Sesal ?
Suasana ramai dan wangi masakan begitu menguar di kantin sekolah itu.
Gelak tawa hampir terdengar memenuhi tiap sudut ruangan. Dan ditengah itu semua, the member geng juga sedang menikmati makanan mereka dengan nikmat..
Tak lama kekhidmatan itu terjadi, sesosok makhluk hidup bersama kawan-kawannya mulai menginterupsi.
“Ini nih, pengecut yang kemarin nolak ajakan gue”
Salah seorang diantara mereka berkata dan disusul gelak tawa lainnya.
Keempat remaja yang duduk di kursi kantin itupun hanya abai lalu kembali melanjutkan makan mereka.
“WOY BUDEK! NGREMEHIN GUE LO?”
Rayyan mulai terpancing, Ia berteriak lalu menendang meja itu kasar.
“ANJINH MAKANAN GUE TUMPAH!”
Suara Renan menjawab dengan kesal.
"Lo Apa-Apa An Sih?!"
Nendra Mulai Terpancing
“Mau gue? Simple. Cukup sampah-sampah kayak kalian enyah dari sini.”
Rayyan menatap Nendra tajam sembari memberikan senyum meremehkan.
“Heran gue. Bisa-bisanya sampah teriak sampah?”
Hanan mulai ikut menimpali membuat suasana semakin menegangkan.
Ya, inilah sisi 'ekstream' dari Hanan. Dibalik topeng badutnya, ia adalah orang yang cukup berani dan berpengaruh dikalangan siswa dan siswi Neo.
Rayyan mengepalkan tangannya kuat-kuat saat mendengar jawaban Hanan. Jujur saja Ia tersinggung, tapi Ia tak boleh menunjukkannya saat ini.
“Gue maafin kali ini. Karena tujuan gue bukan itu hari ini. Gue cuman mau nyapa anggota baru kalian. Sampah temenan sama bajingan? Lucu juga wkwk”
Rayyan kembali bersuara. Kemudian ia terlihat berlalu meninggalkan meja tersebut. Namun belum tiga langkah kaki itu melangkah, lebih dulu tangannya bekerja menarik satu mangkuk kuah dari siswi yang tengah lewat lalu menyiramkannya pada punggung Jean.
“Sorry. Tangan gue kepleset.
Selamat datang di neraka, Jeandra.”
Pandangan remeh berhasil Rayyan berikan.
“Bajingan lo! Lo apain temen gue? Minta maaf sekarang.”
Hanan menonjok rahang Rayyan, membuat beberapa siswa disana terkejut.
“Gue? Mana sudi minta maaf sama bajingan kayak dia? Asal lo tahu aja. Dia itu pembunuh. Pem.bu.nuh”
Terkejut. Semuanya mulai terkejut, tatkala seorang Renan Junanda mulai ikut meninju lelaki di depannya.
“Sorry. Tangan gue kepleset. Mulut lo bau ****** soalnya”
Ucap Renan disertai senyuman, membuat beberapa orang disana juga ikut terkekeh
Merasa dipermalukan, Rayyan mendekati Jean.
“Satu pukulan balasan untuk Hanan, satu lagi untuk Renan”
“ANJING LO KALAU MAU BALAS MUKUL KE GUE ANJING!”
Hanan melompat di meja, mulai memukul Rayyan.
Melihat bos mereka dalam keadaan darurat pun membuat beberapa 'anak buah' Rayyan ikut menonjok teman-teman Jean yang lain.
Pertarungan sengit itu berlanjut hingga sebuah suara menghentikan aksi mereka.
“HANAN, NENDRA, RENAN, JEAN, RAYYAN, DINO, RAKA! BERHENTI. MASUK RUANGAN BAPAK.”
----------------------------------------------------
Marsellio
Adek Lo Tuh,Jadi Jagoan Sekolah
Marsellio
Habis Berantem Sama Rayyan
Darellio
Mas Kesekolah Sekarang
Jevandra
Adek Gue Gapapa Kan,Sel?
Jevandra
Bener Kan Kata Gue?
Jevandra
Gak Ada Yang Bisa Di Harapin Dari Kotoran Sampah Kayak Lo @You
Jevandra
Selain Cuman Malu-maluin Keluarga
----------------------------------------------------
Lelaki berbalut jas hitam itu menarik kasar tangan kurus dibelakangnya untuk memasuki kamar diujung lantai.
