Arthurians

[STARGATE ACTIVATED]

>>>>>>> DESTINATION<<<<<<<<

UNIVERSE ?????, ARTHURIANS

...****************...

Pendragon, 305U (Uther)

“Ini dari Incurso, aku sudah sampai di tempat yang sepertinya adalah gerbang kota. Aku akan segera mematikan comms setelah ini.”

“Dimengerti. Semoga beruntung di misi ini, Incurso.” jawab seseorang dari comms Incurso.

Bulwark, saat itu masih jam 8 pagi, sama seperti dengan di bumi. Namun di saat itu, bulwark terlihat sangat sepi sekali. Bukan karena terjadi penyerangan atau apa, namun karena sebagian besar dari militer bulwark telah berangkat kembali ke bumi dan membangun pos sementara di sana. Dan seperti itulah bagaimana Incurso dikirim ke dunia lain saat ini, dengan nama sementara yaitu Arthurians. Ia hanya sendirian di misi kali ini, dan itu bukanlah sebuah masalah yang besar juga baginya. Hanya ada sedikit binatang buas di dunia baru ini, sementara yang lainnya ? Adalah manusia jaman medieval seperti yang dikatakan oleh para ilmuwan kepadanya. Hal pertama kali yang ia alami saat menapakkan kakinya di dunia ini adalah benar-benar terkejut. Rumput-rumput hijau, dan banyak pohon yang terlihat sama dengan yang ada di bumi sebelum bumi hancur sebelumnya. Ia juga melihat kumpulan manusia yang berjalan dalam sebuah barisan. Bukan sebuah manusia tiruan ataupun fenomena aneh yang lainnya, namun adalah kumpulan manusia yang benar-benar nyata. Mereka saling berbicara satu sama lain, dan bahkan ada beberapa yang sempat mengajaknya berbicara juga. Saat Incurso mengikuti barisan itu, tibalah akhirnya dia di tempat yang saat ini ia sedang berdiri, di depan sebuah gerbang kota besar bernama Pendragon.

“Entah kenapa, aku seperti kenal dengan nama itu.” gumamnya

Tiba-tiba layar hologramnya menyala tepat di depan matanya. Dia agak panik sebentar, sebelum akhirnya menyadari bahwa tidak ada orang lain yang melihat layar hologramnya itu selain dirinya sendiri. Incurso menghela nafasnya sebentar, kemudian mulai membaca tulisan yang muncul di layar hologramnya itu.

Uther Pendragon, juga dikenal sebagai Raja Uther, adalah Raja Inggris yang legendaris dan ayah dari Raja Arthur.

“Nah, itu maksudku.” gumamnya lagi.

“Oi, ye' bastards ! Tis yer turns, ye' know !!” seru seorang penjaga kepadanya

Catatan 1 : Kebanyakan orang-orang di sini memakai bahasa inggris, baik yang kuno ataupun yang modern. Entah bagaimana itu bisa terjadi di dunia ini.

[Auto translate diaktifkan]

Incurso setelah itu berjalan ke depan mendekati penjaga tersebut, sambil menutupi kepalanya dengan tudung dari jubah kusutnya. Setelah beberapa langkah, ia berhenti, kemudian merogoh beberapa koin perak dari bulwark yang sempat ia bawa di kantongnya. Bagaimanapun juga, koin itu sepertinya tidak digunakan di kota ini, atau mungkin di seluruh dunia ini pun tidak.

“Apa-apaan koin mu ini, bocah !? Kamu dari orang luar, hah !?”

“Begitulah.”

Penjaga itu mendengus kencang, kemudian berbisik sebentar dengan temannya.

“Hah ! Apalah itu, aku bakal ngambil ini juga. Mungkin buat koleksi yang bagus juga ! Ahahahaa !!”

Seraya penjaga itu tertawa dengan keras, temannya membiarkan Incurso masuk ke dalam kota, namun juga sambil menaruh sebuah kantong kecil di tangan kanannya Incurso. Incurso dengan cepat langsung menatap teman penjaga itu dengan kebingungan.

“Apa ini ?”

“Kamu bertanya, bocah ? Itu adalah koin asli, tahu ! Omong-omong, selamat datang di Pendragon !!” jawab temannya si penjaga itu sambil menepuk-nepuk pundak Incurso.

Catatan 2 : orang-orang disini sangat ramah.

