Keesokan harinya, suasana di kelas Felix mendadak riuh. Seorang murid baru yang memancarkan aura kecantikan dan keanggunan, bernama Clara, memasuki ruangan. Semua pasang mata siswa, terutama laki-laki, langsung tertuju padanya. Ketika gadis itu memperkenalkan diri, kehebohan tak terhindarkan.
"Halo semuanya! Namaku Arabella Clara Edellyn, dan aku adalah pengguna sihir air. Senang berkenalan dengan kalian semua," ucap Clara dengan senyum manis dan ceria.
"Wah, dia dari Keluarga Bangsawan Edellyn!" bisik-bisik kagum langsung menyebar di antara para siswa.
"Baiklah, Clara, kamu bisa duduk di sebelah Felix," perintah sang Guru. Clara melangkah anggun dan mengambil tempat di samping Felix. Tak lama kemudian, Guru pun memulai pelajaran.
Tak terasa, bel istirahat berdentang nyaring. Sebagian siswa bergegas menuju kantin, sementara sebagian yang lain, terutama para gadis, segera mengerumuni Clara untuk berkenalan.
"Hai, Clara! Namaku Rebecca," sapa salah seorang gadis.
"Aku Clara, salam kenal, ya!" balas Clara dengan ramah.
Sementara Clara asyik berbincang, di sudut lain kelas, Felix kembali menjadi sasaran ganggu Zen, si pengguna sihir racun. Seperti biasa, Felix hanya bersikap dingin dan mengabaikannya.
"Ah, sial! Kau terus saja bersikap dingin, Felix! Padahal kau itu lemah!" bentak Zen, nadanya dipenuhi kekasaran.
"Sihir Racun: Merusak!" Zen mengucapkan mantra. Seketika, gumpalan racun pekat meluncur tajam ke arah Felix.
Tiba-tiba, sihir air yang kuat milik Clara muncul, membatalkan serangan racun itu, dan bahkan menghempaskan tubuh Zen hingga terjatuh jauh.
"Clara! Apa yang kau lakukan?!" seru Zen kesal, berusaha bangkit berdiri.
"Kau tahu, aku paling tidak suka melihat orang menindas orang lain!" balas Clara, sorot matanya menunjukkan amarah.
"Kenapa kau membela Felix? Dia itu lemah! Sihirnya bahkan tidak akan mampu melukaiku!" ejek Zen, berusaha mempermalukan Felix di hadapan Clara.
"Tapi—" Saat Clara hendak membalas, Felix tiba-tiba berdiri dan melangkah keluar kelas, meninggalkan mereka.
"Dia mau ke mana?" tanya Clara, kebingungan.
"Dia biasanya pergi ke perpustakaan," jawab seorang gadis berkacamata yang duduk di depan Felix.
“Apakah benar dia tidak punya sihir? Tapi aku tidak bisa merasakan sihir yang kuat dari dirinya, hanya sihir kecil yang samar,” batin Clara, rasa penasarannya semakin memuncak.
Diliputi rasa penasaran, Clara segera berlari, diam-diam mengejar Felix. Ia mengikutinya sambil bersembunyi. Benar saja, ia hanya melihat Felix tenggelam dalam lautan buku sihir di perpustakaan. Setelah itu, Felix menuju taman. Sepanjang perjalanan mengikutinya, Clara tak henti-hentinya mendengar cemoohan dan kata-kata merendahkan yang dilontarkan orang-orang kepada pria malang itu.
Felix, yang menyadari dirinya diikuti, tiba-tiba berbalik. Ia melihat Clara dengan cepat bersembunyi di balik pohon besar.
"Anak baru, kenapa kau mengikutiku dari tadi?" tanya Felix di taman yang kini sepi.
Clara pun keluar dari persembunyiannya, tersenyum lebar, dan menghampiri Felix. Namun, saat mereka semakin dekat, Felix otomatis mundur sedikit.
"Ada apa? Aku tidak makan orang, kok," ujar Clara, terkekeh.
"Jangan terlalu dekat denganku. Nanti kau akan mendapat masalah," jawab Felix, berbalik badan.
"Hmm... Baiklah, kalau kau tidak nyaman. Boleh aku bertanya?" tanya Clara lagi.
"Apa itu tentang sihirku? Ya, aku tidak punya sihir yang hebat. Aku lemah. Puas?" Felix segera berniat pergi setelah menjelaskan itu, tetapi Clara dengan cepat menarik tangannya.
"Kenapa kau tidak melawan saat kau ditindas?" tanyanya lugas.
"Aku tidak mau ada keributan," jawab Felix, melepaskan tarikan Clara, dan segera beranjak pergi. Gadis itu hanya terdiam, menatap punggung Felix yang menjauh.
Satu Minggu Kemudian
Satu minggu telah berlalu. Clara kini cukup akrab dan nyaman dengan teman-temannya di sekolah.
Setiap kali Felix akan menjadi korban perundungan, Clara selalu berada di sana untuk menghalangi, berharap Felix bisa belajar dengan tenang. Namun, meski demikian, pria itu tetap tidak memiliki teman dan selalu menyendiri di kelas.
Pada suatu sore, Clara pergi ke hutan untuk berlatih sihirnya. Tanpa sengaja, ia mendengar suara percakapan di balik semak-semak, di dekat sungai. Ia mengintip dan melihat Felix sedang berbicara dengan seorang pria berwujud mengerikan—bertanduk hitam pekat dan bersayap besar. Mereka terlihat sangat akrab.
Clara memilih untuk bersembunyi dan menguping dari balik semak-semak.