“JEANDRA!”
Suara keras itu menguar memenuhi seluruh penjuru ruang.
🖐️PLAK!
Satu kali tamparan.
🖐️PLAK!!!
Tamparan kedua telah berhasil mendarat di wajah yang penuh lebam itu.
Hampir tangan itu melayang untuk ketiga kalinya, namun kemudian dihempaskan kasar oleh bahunya.
“Berapa kali Mas bilang untuk tidak memalukan wajah mas?! BERAPA KALI?!”
Darrel berteriak tepat di depan wajah adiknya yang kini tengah diam menunduk.
“Kamu itu bisa nggak sih sekali aja banggain keluarga? Kelakuan kayak berandalan. Mau jadi apa kamu? Jadi jagoan? Iya?!”
“Seenggaknya kalau kamu nggak berguna, cukup jangan ngerugiin yang lain, bisa?”
Darrel mengucapkan kalimat menyakitkan itu dengan penuh penekanan.
“Apalagi ini Rayyan. Rayyan itu saudara kamu, Jean! Bisa-bisanya kamu menyakiti dia seperti ini.”
“Kenapa selain nggak punya otak, kamu juga nggak punya rasa persaudaraan sama sekali?! Benar kata Jevan, Kamu itu cuman anak pembawa sial yang nggak tau diuntung!”
“Terus Mas pengen Jean kayak gimana?”
Jean mulai membalas, setelah sumpah serapah Darrel keluar banyak.
“Mas pengen aku diem aja saat dikeroyok gengnya Rayyan sampai aku mati gitu? Oh iya lupa. Itu kan yang kalian pengen? Kalian cuman pengen Jean cepet-cepet lenyap dari dunia ini. Kenapa nggak bunuh Jean aja dari dulu? Toh Jean nggak pernah diinginkan kan di sini?”
Jean melanjutkan, suaranya terdengar bergetar meski ia sampaikan dengan kekehan pelan. Sedangkan di seberang matanya, Darrel menatap Jean dengan pandangan tak percaya. Rasa kesalnya kini benar-benar meledak tergantikan oleh amarah yang membara.
“TIDAK TAU DIRI! Bisa-bisanya kamu bicara seperti itu setelah saya berikan kamu kehidupan seperti ini? Bisa-bisanya kamu berbicara seperti itu di depan saya yang sudah mau menampung pembunuh sialan seperti kamu!”
Sangat datar. Suara yang sangat datar sari Darrel, bahkan disertai dialog 'saya'.
“Kamu harusnya bersyukur! Kalau bukan karena Bang Tian, Mana sudi saya mau menampung pembunuh sepertimu? Harusnya kamu cukup sadar diri anak sialan.”
Setelah itu, Darrel mendekat kearah 'adiknya' itu. Tangannya menangkup kasar wajah penuh luka itu.
“Tidur disini selama skorsing kamu berlangsung. Dan jangan harap kamu bisa berteman lagi dengan bajingan-bajingan kecil yang membawa arus buruk ini.”
“Satu lagi. Percayalah, Jika pada akhirnya saya tahu bahwa kamu tetap menjadi bajingan sialan seperti ini, hari itu lebih baik saya membiarkanmu mati. Saya menyelamatkanmu waktu itu, dan kini saya menyesalinya.”
----------------------------------------------------
----------------------------------------------------
Om Samuel
Gimana Kabar Mu?
Jeandra
Tumben Chat,Ada Apa Om?
Om Samuel
Salah Kalo Om Kangen Sama Kamu?
Om Samuel
Besok Om Balik Ke Neo City Lagi
Jeandra
Ya Terus Jean Harus Gimana?
Om Samuel
Yaa Harus Happy Lah😁
Jeandra
Om Ngapain Kesini?
Om Samuel
Nyari Pujaan Hati
Om Samuel
Bocah Dibilangin Ngeyel
Om Samuel
Besok Kalo Ketemu Awas Kamu Ya!
----------------------------------------------------
Darrel menatap lekat kearah pemuda yang kini berbalut selimut tebal disertai kompres-an pada dahinya. Wajahnya nampak merah karena suhu tubuhnya yang begitu tinggi dan jangan lupakan beberapa luka lebam yang ada disana.
“Nggak gini kalau kamu mau didik adik kamu.”
Seorang lelaki berkepala empat itu membuka suara.