Dan begitulah. Setelah antrian yang sangat panjang itu, akhirnya Incurso dapat menapakkan kakinya di dalam kota di dunia yang baru ini, Arthurians. Ia melihat ke sekelilingnya. Banyak bangunan dan rumah-rumah yang dibangun dengan kayu dan juga batu. Walaupun begitu, setidaknya mereka telah menemukan yang namanya cat, meskipun hanya warna putih saja sepertinya. Banyak orang-orang dengan senjata dari jaman medieval berkeliaran di sana-sini. Walaupun perawakan mereka semuanya terlihat sangat mengerikan dengan otot-otot besar mereka, Incurso tidak peduli sama sekali. Ia sangat yakin kalau senjata-senjata dari bulwark jauh lebih kuat daripada otot besar mereka. Sambil berjalan di tengah-tengah kerumunan, Incurso membuka ikatan dari kantong yang diberikan oleh temannya si penjaga gerbang kota itu. Benar saja, isinya adalah beberapa koin dari jaman Inggris kuno.

Tidak penyok sama sekali, huh ? Benar-benar baru dan asli.

Incurso masih mengamati koin-koin inggris kuno itu sambil berjalan, sebelum akhirnya ia menabrak seseorang di depannya dan membuat orang itu hampir terjatuh ke jalanan batu. Orang yang ditabrak itu adalah seorang wanita.

“Oi, kalau jalan pake mata dong !!” seru wanita itu dengan nada yang sangat keras.

Pakaiannya sangatlah terbuka, minim kain sekali. Incurso dapat melihat dengan jelas dua bagian terlarang wanita itu dengan kedua matanya sendiri, namun bukan itu yang membuat Incurso teralihkan fokusnya. Hologram di depan matanya itu menyala kembali, sedang mencocokkan wajah dari wanita tersebut dengan patung-patung dari Yunani kuno.

“Oi, lu liat kemana, anjing !! Dasar mesum !!”

Hasil dari pencocokan tersebut selesai hanya dalam beberapa detik saja, menampilkan sebuah nama bersama dengan gambar patung aslinya dari dunia nyata.

Atalanta, si pemanah perempuan dari mitologi Yunani itu ? Bagaimana bisa dia ada di Inggris kuno ?

“Uh, maaf.” ucap Incurso sambil melancong pergi meninggalkan Atalanta begitu saja.

“Maaf aja ga cukup, dasar hidung brengsek !!”

“Atalanta, tenanglah.”

“Hmph !!”

Incurso dikejutkan oleh satu wanita lagi yang sepertinya adalah teman dari Atalanta itu sendiri. Dia secara diam-diam menoleh ke arah wanita yang lain tersebut, yang tubuhnya ditutupi oleh jubah hitam abu-abu sepenuhnya. Hologram miliknya mulai mencocokkan wajah wanita tersebut, dan hasilnya sama-sama mengejutkan Incurso seperti saat dia melakukan hal yang sama kepada Atalanta.

Medeia ? Penyihir wanita dari Argonaut itu ?

Sekilas, Incurso tiba-tiba dapat melihat sosok raksasa menggantikan Medeia, membuatnya agak ngeri dan langsung memalingkan wajahnya kembali dari Medeia. Ia kemudian terus berjalan melewati kerumunan warga Pendragon, sambil terus berpikir dengan keras apa yang dia lihat barusan saja.

Apa-apaan yang tadi itu ? Jangan bilang ada sihir di dunia ini ?

Setelah berjalan-jalan selama beberapa menit di kota Pendragon, matanya teralihkan oleh sebuah rumah besar dengan papan bertuliskan Skra di bagian depan dan belakangnya. Jika Incurso ingat-ingat lagi, Skra artinya adalah guild dalam bahasa Swedia.

“Kalau tidak salah, aku harusnya bakal bertemu dengan orang-orang yang seperti di anime di dalam sana.” gumamnya.

Incurso menyempatkan dirinya untuk berjalan menghampiri pintu dari bangunan tersebut, dan saat ia ingin mendorong pintunya, itu sudah terbuka dengan sendirinya lebih dulu. Incurso dibuat kaget dan juga kebingungan sejenak saat itu, berdiri diam di depan pintu yang masih terbuka seolah-olah dia baru saja dibuat membatu oleh tatapan Medusa.

Tidak mungkin karena ulah angin. Pintunya masih tertutup dengan baik sejak tadi. Jangan bilang benar-benar ada sihir di dunia ini ?

Semua orang yang ada di dalam sana menatap Incurso dengan tajam, seperti induk serigala yang mendapati hewan lain masuk ke dalam sarangnya. Incurso menghela nafasnya, dan berusaha untuk melupakan apapun yang baru saja terjadi di hadapannya waktu itu. Ia berjalan masuk, sambil menutup kedua matanya tidak mempedulikan tatapan tajam dari orang-orang di sekitarnya.

“Mereka mengerikan juga ternyata.” gumamnya.

