"Zen, berapa banyak jumlah mereka?" tanya Felix, menunjuk hewan sihir yang terkapar pingsan.
"Kurasa jumlah mereka tujuh ekor. Karena kau berhasil mengalahkan yang satu ini, jadi sisanya ada enam," jawab Zen, memegangi lengannya yang terasa nyeri.
"Jumlahnya cukup banyak, jauh dari perkiraanku. Baiklah, kita tetap menjalankan rencana yang tadi, tapi Clara, buatlah lubang yang lebih besar lagi!" perintah Felix.
"Baiklah!"
"Tempat ini cukup strategis untuk menjebak mereka," saran Sandra, matanya meneliti area sekitar.
"Ide bagus! Mari kita laksanakan!" ucap Felix.
"Sihir Air: Penghancur!" Saat Clara melantunkan mantra, air dalam jumlah besar berkumpul di langit, membentuk bola air raksasa yang kemudian jatuh menghantam tanah. Air itu menciptakan lubang yang besar dan dalam.
Sandra menggunakan sihir identifikasi untuk mendeteksi aura sihir di sekitar.
"Felix, aku merasakan para hewan itu sangat dekat, di sungai depan. Tapi, untuk pengguna sihir pengendali, aku tidak bisa mendeteksinya," lapor Sandra.
"Terima kasih. Rey, kau tahu apa yang harus kau lakukan nanti. Sihir Listrik: Kecepatan Sonik!" Felix mengucapkan mantra. Tubuhnya langsung melesat secepat kilat, menjauh dari teman-temannya untuk menggiring enam ekor hewan sihir itu.
Sebelum pergi, Felix sempat menggunakan sihir ilusi untuk menutup lubang jebakan, agar terlihat seperti tanah biasa.
Zen, Rey, dan Sandra terkejut melihat Felix menggunakan dua jenis sihir yang berbeda. Hanya Clara yang tetap tenang, karena ia tahu sihir asli Felix.
"Apakah ini rencana kalian?" tanya Zen, sedikit tercengang.
"Iya. Gimana? Enak kan kena kejar hewan tadi? Hahahaha!" Rey tertawa terbahak-bahak, puas.
"Diamlah!" bentak Zen, kesal.
Tak lama kemudian, Felix muncul dari balik pepohonan, berlari kencang dikejar enam ekor hewan sihir raksasa. Ketika mendekati area lubang jebakan, Clara menggunakan sihir air dan menciptakan gelembung besar. Felix melompat masuk ke dalam gelembung itu dan terbang melintasi lubang.
Sial bagi para hewan sihir itu, mereka terjebak. Tubuh mereka yang besar jatuh ke dalam lubang yang dalam. Setelah itu, Rey segera menutup lubang dengan sihir api yang membentuk jaring ikan, memastikan hewan-hewan itu tidak bisa naik.
Felix segera menyuruh Zen menggunakan sihir untuk membuat mereka tertidur.
"Sihir Racun: Tertidur!" Sihir itu turun ke dalam lubang, dan tak lama kemudian, keenam hewan sihir itu tertidur pulas.
Felix keluar dari gelembung dan menatap ke arah hewan-hewan itu.
Tanpa sepengetahuan teman-temannya, Felix membaca mantra di dalam hati. "Pelepas Sihir." Ia menetralkan hewan-hewan itu dari pengaruh sihir pengendali.
"Felix! Aku merasakan ada sihir yang sangat kuat datang!" seru Sandra, wajahnya tegang.
Belum sempat Felix bereaksi, tiba-tiba seorang pria dengan aura sihir yang mengerikan muncul dan langsung menyerang mereka dengan bola sihir besar.
Felix segera menciptakan bola pelindung untuk melindungi timnya. Ia tahu, pria ini bukanlah lawan yang seimbang bagi mereka.
"Felix, sebaiknya kita memanggil Komandan Sihir!" saran Sandra, panik.
"Siapa di antara kalian yang melepaskan sihirku?!" bentak pria itu, amarahnya membara.
"Apa yang kau lakukan itu salah! Mereka bukan budakmu!" balas Clara dengan berani.
"Baiklah! Kau saja yang jadi budakku! Hahahaha!" Pria itu tertawa jahat, lalu menyerang Clara menggunakan sihir serangga.
Clara mampu menahan serangan itu, tetapi tenaganya cepat terkuras. Ia bukan tandingan pria kuat ini. Clara terhempas jauh dan langsung tidak sadarkan diri.
Zen dan yang lain sangat marah. Mereka menyerang pria itu dengan seluruh kekuatan mereka, dan berhasil melukai wajah pria itu.
"Dasar anak-anak sialan!" Pria itu semakin marah. Ia mengeluarkan sihir terlarang, sebuah serangan hebat yang membuat anak-anak itu jatuh tak berdaya dan pingsan, kecuali Felix.
Saat pria itu hendak mengakhiri 'permainannya', Felix maju ke depan dan mengeluarkan sihirnya.
"Sihir Evaluasi Ketiga: Akar Merambat!"
Ribuan akar tebal muncul dari bawah tanah, menyerang pria itu dengan kecepatan luar biasa. Pria itu kewalahan.