"Felix, coba gunakan sihir itu. Kita lihat hasilnya," tantang pria bertanduk itu.
"Ah, diamlah!" balas Felix dengan nada santai.
"Sihir Tumbuhan: Pengikat!" ucap Felix. Seketika, banyak sulur tanaman merambat muncul dari tanah dan menyerang pria bertanduk itu. Felix terus menyerang dengan intens.
Serangan Felix begitu hebat. Pertarungan mereka berlangsung sengit. Clara yang menyaksikannya merasa ragu. Ini bukan Felix yang ia kenal, Felix yang katanya sangat lemah!
"Sihir Kegelapan: Teleportasi!" Pria bertanduk itu berpindah tempat dengan kecepatan yang luar biasa gesit. Namun, tak disangka, Felix mampu menangkis dan menahan semua serangan fisik itu dengan sihir tumbuhannya. Setiap kali pria itu hendak melayangkan pukulan, tanaman akan muncul seketika, membentuk perisai. Felix mengamati pria itu dengan wajah datar, membaca setiap pergerakan lawannya.
Tanpa mereka sadari, sebuah sihir air yang sangat kuat meluncur deras ke arah mereka, siap membunuh.
"Sihir Kegelapan: Pelindung!" seru pria bertanduk itu. Perisai berwarna hitam pekat muncul, melindungi dirinya.
"Sihir Tumbuhan: Pelindung!" Felix juga berseru, memunculkan kubah pelindung tebal yang terbuat dari jalinan tanaman.
Serangan itu berhasil mereka tangkis. Ternyata, Clara-lah yang melancarkan sihir air tersebut. Setelah berhasil menghalau serangan, Clara berteriak kencang, suaranya dipenuhi kegembiraan.
"WAHHH... KERENNNN!" ucap Clara dengan ceria.
Felix yang panik melihat Clara muncul, sementara pria bertanduk itu langsung bersembunyi di balik punggung Felix.
"Apa yang kau lakukan di sini?!" tanya Felix, kebingungan setengah mati.
"Waah, apa itu sihirmu? Tunggu, bukankah kau pengguna sihir listrik?" balas Clara, penuh tanya.
"Dia hanya menggunakan sihir kamuflase untuk menutupi sihir aslinya," celetuk pria bertanduk itu dari balik Felix.
"Owen, diamlah!" gerutu Felix, kesal dengan celotehan Owen.
"Dia siapa?" tanya Clara, menunjuk pria bertanduk itu.
"Hai, aku Owen!" Pria bertanduk itu muncul dengan ceria dan mengulurkan tangan untuk menjabat tangan Clara.
"APAA?! Kamu... Iblis Legendaris?! Yang mengamuk di masa lalu dan membuat seluruh kerajaan kewalahan itu?!" seru Clara, kaget sekaligus takjub. Ia tak menyangka Felix berteman dengan Iblis.
Owen sangat bangga karena semua orang mengenalnya. Felix segera menghampirinya, lalu memukul kepala Owen dengan sepotong kayu.
Tok!
"Akhhh... Felix! Itu sakit!" rengek Owen sambil memegangi kepalanya.
"Tolong jangan beritahu siapa-siapa kalau aku punya Owen. Aku dan dia sudah bersama sejak kecil," pinta Felix, memohon agar Clara merahasiakannya.
"Boleh saja. Tapi, kamu harus menjawab semua pertanyaanku," putus Clara. Felix menyanggupinya.
"Sihir aslimu apa? Kata Owen, kamu menggunakan sihir kamuflase," tanya Clara.
"Aku adalah pengguna sihir Duplikasi dan Pengetahuan. Ditambah lagi dengan Sihir Kata yang Owen berikan padaku. Selama ini, aku hanya menggunakan Sihir Kata untuk menciptakan sihir listrik," jelas Felix, membuat Clara terperangah kagum.
"Keren! Kamu bisa menggunakan tiga sihir! Wow! Itu sangat langka! Biasanya orang hanya bisa menguasai dua saja," ucap Clara, matanya berbinar-binar.
"Lalu, kenapa kamu pura-pura lemah?"
"Hmm... Itu karena Owen. Aku tidak ingin ada orang yang tahu tentang dia. Dia satu-satunya sahabatku," jawab Felix, yang membuat Clara merasa simpati.
"Kau pikir aku suka melihat anak-anak itu mem-bully-mu? Dari masuk akademi sampai sekarang? Rasanya aku ingin membakar sekolah itu, dan akan kubuat anak-anak itu mati!" sela Owen dengan emosi meluap.
"Oh, iya, Owen. Kamu tinggal di mana?" tanya Clara penasaran.
"Hmm... Aku tinggal di dalam tubuh Felix, jadi aku bisa melihat dan mendengar semua cemoohan itu," jawab Owen. Ia hendak memeluk Felix, tetapi Felix segera mendorongnya dengan sihir hingga Owen terlempar jauh.
"Hmmm... Cukup. Ada pertanyaan lagi?" tanya Felix.
"Satu ini. Sebesar apa kekuatanmu yang sebenarnya?" tanya Clara, sorot matanya menantang dan penuh rasa ingin tahu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Ayano
Kan kan 😏😏😏
Akoh jenius. Inilah gunanya baca Black clover
2023-08-01
  2
Ayano
Intinya Felix bisa berpotensi sangat op 😏😏😏Mantap jiwa
Btw asli ini orang pasti demon deh. Yakin akoh
2023-08-01
  2
Ayano
Kegelapan?
Waduh.... jangan bilang dia ras iblis atau semacamnya
Cuma sebangsa demon yang pakai dark type
2023-08-01
  0