[Pencocokan identitas individu di sekitar dimulai]

[Achilles, Tristan, Gallahad, Percival, Lason, Heracles, Dionysius....]

Waw, banyak sekali mereka.....

Incurso tidak mempedulikan nama-nama yang disebutkan oleh hologramnya itu. Ia terus berjalan, hingga akhirnya ia sampai di meja resepsionis. Seorang wanita menyambutnya dengan senyuman ramah, dan hologramnya memberitahu bahwa wanita itu bernama Hygieia.

Anak-anak Asclepius, huh ?

“Selamat datang di Skra ! Ada yang bisa ku bantu ?”

“Petualang...... Tempat ini punya yang namanya itu, kan ?”

Hygieia termenung sejenak, sebelum akhirnya dapat memahami pertanyaan Incurso sepenuhnya.

“Ohh ! Maksudmu, kamu mau menjadi petualang ? Tentu saja, lagipula badanmu kelihatan cocok buat jadi salah satunya !!”

Apa-apaan itu ? Kenapa kedengarannya agak ngeri ?

Hygieia kemudian berbalik dan meninggalkan Incurso sebentar, sebelum akhirnya ia digantikan oleh seorang wanita bernama ****, yang membawa sebuah alat besar dengan cetakan telapak tangan di bagian tengahnya. **** kemudian meletakkan, atau lebih tepatnya membanting, alat itu di atas meja, sambil melihat ke arah Incurso dengan wajah datar tanpa ekspresi sama sekali.

“Taruh tangan menjijikkan mu di atasnya. Biar aku tahu sihirmu kayak apa.....”

Menjijikkan ??

Walaupun ada sedikit keinginan dalam dirinya untuk menampar ****, Incurso tetap melakukan seperti apa yang disuruh **** kepadanya. Incurso menaruh telapak tangan kanannya di atas alat itu, dan tidak lama kemudian, alat itu bergetar hebat dan mengeluarkan banyak asap, sebelum akhirnya mati dan tidak menghasilkan apa-apa. Tatapan **** dan Incurso saling bertemu beberapa saat, sebelum akhirnya **** mulai memeriksa keseluruhan bagian dari alat itu. Tidak ada apa-apa pastinya, dan **** kembali menatap Incurso tanpa ekspresi lagi.

“Sayang sekali, tidak punya sihir, huh ? Itu artinya kamu harus melewati ujian mengerikan bersama dengan si ****** itu hari ini.”

Si ****** ?

“Lalu, bagaimana dengan ini ?”

Incurso tidak terima disebut tidak memiliki sihir oleh ****. Ia masih berharap, kalau dengan menunjukkan sebagian dari armor nano tech miliknya dapat membuat **** menerimanya sebagai petualang tanpa menyelesaikan ujian bersama si ****** itu, entah siapa orang tersebut sebenarnya. Cahaya biru terang mulai menjalar di sepanjang tangan kanannya hingga sampai ke pundak kanan, namun tetap saja, itu sepertinya masih belum cukup untuk membuat **** terkejut atau bagaimana.

“Waw, itu lumayan juga, tapi tidak ada yang tahu bisa apa cahaya biru itu. Tetap saja, nasibmu masih harus bersama dengan si ****** itu.”

“Cih, lakukan itu.”

...****************...

Saat ini, Incurso sedang berdiri di tengah-tengah sebuah arena tertutup, yang luasnya adalah 40 × 40 meter, seukuran lapangan olahraga biasa. Lantainya berwarna biru, atau mungkin justru bercahaya biru ? Incurso tidak peduli dengan hal itu sama sekali. Sebelum ia bisa sampai di tempat ini, ia sempat bertemu dengan si ****** yang dimaksud oleh ****. Namanya adalah Aceso, dan dia memang seperti ****** baginya. Bukan hanya Aceso, namun juga saudari mereka yang lainnya. Panacea dan Aegle, adalah dua yang lainnya dari mereka. Kelima orang tersebut, saat ini sedang mengawasinya dari dalam sebuah ruangan di belakang atas arena tersebut. Incurso tidak gugup sama sekali. Justru, dia sudah menunggu saat-saat yang seperti ini sejak lama, ketika ia dapat menunjukkan kekuatannya kepada orang-orang bodoh yang ketinggalan jaman di sekitarnya saat ini. Karena bukan hanya kelima putri Asclepius saja yang menontonnya, namun juga orang-orang seluruh guild. Dia bukan orang yang pertama ataupun satu-satunya yang harus melewati ujian ini, namun juga beberapa orang pemula yang lainnya. Mereka sedang menunggu dalam barisan di belakang arena saat ini. Dan bisa dilihat dari wajah para pemula tersebut, mereka sangat gugup dan ketakutan, tidak seperti Incurso saat ini. Ia menoleh ke belakang, dan kemudian mengamati para pemula tersebut hanya karena penasaran. Wajah baru, namun pernah ia temui juga terlihat di antara mereka. Seorang wanita dengan wajah yang cantik dan rambut pirang lurus yang panjang, sedang menggunakan baju putih biarawati dan memegang tongkat sihir dengan kedua tangannya. Entah kenapa, wanita itu terlihat seperti sedang mengkhawatirkan nasib Incurso saat ini.

