidupan ku yang sekarang, menyelesaikan pekerjaan di kantor, memutuskan menu untuk makan siang, pulang dan menghina bosku di depan suamiku".

Dewa hanya tersenyum tipis menanggapinya.

"Kamu sadar ngga kalau kamu terus terlihat murung belakangan ini?" tanya Lala ke Dewa.

Dewa pun memalingkan pandangannya untuk melihat istrinya. "Itu.. Keadaan sedang sibuk, dan Stefan harus bisa bekerja sendiri sekarang" jawab Dewa.

"Karena inilah rasanya menyesakkan memiliki Superman sebagai bos, ngga semua orang secerdas dan secepat dirimu" lanjut Lala.

"Maafkan aku" ucap Dewa sambil mengelus pucuk kepala Lala yang berada di sebelah kirinya.

"Santai saja, dari pada berlari dengan kecepatan penuh, mari kita nikmati berlari perlahan-lahan bersama suamiku" ucap Lala sambil tersenyum kearah Dewa.

Dewa pun ikut tersenyum dan menggenggam tangan kanan Lala.

Sesampainya di apartemen Lala dan Dewa membersihkan diri masing-masing dan bergegas menuju tempat tidur, untuk mengistirahatkan badan mereka setelah lelah seharian bekerja. Tetapi berbeda dengan Dewa, matanya masih terbuka, sulit untuk dipejamkan walaupun fisiknya sudah lelah. Handphone diatas nakas sampingnya pun bergetar pendek menandakan ada pesan masuk.

Gegas Dewa duduk dan mengecek ponsel tersebut yang menampilkan pesan.

"Aku merindukanmu"

Dewa melihat istrinya yang sedang tertidur lelap di sampingnya saat ini.

Terpopuler

Comments

Anonymous

Anonymous

Ceritanya sama persis kaya di film korea, hanya nama nya yg diganti

2023-11-22

1

Kotodeva

Kotodeva

banyak plot twist nya 😀

2023-11-11

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 BAB 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 BAB 34
35 BAB 35
36 Bab 36
37 BAB 37
38 BAB 38
39 BAB 39
40 BAB 40
41 BAB 41
42 BAB 42
43 BAB 43
44 BAB 44
45 BAB 45
46 BAB 46
47 BAB 47
48 BAB 48
49 BAB 49
50 BAB 50
51 BAB 51
52 BAB 52
53 Draft
54 BAB 54
55 BAB 55
56 BAB 56
57 BAB 57
58 BAB 58
59 BAB 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Rumitnya Sebuah Hubungan Bab 1
90 Rumitnya Sebuah Hubungan Bab 2
91 Rumitnya Sebuah Hubungan Bab 3
92 Rumitnya Sebuah Hubungan Bab 4
93 Rumitnya Sebuah Hubungan Bab 5
94 Rumitnya Sebuah Hubungan Bab 6
95 Rumitnya Sebuah Hubungan Bab 7
96 Rumitnya Sebuah Hubungan Bab 8
Episodes

Updated 96 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
BAB 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
BAB 34
35
BAB 35
36
Bab 36
37
BAB 37
38
BAB 38
39
BAB 39
40
BAB 40
41
BAB 41
42
BAB 42
43
BAB 43
44
BAB 44
45
BAB 45
46
BAB 46
47
BAB 47
48
BAB 48
49
BAB 49
50
BAB 50
51
BAB 51
52
BAB 52
53
Draft
54
BAB 54
55
BAB 55
56
BAB 56
57
BAB 57
58
BAB 58
59
BAB 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Rumitnya Sebuah Hubungan Bab 1
90
Rumitnya Sebuah Hubungan Bab 2
91
Rumitnya Sebuah Hubungan Bab 3
92
Rumitnya Sebuah Hubungan Bab 4
93
Rumitnya Sebuah Hubungan Bab 5
94
Rumitnya Sebuah Hubungan Bab 6
95
Rumitnya Sebuah Hubungan Bab 7
96
Rumitnya Sebuah Hubungan Bab 8

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!