Setelah sahabat yang menurut Rere menyebalkan itu pulang. seperti biasa Rere menyendiri di kamar dan hanya di temani oleh komputer dan hp untuk menyelesaikan pekerjaan atau mengecek usaha butik yang dia miliki, para pekerja butik yang di pekerjakan oleh nya seperti biasa melaporkan hasil penjualan setiap hari selesai closing malam dan juga melaporkan pengeluaran bon melalui email. setiap malam sebelum tidur Rere mencoba mengecek usaha kecil nya di bidang fashion itu.
Dia menjual baju dan hijab di butik dan juga toko online di seluruh aplikasi e-commerce yang ada di negara nya itu. Rere mengecek dengan teliti laporan penjualan dan laporan stock yang ada di butik yang dia miliki baik yang di jakarta maupun cabang yang dia miliki di kota lain total butik yang dia miliki sebanyak 3 butik, setelah selesai mengecek semua pendapatan dan juga pengeluaran dia membuka m-banking butik untuk menyamakan data yang telah di Terima sesuai atau tidak.
dddrrrrtttt dddddrrrttt ddddrrttt
Hp lain yang Rere miliki bergetar terlihat ada pesan masuk melalui aplikasi percakapan bergambar gagang tlp berwarna hijau. Rere memiliki 2 hp khusus untuk bisnis dan juga hp untuk pekerjaan nya di bank. sekilas Rere melihat siapa yang mengirim pesan. dan ya dia Geri. dengan menarik nafas dalam Rere membaca pesan masuk itu.
(Rere aku udah sampe rumah, met tidur cantik)
Rere hanya membaca tanpa membalas pesan Geri. dia melanjutkan pekerjaan yang sempat terhenti itu dengan teliti mengecek stock in dan stock out Baju dan Hijab. di data stock in ada tambahan akaesoris yang dia beli dari para pengrajin di daerah bandung. Rere terbiasa bekerja sama dengan para pengusaha umkm di bidang fashion dan juga para pengrajin yang ada di daerah. oleh karena nya saat weekend dia kadang pergi ke daerah jogja, bandung ataupun bali. hanya untuk melihat lihat hasil kerajinan mereka dan juga membeli bebrapa baju hasil para pengrajin dan penjahit di daerah sana.
Setelah selesai mengecek pekerjaan nya Rere kembali mengambil hp dan membaca kembali pesan dari Geri. dia tersenyum setelah membaca ulang. dia pergi ke kamar mandi membersihkan diri sebelum tidur setelah itu dia merebahkan diri di tempat tidur. dan mengecek semua pesan masuk dan membuka semua aplikasi sosial media yang dia miliki. sesekali dia melihat apa yang lagi tranding topik di dunia maya itu. dan juga melihat aplikasi e-commerce untuk membeli peralatan mandi dan skincare yang biasa di gunakan.
ddrrttt dddrrrrttt dddrrrttt
(teteh kata ibu sabtu pulang tidak)
Ada pesan masuk dari aplikasi bergambar gagang tlp berwarna hijau.
(iya tapi lihat nanti ya neng, teteh masih banyak kerjaan di butik, kenapa ada masalah?)
(ga ada cuma ibu kangen ama teteh)
(iya udah teteh pulang ya insyaallah)
(ya ok)
Setelah membalas pesan untuk adik nya dia memeluk guling kembali dan menghadap ke langit kamar, pikiran nya kembali kemasa sulit sebelum diri nya memutuskan pergi ke ibukota untuk mencari pekerjaan baru yang dia harap dapat merubah ekonomi keluarga nya.
Flashback 18 tahun yang lalu
"Bangun neng, neng bangun..." suara ibu membangunkan dengan suara tangisan
"kenapa bu" Jawab Rere
"Ayah kamu neng nafas nya seperti udah mau... " suara ibu terhenti lalu di susul tangisan pilu
Bergegas Rere bangun dan beranjak dari tempat tidur nya lalu menuju ke kamar ayah. "Ayah Ayah Ayah" teriak Rere sambil menangis. "ibu, ayah kenapa bu" lanjut Rere sambil berteriak dan menangis.
ibu Rere mendatangi kamar dan melihat ayah dan Rere memegang tangan ayah, tunggu ya nak ibu mau panggil kakek dan nenek di rumah samping" sambil berlari ibu mendatangi rumah orang tua nya dan tidak lama kakek datang dan juga paman adik ibu. Rere masih menangis dan paman memberitahukan bahwa air mata tidak boleh menetes. cukup bacakan ayat suci al'quran atau surat yasin jangan menangis. itu akan memberatkan langkah ayah saat akan pergi menghadap ALLAH SWT. Rere tetap menangis, dia membayangkan bagaimana hidup nya tanpa ayah dan siapa yang akan membiaya hidup diri nya ibu serta adik perempuan dia yang masih berumur 2 tahun. ya jarak usia Rere dan Arsyila memang jauh berjarak 12 Tahun. seharus nya Rere anak bungsu tapi ntah kenapa ibu nya yang saat itu berusia matang 43 tahun hamil Arsyila mungkin ini yang di namakan rencana Tuhan.