Panacea, jadi dia ikut ujian brengsek ini juga, huh ? Tidak yakin kalau tongkatnya itu bisa melakukan sesuatu yang hebat.

“Baiklah..... Ronde satu, kita mulai !!!”

“Cih, itu tiba-tiba sekali, bangsat.”

Tepat setelah kalimat tersebut dikumandangkan oleh seseorang dengan pengeras suara, satu makhluk setinggi 2,5 meter muncul di hadapan Incurso. Makhluk tersebut terbuat dari batu, seluruhnya terbuat dari batu. Incurso menyeringai sambil meremas tinjunya. Walaupun tidak tahu makhluk macam apa yang dihadapinya saat ini, yang pasti ia tahu, bahwa kekuatan makhluk tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan dirinya.

“Baiklah, apa aku harus pakai pedang, atau pistol saat ini ?”

Makhluk yang seperti Golem itu terbang melesat ke arah Incurso, sudah siap dengan tinjunya yang pastinya akan sangat keras.

“Tidak usah. Aku juga pakai tinju aja kalau begitu !!”

Incurso menarik tinju dari tangan kanannya sejauh mungkin dari tubuhnya saat, sambil berdiri dengan satu kaki mengumpulkan seluruh kekuatannya dalam satu serangan. Begitu Golem tersebut sudah mendekati dirinya, Incurso langsung melompat ke atas, kemudian mendaratkan tinjunya itu yang tepat mengenai kepala depan si Golem. Golem tersebut hancur seketika hanya dalam satu pukulan Incurso yang sangat kuat itu, dan Incurso tidak merasakan apa-apa sama sekali. Seketika, keheningan arena langsung digantikan dengan sorak-sorai dari para penonton di sekitarnya, begitu juga dengan keempat putri Asclepius yang lainnya dari dalam ruangan mereka.

“WAAAHHHH !! ****, kamu lihat itu !!? Apa-apaan itu !!?” tanya Aceso dengan wajahnya yang memerah karena terpesona dalam sekali lihat.

“Biasa aja tuh.”

“Hahh !? Itu tidak mungkin !! Matamu buta, hah !?”

“Terserah.”

Sementara Aceso masih ribut dengan **** yang diam saja, Hygieia dan Aegle mengamati Incurso dan masih berpikir keras saat ini. Tatapan mata dari keduanya sangat serius, seperti baru saja melihat sebuah keajaiban dunia yang tidak pernah terjadi sebelumnya.

“Aegle, kamu lihat itu barusan ?”

“Ya, itu bukanlah karena ulah sihir.”

“Sama sekali bukan. Lalu apa ?”

Mata mereka berdua masih terpaku pada Incurso, sebelum akhirnya fokus mereka dibubarkan oleh seruan Aceso dengan pengeras suaranya.

“Yang tadi itu memang hebat, bukan, !!!? Sekarang, ronde kedua, dimulai !!!”

Hygieia menghela nafasnya, kemudian bergumam pada dirinya sendiri.

“Kita lihat, sampai dimana kekuatannya itu.”

Seperti yang dikatakan oleh Aceso, ronde kedua dimulai saat itu juga. Incurso mengepalkan tangannya, dan saat ini, dirinya sedang berhadapan dengan dua makhluk humanoid yang mengenakan armor berwarna emas, dan keduanya sama-sama memegang sebuah naginata.

“Yah, ini jauh lebih mudah lagi.”

Incurso memasang kuda-kudanya, menciptakan sebuah pedang di tangannya dan mengangkat pedang bersama dengan tangannya itu ke belakang. Ia menatap kedua humanoid itu dengan tajam, sebelum akhirnya, ia dengan jelas melihat keduanya menghilang entah kemana.

“Jangan kira aku tidak tahu, bangsat !!”

Incurso seketika mendongak ke atas, mendapati kedua makhluk itu sedang mengangkat naginata mereka sambil terbang di udara di sisi kanan dan kirinya, seperti yang ia duga. Begitu kedua makhluk tersebut mendaratkan kaki mereka di tanah, Incurso telah berada di jauh di depan, meninggalkan sebuah tebasan di masing-masing tubuh mereka.

“Apa-apaan ini ? Mudah sekali.” gumamnya.