"Bocah tengil! Sihir Serangga, makan semua tanaman itu!" Perintah pria itu. Seketika, semua tanaman itu habis dimakan serangga, membuat pria itu senang, mengira Felix adalah lawan yang mudah.
Namun, Felix hanya tersenyum tipis, karena ia kini berada tepat di belakang pria itu. Sihir tanaman hanyalah pengalih perhatian agar Felix bisa bergerak cepat.
"Kau sebenarnya siapa?!" seru pria itu, terkejut menyadari Felix sudah di belakangnya.
Tanpa basa-basi, Felix langsung melayangkan pukulan telak yang membuat pria itu terlempar jauh ke tanah.
"Sihir Tanah: Mencengkeram!" ucap Felix. Seketika, tanah di sekitar pria itu bergerak, mencengkeram dan mengunci tubuhnya, membuatnya tidak bisa bergerak sama sekali.
"Ahhhh... Lepaskan akuuu!" Pria itu meronta-ronta, mencoba melepaskan diri dari cengkeraman tanah.
"Kau salah memilih lawan. Sihir Racun: Obat Tidur," ucap Felix. Pria itu langsung menghirup sihir racun itu dan tak sadarkan diri.
Tak lama kemudian, tim Pelindung Kerajaan, Phoenix Fire, datang ke lokasi. Mereka terkejut melihat sekumpulan anak sekolah berhasil mengalahkan penjahat peringkat A.
"Wah, kalian yang melakukannya?" tanya salah satu anggota Phoenix Fire.
"Ah... Kami tidak ingat, tapi mungkin saja," jawab Zen, yang mulai tersadar.
"Aku melihat mereka mengalahkannya. Buktinya, Zen menggunakan sihir racun bius," ucap Felix.
"Felix..." Anggota Phoenix Fire itu terkejut. Mereka seketika memberikan hormat militer kepada Felix.
"Kenapa?" tanya Rey, bingung.
Felix memberikan kode diam kepada anggota Phoenix Fire itu. Mereka semua langsung mengerti.
"Maaf, kami salah orang. Terima kasih atas kerja keras kalian," ujar anggota itu, lalu membawa penjahat itu pergi.
Clara, yang sudah sadar, menghampiri Felix. "Kamu, kan, yang membuat penjahat itu tidak sadarkan diri?" tanyanya, matanya penuh selidik.
Felix hanya tersenyum tipis, mengiyakan tanpa kata. Clara semakin dibuat kagum oleh rahasia Felix yang tak ada habisnya.
Setelah kejadian itu, Tim Felix mendapatkan nilai terbaik di antara semua tim karena berhasil mengalahkan penjahat tingkat A. Hal ini menjamin mereka naik ke Kelas Tiga.
Sementara itu, Kakak Felix, Xavier, akan mengikuti ujian kelulusan sekaligus seleksi untuk masuk ke dalam kelompok pelindung kerajaan yang terbagi menjadi lima kelompok elite.
Setiap tahun, saat kelulusan sekolah sihir, para Komandan Sihir biasanya datang langsung untuk mencari bibit-bibit unggulan yang akan direkrut ke dalam kelompok mereka.
Kali ini, acaranya sangat besar. Para calon lulusan dari seluruh akademi sihir di kerajaan akan dikumpulkan di satu tempat, di stadion kerajaan.
"Felix, kau sudah dengar tentang seleksi anggota Pelindung Kerajaan?" tanya Clara.
"Iya," jawab Felix singkat.
"Kali ini pesertanya banyak sekali! Seluruh akademi di kota ini akan ikut!" seru Rey, penuh semangat.
"Kalian ingat kejadian di desa itu? Aku tidak merasa memberikan sihir bius pada penjahat itu," ujar Zen, yang masih penasaran.
Mereka semua menggeleng. Clara segera mengalihkan pembicaraan. "Iya, kan kejadiannya sudah lewat! Kita sudah berhasil lulus. Sudahlah."
"Ah, benar juga," kata Zen.
"Felix, kau harus bersyukur bergabung dengan skuad kuat ini: ada aku, Clara, Rey, dan Sandra!" Zen menyombongkan diri.
"Iya, terima kasih," ucap Felix datar.
"Cih, sombong sekali dia. Padahal kau yang menggendong para beban ini," cibir Owen, kesal, tetapi hanya didengar oleh Felix.
"Sudahlah, biarkan saja. Aku khawatir soal pertandingan kakakku," batin Felix.
"Kakakmu cukup hebat, tenang saja. Kau tidak perlu panik," balas Owen menenangkan.
"Wah, tidak terasa sebentar lagi kita akan lulus," kata Rey, bermimpi.
"Dasar bodoh! Kita baru naik ke Kelas Tiga! Pemikiranmu terlalu jauh! Nikmati dulu masa-masa Kelas Tiga!" hardik Sandra.
"Apaaa! Sandra!" seru Rey, kesal.
"Ah... Selain tak punya otak, kamu juga budek, ya?" ejek Sandra.
"Setidaknya aku tidak kutu buku!" balas Rey, membuat Sandra semakin marah.
Keduanya terus bertengkar. Clara dan yang lain hanya bisa memutar mata, pusing melihat tingkah dua teman mereka yang susah akur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
『L•F』
Nggak sopan. Belum perkenalan diri
2023-07-27
  0