"Ayah jangan sedih dan jangan kuatir ibu dan Arsyila akan Rere urus dengan baik, Rere akan bertanggung Jawab untuk hidup ibu dan Arsyila
jika ayah sudah tidak kuat melawan sakit ayah, Rere ikhlas ayah, ayah jangan sedih dan jangan nangis" bisik Rere sambil mencium pipi, tangan dan juga telapak kaki ayah nya. lalu mundur kebelakang kakek dari ibu nya. lalu menunduk sambil membaca Ayat suci al'quran. kemudian kakek mendekat ke arah ayah. ntah apa yang di bisikan kakek ke ayah. tidak lama ayah menghembuskan nafas terakhir.
"Ayah kamu sudah tidak ada" sambil menoleh ke arah aku, ibu dan ketiga saudara dan saudariku
"Ayah" tanpa sadar Rere berteriak dan merangkak ke arah jenazah ayah lalu memeluk nya.
"Sudah Rere tidak boleh seperti itu, ikhlaskan, Ayah kamu sudah tidak sakit" begitulah bibi dari ibu membelai punggung dan membisikan kalimat itu ke Rere.
"Jangan menangis nanti air mata nya jatuh ke pipi, itu tidak boleh" begitu lanjutnya. dan terdengar juga tangisan 3 saudara dan saudari rere. dan saat menoleh kebelakang terlihat ibu sedang menangis dan menggendong Arsyila. Rere anak ke 4 dari 5 bersaudara. dia tetap menangis dan perlahan mundur kebelakang tidak ingin mengganggu keluarga nya yang ingin mengurus jenazah ayah.
Duduk di belakang dengan tatapan kosong dia memikirkan ayah nya yang telah pergi untuk selamanya, dia tidak dapat lagi bertemu sang ayah, lalu bagaimana dengan nasib ke 4 saudara nya setelah ayah pergi terutama Arsyila yang masih sangat kecil. lalu dia menoleh ke ibu nya yang terbiasa di manja oleh ayah tidak boleh bekerja ataupun berjualan, biarkan ayah yang mencari uang untuk keluarga. Meski hidup sederhana dan terkadang sulit keluarga Rere hidup dengan bahagia. dan 2 kakak laki-laki dan 1 kakak perempuan ikut bersama kakek dan nenek dari ibu. hanya Rere yang ikut ayah dan ibu tinggal di salah satu kota di Jawa Tengah hal itu di sebabkan karena faktor ekonomi.
Setelah ayah sakit keluarga Rere pulang ke kota di mana orang tua nya lahir dan besar di salah satu kota di Jawa Barat. Ayah Rere sudah mengindap kanker paru-paru sejak usia Rere 10 tahun. dan saat ayah meninggal Rere usia nya 14 tahun. ayah sudah berjuang 4 tahun lama nya, walaupun sakit ayah tetap bekerja untuk memenuhi kewajiban nya sebagai seorang suami dan ayah. sesekali Rere ingat ayah dan ibu nya menangis bersama saat ayah mengeluarkan darah dari mulut. sedih sekali saat itu. sampai akhir nya ayah menyerah tidak lagi berobat karena uang sudah sangat tidak ada, seluruh tabungan habis dan sering juga ayah dan ibu meminta uang untuk berobat kepada orang tua ibu dan aset warisan ayah sudah habis dijual, tidak murah berobat untuk kanker. dan ayah sudah tidak memiliki apapun hanya tinggal rumah yang di tempat ini nenek dari ayah yang sekarang saat itu sudah sangat tua. dan 1 sawah untuk biaya hidup nenek dan rencana nya untuk biaya kuliah Rere dan Tia kakak perempuan nya.