Kedua makhluk itu menghilang menjadi debu, dan lagi-lagi, sorak-sorai memuji dirinya berkali-kali. Incurso mengakhiri kuda-kudanya, dan ia kemudian meregangkan tulang-tulang lehernya, ke kanan dan ke kiri. Dan seperti biasanya juga, di dalam ruangan pengawas, keempat putri Asclepius sedang ribut dan terheran-heran melihat kekuatan luar biasa dari Incurso. Aceso berteriak kegirangan di dekat telinga ****, **** diam saja tanpa ekspresi, dan Hygieia bersama dengan Aegle sedang berpikir menggunakan nalar mereka.

Siapa sebenarnya orang ini ? Apakah dia akan menjadi ancaman ?

Beberapa saat kemudian, ronde ketiga sekaligus yang terakhir pun dimulai. Kini, seekor monster raksasa dengan empat kaki berdiri di hadapan Incurso, mengeluarkan dengusan kencang dari kepalanya yang berbentuk seperti bola kaca berwarna biru kehijauan itu. Secara diam-diam, Incurso mulai meraih pistol putih yang tersimpan dengan baik di sakunya, sambil matanya masih mengawasi gerakan apa yang akan dilakukan oleh monster tersebut nantinya. Tiba-tiba, sebuah deheman dapat terdengar dari pengeras suara di belakangnya.

“Baiklah, cuma untuk yang kali ini aja, aku akan menjelaskan bagaimana cara mengalahkan bocah sebesar tangki air ini.”

Tiba-tiba, monster tersebut mulai bergerak mendekati Incurso dengan langkah cepat dan dentuman kaki yang menggelegar hingga ke seluruh ujung ruangan. Incurso terpaksa harus mundur secara terus-menerus. Ia paham langsung kalau monster yang satu ini spesial karena Aceso tanpa alasan yang jelas memutuskan untuk menjelaskan kelemahan monster tersebut. Ia tidak akan menyerang, tidak sampai ia mendengarkan penjelasan sepenuhnya dari Aceso.

“Monster ini bernama si buas dari Gevaudan. Walaupun ini bukanlah makhluk yang asli, tapi jangan salah, karena kekuatannya dibuat sama dan sepersis dengan makhluk yang aslinya.....”

“Cih, kelamaan !!”

Incurso mengisi tenaga pada pedangnya dengan nano tech miliknya, kemudian menebas ke arah kepala monster tersebut. Pedangnya memanjang dengan aura berwarna biru, dan sepertinya, serangannya barusan itu agak sedikit berefek pada monster tersebut. Monster itu berhenti sejenak sambil meraung dengan keras, sebelum akhirnya menghantam lantai arena dengan keras menggunakan dua kaki depannya. Lantai arena berguncang hebat seketika, membuat Incurso hampir kehilangan keseimbangannya dan terjatuh ke lantai. Bukan hanya lantai arena saja, namun juga seluruh ruangan.

“Yah, itu adalah sebuah serangan yang hebat dari petarung pertama kita saat ini. Ia menyerang kepalanya, dan aku harus bilang kalau itu memang pilihan yang sangat tepat !!”

“Huh ? Memangnya kenapa ?” gumam Incurso sambil mendongak ke atas sejenak.

Monster itu bergerak kembali, sementara suara dari Aceso menjadi lagu latar belakang dari pertarungan yang sangat mendebarkan ini.

“Sebagai informasi saja, bahwa tubuh dari bocah tangki air ini adalah kebal terhadap semua kerusakan, baik itu serangan fisik ataupun sihir. Jadi, satu-satunya cara untuk menyerangnya adalah kepalanya, yang berbentuk seperti bola kaca itu. Tapi, bukan berarti kalau bola kaca yang adalah kepalanya itu tidak bisa apa-apa, karena bocah seukuran tangki air ini, kepalanya bisa menyerap kerusakan apapun yang diterimanya, dan setelah itu mengubahnya menjadi kekuatan tambahan !! Itu membuat hanya ada satu cara paling ampuh untuk membunuhnya, yaitu....... Meledakkan kepalanya dengan sekali serangan !! Penjelasannya sudah selesai, jadi, apakah anak baru kita yang satu ini bisa mengalahkannya ??? Kita lihat saja sekarang !!”

Incurso melompat ke belakang menghindari injakan kaki depan kanan Gevaudan, yang sekaligus juga memberinya waktu untuk mengisi kekuatan nano tech miliknya kembali. Namun kali ini bukan ke pedangnya, melainkan ke tangan kanannya seperti di ronde pertama. Ia menyeringai, mengetahui bahwa monster yang ada di depannya saat ini ternyata tidak ada apa-apanya sama sekali.