“Om tahu kamu mungkin nggak suka lihat Jean terlibat perkelahian, tapi apa pantas kamu pukul dia, kurung dia di gudang yang engap kayak gitu, bahkan nggak kamu kasih makan dua hari. Itu salah, Darrel!”
"Maaf Om Sam... Darell Lupa"
“Bisa-bisanya kamu lupa tentang hal yang menyangkut nyawa. Kalau tadi Om nggak ke sini, kapan kamu bakal inget Jean? Tau-tau ingetnya kalau udah kecium bau bangkai dari gudang.”
Lelaki bernama Samuel itu sedikit memberikan kalimat sarkas pada keponakannya.
“Udah sih Om, Toh juga bocahnya nggak jadi mati, kan?”
Jevan yang kebetulan juga berkunjung menjawab kalimat Samuel.
Samuel cukup terperangah mendengar apa yang dilontarkan ponakannya itu.
“Jevan! Jean itu adik kamu! Kamu nggak sepantasnya ngomong kaya gitu.”
“Kenapa? Manusia baik aja juga bakal mati, kan? Apalagi manusia sampah kayak dia.”
“Jevan! Kalian salah paham! Semua ini kesalah pahaman yang dibuat orang tua kalian. Berhenti anggap Jean sam-”
“Gimana bukan sampah kalau cuman bawa sial? Bang Tian pergi karena Jean. Mama sama papa cerai juga karena dia. Dia yang udah ngerusak kebahagiaan keluarga ini. Dia nggak layak buat hidup bahagia! Dia pantas buat mati!”
Tamparan keras dari Samuel menghujam Jevan. Darrel sendiri hanya membisu ditempatnya ketika melihat adik dan pamannya saling adu mulut.
Jevan terkekeh pelan sembari mengeluarkan senyum meremehkan, “Om sendiri yang bilang kalau nggak boleh ndidik pakai kekerasan, tapi Om lakuin itu ke Jevan cuman buat bela anak sialan ini.”
Kalimat Jevan sebelum ia keluar dari kamar Jean dan menutup pintunya dengan keras menyisakan hening dalam kamar Jean.
“Darrel pamit, mau kerja.”
“Nggak usah kerja dulu. Jean lagi sakit, dan ini karena kamu.”
“Aku ada pasien penting di rumah sakit.”
“Buat apa kamu jadi dokter yang rawat dan sembuhin orang lain, sedangkan buat adik kamu sendiri kamu malah jadi sumber penyakitnya? Jean butuh kamu, Darrel.”
“Tapi aku nggak butuh dia!”
Darrel berlalu begitu saja menyisakan Samuel dan Jean yang nampaknya terlelap sedari tadi, mungkin.
Suara parau menyentak kesadaran Samuel.
“Boy? Udah sadar? Ada yang sakit?”
Jean hanya menggeleng lemah menanggapi Samuel.
“Jangan marah sama abang. Disini yang salah Jean, jadi Om nggak perlu marah ke Mas sama Abang.. Jangan pukul abang lagi. Rasanya dipukul itu sakit, biar Jean aja yang ngerasain dipukul, abang-abang Jean jangan sampai”
Meskipun terdengar lemah, suara anak itu berhasil menembus hati Samuel.
“Kamu denger darimana aja tadi?”
“Semuanya mungkin?”
Jean menjawab dengan mata yang nampak terluka. Tak bisa dipungkiri bahwa diam-diam hatinya terasa teriris oleh perkataan kedua kakakknya tadi.
“Nggak papa, Om. Jean baik-baik aja. Yang jelas, Om jangan marahin abang lagi ya? Jangan juga pukul abang lagi.”
“Kenapa kamu baik banget, huh?”
Samuel mengusap rambut Jean, lembut.
“Enggak. Jean belum cukup baik, makanya semesta masih belum ramah sama Jean. Semoga aja besok, waktu semesta udah menganggap Jean layak buat dapat hidup yang lebih baik, Jean masih ada disini. Ngerayain hidup bahagia bareng abang-abangnya Jean.”
----------------------------------------------------
"Yang Sakit Bukan Badan...Tapi Hati"
"Ternyata Mas Darell Gabutuh Jean"
"Ya Iyalah Emang Lo Siapa? Wkwkw"
"Lo Bahkan Ga Lebih Dari Orang Yang Udah Ngehancurin Kebahagian Mereka.....Keluarga Lo Sendiri"
Comments