"Rere kamu tidur dan kalian juga" ujar bibi sambil menoleh kepada 3 saudara dan saudari Rere. "jangan di tangisi, Ayah kalian sudah tidak sakit, dan kamu Inah jangan nangis nanti anak-anak kamu terpuruk walaupun kamu sedih, jangan perlihatkan itu ke anak-anak kamu" lanjut bibi menasehati ibu. "ini sudah takdir dari ALLAH SWT, yang lebih sayang sama suami kamu abbas" pungkas nya.
ibu tidak menjawab dan tidak juga berhenti menangis dia sangat terpukul dan bingung dengan apa yang terjadi itu yang dapat di lihat dari ibu inah. "kalian pergi tidur besok ibu bangunkan setelah sholat subuh, tidurlah nak ibu yang akan jaga Ayah di sini" ujar ibu sambil menatap pilu suami nya yang sudah tiada.
"Rere bangun nak, sudah subuh, sholat sana doakan bapak" bisik ibu. Rere diam tidak begeming tapi mata nya sudah terbuka, dia berharap ini mimpi bukan kenyataan, semoga ayah nya masih hidup dan berjuang melawan sakit nya. perlahan Rere merangkak ke arah pintu, dan melihat ibu nya sedang menatap jenazah sang suami tercinta sambil menggendong Arsyila dan sesekali mengusap air mata di pipi ibu.
"ternyata ini bukan mimpi" ucap Rere sambil menangis.
persiapan untuk penguburan ayah sudah selesai setelah sholat dhuhur ayah akan di bawa ke pemakaman umum untuk di makamkan. Teman sekolah Rere dan Tia pun datang dan ikut serta mensholati ayah Rere dan tia. setelah selesai keranda Ayah di bawa
"Ayah Ayah Ayah" Rere dan Tia berteriak, ketika Rere akan berlari ke arah ayah nya dengan sigap bibi memeluk erat Rere kuat dan berkata "ikhlaskan neng" lalu bibi memberi kode tangan supaya jenazah terus dibawa kemakaman tidak mungkin kedua anak nya ikut serta ke pemakaman jika dilihat dari berata histeris nya Rere dan Tia.
Setelah keranda ayah di bawa ke makam dan setelah selesai teman sekolah Rere dan Tia kembali ke sekolahan dan sebelum nya berpamitan terlebih dahulu kepada keluarga yang di tinggalkan dan membawa sumbangan dari sekolah. Kebetulan Rere dan Tia bersekolah di sekolah yang sama. Tia sudah tingkat 3 SMA dan Rere tingkat 1.
Tanpa terasa air mata Rere berjatuhan, dia mengingat betul pedih dan sedih nya hidup tanpa ayah setelah kepegian sang ayah hanya ibu inah yang menjadi tulang punggung keluarga karena 5 anak nya belum bekerja karena 2 anak laki-laki nya kehilangan pekerjaan karena ada nya phk sepihak dari perusahaan. dimana perusahaan ingin mengganti karyawan tetap menjadi karyawan kontrak jadi harus merubah management di perusahaan nya tersebut. dan itu terjadi sebelum ayah Rere meninggal.
Jadi ingat betul Rere hanya mengandalkan ibu nya yang hanya buruh cuci dan menjual gorengan keliling. Rere membantu ibu nya sebelum dan setelah sekolah. Rere menjaga adik nya yang masih 2 tahun. hidup nya rumit begitupun hubungan nya dengan kakak perempuan nya memang tidak begitu dekat karena mereka terbiasa terpisah dimana Tia ikut sang nenenk dan Rere ikut orang tua nya di salah satu kota di Jawa Tengah.
Flashback Selasai
"Ayah Rere kangen Ayah, sekarang Rere punya banyak uang, tapi uang Rere tidak bisa mengembalikan ayah" isak tangis Rere menggema di kamar nya.
"Ayah dulu ayah pernah berkata, coba ya neng bapak ada uang pasti bapak bisa di rawat di rumah sakit dan bapak bisa sembuh" kenang Rere.
Sekarang Rere ada uang tapi Rere merasa uang nya tidak ada berarti karena tidak bisa menyembuhkan dan membawa sang ayah. Rere melanjutkan tangis hanya dia yang merasakan kesedihan nya itu. tidak ada satu orang pun yang tahu bahwa kepergian sang ayah menggores luka dan trauma yang sangat besar bahkan geri sahabatnya, keluarga besar maupun sang ibu. Mereka berpikir Rere baik-baik saja dan kesuksesan adalah kebanggan buat mereka tanpa mereka sadari itu sumber kesedihan terbesar bagi Rere, uang nya dia miliki tidak dapat membantu mengembalikan ayah nya yang sudah tiada.
"Ayah Rere kangen" tangis nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 196 Episodes
Comments