“Cih, kenapa tidak bilang dari tadi, bangsat !!!?”

Incurso melompat langsung ke arah Gevaudan. Tangan kanannya sudah siap untuk memukul dengan sekuat-kuatnya, hanya tinggal menunggu jarak darinya dengan Gevaudan mendekat lebih lagi. Dan tentu saja Gevaudan juga tidak diam begitu saja. Ia mengangkat tubuh bagian depannya setinggi mungkin, siap untuk menggeprek tubuh kecil Incurso jika serangannya itu akan berhasil nantinya. Tinju Incurso akhirnya sudah mengenai kepala Gevaudan, namun hasilnya tidak seperti saat dia memukul si Golem di ronde pertama. Kepala Gevaudan masih utuh, dan sepertinya itu juga mulai menyerap kekuatan dari Incurso.

“Oh ? Masih berusaha, hah !!?”

Incurso tidak mau kalah jaga, seperti Gevaudan. Ia mengeluarkan lebih banyak lagi kekuatan nano tech hingga ke ujung tangan kanannya, dan Gevaudan terus-menerus menyerap semuanya itu.

“Oh ! Adu kekuatan yang sangat luar biasa ternyata !! Siapa yang akan menang saat ini !!!?”

Pertanyaan dari Aceso membuat seluruh penonton menjadi lebih bersemangat lagi. Mereka bersorak-sorak untuk menyemangati Incurso. Harapan mereka untuk memiliki seorang yang sangat kuat seperti Incurso membuat mereka sangat mendukung supaya Incurso menyelesaikan ujian ini dengan nilai yang sempurna. Hanya ada satu orang dalam sejarah yang pernah mencapai nilai sempurna dalam ujian ini, dan itu adalah raja mereka, Arthur Pendragon. Jika sejarah dari nilai sempurna itu terulang lagi, maka sudah dipastikan, bahwa umat manusia dari Arthurians dapat mengalahkan sang raja iblis. Itulah yang mereka para Arthurians takutkan selama ini, tanpa menyadari bahwa ancaman yang baru, sebenarnya sedang mereka semangati detik ini juga. Mereka mulai meneriakkan nama Incurso dengan penuh semangat, walaupun itu bukanlah nama aslinya.

“Gladius !! Gladius !!”

Gladius, itulah nama yang digunakan oleh Incurso di dunia ini. Ia menggunakan nama palsu saat ini, karena tidak mungkin ia mengenalkan dirinya sebagai Incurso, yang berarti menyerbu. Bisa-bisa, dia akan dikira sebagai seorang penjajah di dunia ini.

“Hah, dunia ini..... Boleh juga !!!”

Kekuatan nano tech Incurso meledak, hingga akhirnya, kepala Gevaudan pun hancur juga setelah sekian lama.

“Gevaudan.... Dikalahkan !!!!!!”

Semua pujian dan sorak-sorai ditujukan hanya untuk namanya, Gladius, atau bisa juga disebut sebagai Incurso. Incurso mendarat di lantai tepat di belakang tubuh Gevaudan yang telah kehilangan kepala bola kacanya itu. Tidak butuh waktu lama, bagi tubuh raksasa Gevaudan jatuh ke lantai dan menghilang menjadi debu juga sama seperti makhluk aneh yang lainnya di sepanjang pertandingan. Harus diakui olehnya, kalau pertanyaannya kali ini melawan Gevaudan, cukup melelahkan bagi tubuhnya yang terbilang sangatlah kuat. Tangan kanan Incurso bahkan sudah mati rasa saat ini, dan ia tidak pernah menduganya kalau hal itu akan terjadi.

“Heh, Gevaudan, huh ? Aku harus mencatat namanya sekarang.” gumam Incurso.

Incurso menghela nafasnya sambil memandang ke atas arena sebentar, sebelum akhirnya berputar ke belakang dan berjalan secara perlahan meninggalkan arena. Untuk yang kedua kalinya, matanya bertemu dengan mata Panacea dari kejauhan hari ini. Dari kejauhan itu, Panacea terlihat seperti, sedang menaruh perasaan kepada dirinya.

...****************...

*Catatan 7 : Dunia ini punya yang namanya iblis, dan juga raja iblis pastinya. Memang terdengar seperti isekai, tapi aku tidak peduli dengan hal itu. Faktanya, kita semua tidak perlu memperdulikannya, bukan ? Yang paling penting disini adalah, bahwa dunia ini jelas sangat mampu untuk kita ambil alih sebagai rumah baru kita. *

*Lupakan para monster aneh yang tersebar dimana-mana di seluruh dunia ini. Beberapa dari mereka sangatlah lemah, dan di hari pertama pun, aku telah membuktikan bahwa teknologi kita dapat dengan mudah mengalahkan monster-monster itu. Fakta bahwa masih banyak peradaban manusia yang bertahan di dunia ini juga ikut mengatakan bahwa para monster itu tidak terlalu berbahaya. Walaupun memang ada beberapa dari mereka yang jauh lebih kuat, naga misalnya, mereka adalah makhluk yang pasif. Artinya, kita hanya perlu tidak mengganggu teritori mereka, dan kita sudah aman, begitu saja. *

Ini akan menjadi catatan terakhir ku di dunia ini. Intinya, kita bisa menjajah dunia dan menjadikannya sebagai rumah baru kita. Hanya saja, itu butuh sedikit...... Perjuangan.

Akhiri log.

Jam di hologram Incurso masih menunjukkan jam 8 pagi, namun ia sudah menyelesaikan log terakhirnya saat ini. Entah kapan dia akan dijemput, yang pasti, dia harus tinggal di dunia ini jauh lebih lama lagi. Sudah dua minggu lewat sejak ujian di guild itu, dan kini, Incurso sudah resmi menjadi petualang di Skra. Bahkan, ia sudah membentuk sebuah party nya sendiri saat ini. Beranggotakan empat orang, yaitu Hippolyta, Atreus, Panacea, dan yang terakhir adalah dirinya sendiri. Ranknya pun langsung diberikan A karena sudah lulus dari ujian tersebut dengan nilai yang sempurna, 100. Incurso telah berpetualang kemana-mana bersama dengan party miliknya selama dua minggu ini, dan hubungannya dengan Panacea, sepertinya mulai semakin dekat. Bisa dilihat saat ini, ketika pintu kamar penginapannya diketuk oleh seseorang dengan sangat halus.

“Gladius, kamu sudah bangun ?”

Incurso menoleh ke arah pintunya, kemudian menghela nafasnya sambil beranjak dari kasurnya. Walaupun kamar penginapannya hanya terbuat dari kayu sepenuhnya, harus diakui olehnya bahwa kasur di dunia ini tidak kalah empuknya dengan kasur yang ada di bulwark.

“Aku datang.”

Incurso membuka pintu kamarnya, dan seperti yang ia duga, orang yang mengetuk pintunya itu tidak lain dan tidak bukan adalah Panacea, dengan senyuman manisnya yang seperti biasa. Bagaimanapun juga, ia tidak boleh terpikat dengan wajah cantiknya Panacea itu, karena sebentar lagi, dia dan orang-orang bulwark yang lainnya akan segera menghancurkan kota ini, atau bahkan mungkin, seluruh dunia Arthurians.

“Gladius, kamu sudah mandi ?”

“Belum.”

Panacea memanyunkan bibirnya, namun itu hanyalah sesaat saja. Tidak lama, wajahnya menjadi ramah kembali.

“Kalau begitu, aku dan Hippolyta akan menunggu di luar. Cepat ya !!” seru Panacea sambil berlari meninggalkan Incurso.

Hanyalah dialog antar dua orang petualang yang begitu damai dan sangatlah membosankan, begitu yang dipikirkan oleh Incurso. Lagipula, ia hanya perlu menunggu sebentar lagi. Sambil berjalan menuju kamar mandi, Incurso terus menduga-duga kapan bulwark akan datang menjemputnya dan mulai menghancurkan kota yang damai dan membosankan ini.

Tidak butuh waktu lama bagi Incurso untuk akhirnya selesai mandi dan bertemu dengan dua temannya di dunia ini, Hippolyta dan Panacea. Keduanya, menyapa dirinya dengan senyuman ceria di wajah mereka. Itu membuat dirinya berpikir, apa jadinya jika bulwark datang ke Arthurians hari ini juga. Apakah mereka masih tetap akan tersenyum seperti saat ini ?

Lupakan saja. Aku hanya perlu mengikuti alurnya sampai orang-orang bajingan itu menjemputku, dan seluruh kebosanan ini akan menghilang saat itu juga.

Incurso datang menghampiri mereka berdua, dan kemudian menyimpan pedangnya yang selama ini ia pegang ke sarung pedang yang ada di punggungnya.

“Di mana Atreus ?”

“Hmph, si otot brengsek itu katanya mau libur sehari aja hari ini !” jawab Hippolyta dengan nada kesal yang sangat jelas.

“Jadi, kita mau apa hari ini ?”

“Pastinya memburu sesuatu, Panacea.”

Baru saja Incurso menjawab pertanyaan Panacea, sebuah ledakan yang sepertinya berasal dari sebuah laser besar dari atas langit mengejutkan mereka bertiga, juga orang-orang di seluruh kota. Baik Hippolyta, Panacea, maupun Incurso, semuanya menoleh ke arah sumber ledakan besar tersebut.

“Apa-apaan itu !? Dari luar gerbang kota !?”

“Kita kesana sekarang juga, Hippolyta, Panacea !!”

“Tentu saja. Aku yakin kalau itu pasti serangan para iblis. Aku yakin itu !!” balas Hippolyta dengan nada tegas.

Akhirnya, orang-orang brengsek itu datang juga. Bahkan dengan ledakan ? Sungguh luar biasa.

Mereka bertiga berlari dengan cepat, dan tak butuh waktu lama bagi mereka untuk akhirnya sampai di gerbang kota Pendragon. Masih sedikit orang-orang yang berkumpul di sana, dan semuanya itu, telah mati. Hippolyta menjadi sangat geram, membuatnya langsung berlari keluar dari gerbang kota lebih dulu daripada yang dua teman yang lainnya. Ia kemudian berhenti saat melihat sosok bayangan yang berdiri dari balik kepulan asap tebal. Tanpa basa-basi lagi, Hippolyta langsung menarik pedangnya dari sarungnya dan menghunuskan pedangnya itu ke arah sosok tersebut sambil menggeram.

“Katakan, siapa namamu iblis !!”

“Iblis ?” tanya sosok tersebut, yang kemudian mulai berjalan keluar dari dalam kepulan asap itu.

Yang diduga-duga oleh Hippolyta selama adalah salah besar. Bukan seorang iblis yang dia lihat, namun justru seorang manusia dengan baju berwarna hitam dan cahaya biru yang menyala di beberapa bagian besar dari bajunya. Ia tidak pernah melihat baju yang semacam itu sebelumnya, begitupun juga dengan senjata yang dipegang oleh sosok tersebut, dan sebuah kendaraan berukuran raksasa yang terbang di belakangnya. Ia tidak tahu sama sekali dengan apa yang sedang dilihatnya saat ini.

“Hippolyta !!” seru Panacea yang berlari menghampirinya bersama dengan Incurso.

Mereka berdua kemudian berhenti di sebelah kanan Hippolyta, dan Panacea pun sama dibuat terkejutnya seperti Hippolyta saat melihat pelaku dari ledakan tersebut ternyata adalah seorang manusia, pria.

“Incurso, kamu berteman dengan orang-orang di dunia ini ? Apa-apaan yang sedang kulihat sekarang ?”

“Oh, Hassen.” gumam Incurso.

“Gladius, kamu kenal dengan bajingan ini ? Dan juga, Incurso itu siapa ?”

“Kamu tidak perlu tahu sebanyak itu, Hippolyta.”

Sebuah peluru, seketika telah bersarang di dalam kepala Hippolyta. Panacea melihat kejadian tersebut dengan sangat jelas, menggunakan kedua matanya sendiri. Saat Gladius yang ia kenal dan sudah sangat dekat, tiba-tiba mengeluarkan sebuah senjata aneh yang tidak pernah ia lihat sebelumnya, dan kemudian jarinya menekan sesuatu yang ada di senjata tersebut. Saat kepala Hippolyta seketika menumpahkan darah kemana-mana dan tubuhnya terjatuh ke tanah dengan sangat cepat. Panacea, melihat semuanya.

“Gladius...... Apa yang kamu lakukan ?”

“Jangan panggil aku Gladius. Aku, adalah Incurso.” jawab Incurso, sambil menurunkan pistolnya dan menghampiri Hassen tanpa rasa bersalah sama sekali setelah membunuh Hippolyta dengan tangannya sendiri.

Layar-layar hologram seketika mengelilingi sekitar tubuh Incurso, menampilkan berbagai catatan dan rekaman dirinya tentang dunia ini. Panacea juga dapat melihat itu, dengan mata kepalanya sendiri.

“Ah, dugaanku ternyata salah. Beruntung kamu tidak berkhianat pada bulwark. Dan jug, kenapa tidak ada satupun log yang kamu kirim selama ini ?”

“Dasar bodoh, tidak ada yang namanya jaringan di dunia sialan ini, tahu.”

Incurso berhenti tepat di samping kiri Hassen, kemudian mulai mengirimkan seluruh log dan rekaman yang ia buat selama ini kepadanya. Hassen tampak sedikit senang melihat seluruh hasil kerja Incurso hanya dengan melihatnya sekali saja. Bisa dilihat dari senyuman kecil yang terbentuk di bibirnya itu.

“Oi, kapan kita menjajah dunia ini ?”

“Kamu kira spaceship di depanmu itu buat apa ? Tentu saja kita lakukan sekarang juga, bocah.”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!