Geri menghampiri Rere, lalu menyerahkan kunci mobil milik temannya itu.
"Baru pulang cantik?" tanya pria tampan dengan postur tubuh ideal, tinggi 180cm dan warna kulit sawo matang
"Hhhmm... iya" jawab Rere.Wanita ini tersenyum malas.
"Kenapa kamu yang mengantarkan mobilku, Geri?" sambungnya.
"Kangen sama kamu, Re." jawab pria itu, dengan tangannya mencubit pipi Rere.
"Ih, apaan sih" wanita itu menepis dengan wajah tidak suka.
"Terima kasih! tapi sekarang kamu pulang, ya! ehm, matahari akan tenggelam, itu tanda sebentar lagi maghrib." Jelas Rere.
Setelah mengatakan itu, ia pun segera melangkah menuju ke lobby apartment.
Namun ia menghentikan langkah saat mendapati sahabatnya berjalan melewati dirinya dengan langkah panjang.
"Loh, ingin pergi kemana kamu, Geri?" tanya Rere.
"Tentu saja, ke unit apartment kamu, sudah 1 jam menunggumu datang, masa aku langsung cabut aja. Ngomong-ngomong kamu dari mana? Em, aku curiga jangan-jangan kamu pergi ngedate, ya? sama siapa? ayo cerita!" canda Geri sambil menatap ke belakang dan memainkan alisnya ke atas.
Akan tetapi reaksi Rere justru memperlihatkan ekspresi sinis, bahkan melayangkan tangan pelan ke lengan sahabatnya itu.
"Seorang Geri menunggu satu jam? aku tidak percaya" katanya.
"Terserah kamu percaya atau tidak! yang jelas sekarang perutku lapar. Itulah kenapa aku ingin ke unitmu, Re!"
Rere mengabaikan pria ini, ia justru mempercepat kakinya ke arah lift, setelah keduanya masuk ke lobby gedung apartemen.
"Aku tidak nyaman jika ada yang melihatmu datang ke apartemen, khuatir mereka berpikir yang aneh-aneh. Sebaiknya kamu tunggu di sini. Aku mandi hanya sebentar, setelah itu kita makan di luar. Ok!" pinta Rere sambil menekan tombol lift.
"Tega sekali kamu Rere! padahal aku telah lama menunggu di parkir. Kenapa kamu justru meninggalkan aku disini. Jika pun ada yang melihat kita memang kenapa? lagian aku tidak akan berbuat macam-macam di apartement kamu" tegas Geri.
Ia pun masuk ke dalam lift, Rere menghela nafas panjang dengan menatap menggunakan ekor matanya.
"Suruh siapa masuk Geri"
Keduanya kembali berdebat, dan tanpa mereka ketahui, tidak jauh dari sana berdiri seseorang yang mana mengepalkan tangannya dan raut wajah tampak menahan emosi.
Tidak lama pintu lift tertutup dan pria itu membalikan tubuh dan berjalan keluar lobby utama dan menuju ke arah mobil dengan ekspresi sulit dijelaskan.
"Ah Sial" katanya dalam hati.
Kemudian ia masuk ke dalam kendaraan itu. Tanpa diminta pria yang saat ini duduk di kursi pengemudi menghidupkan mesin dan mobil ini perlahan meninggalkan area apartment ini.
"Riki! Apakah benar laporan kamu yang mengatakan jika Renia masih sendiri sampai saat ini? tanya pria itu.
"Benar saya sudah mencari tahu tentang nona Renia" jawab Riki, tetap fokus dengan jalanan yang ada di depan.
"Aku ingin kamu memastikan lagi dan cari tahu tentang hubungan mereka berdua" tambah pria yang duduk di belakang pengemudi dengan suara tinggi.
"Baik" jawab Riki. lalu mengarahkan mobil ke arah kiri menuju kawasan apartemen mewah yang ada di kota Jakarta.
Setelah sampai di basement sebuah gedung apartemen. Pria ini keluar dari mobil dan berjalan ke arah Lift dan masuk ke dalamnya.
Kemudian kotak besi itu bergerak ke atas sesuai dengan angka yang telah ditekan oleh pria ini. Tidak perlu menunggu lama ia telah sampai di depan unit penthouse miliknya.
Lalu ia membuka pintu dan kini telah berada di dalam kamar, ia berteriak sambil menarik rambut. Setelah itu melepaskan kancing kemeja yang digunakan.
Raut wajah masih sama mengerikan, terdengar deru nafas panjang juga berat. Pria ini menghempaskan diri ke tempat tidur.
Matanya menatap kosong ke arah langit kamar dengan tangan ia rentangkan. Pria ini kembali teringat dengan kejadian di lift apartemen Rere.
Kepalanya terasa berdenyut, pria ini duduk secara tiba-tiba. Setelahnya kembali berteriak, ia meraih apa yang ada di atas nakas dan menjatuhkan ke atas lantai sebagai pelampi*san kemarahan yang sejak tadi mengganggu hati dan pikirannya.
Kemudian ia bangkit dan mendekati dinding, lalu melayangkan tangan beberapa kali dengan terus berteriak.
"Apakah aku terlambat Re? siapa pria yang bersama denganmu itu?" katanya dengan mengepalkan tangan yang mana mengeluarkan d*rah.
Belum juga reda ia pun berjalan ke arah lemari dan kembali mengepalkan tangan, lalu melesatkan dengan keras, membuat kaca lemari hancur berserakan di lantai kamar.
Setelah itu ia pun terdiam dengan nafas semakin berat. Amarahnya belum dapat ia kontrol.
"Rere...sayangku" katanya, ia menjatuhkan diri dan melipat kakinya, terdengar tangis pilu menggema di dalam kamar. Setalah dua puluh menit, pria ini mulai tenang.
Ia pun membersihkan diri dari noda merah yang meluncur dari sela-sela jemari. Lalu meraih kota medis dan mengobati lukanya sendiri.
****************
Satu jam setelahnya
Ia keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di pinggang, rambut basah dan telapak tangan telah dibalut oleh perban.
Kemudian ia berjalan secara perlahan ke arah work in closet dan meraih pakaian satu set. Beberapa menit kembali keluar dari ruangan itu juga kamar pribadinya.
Tanpa menunggu perintah mbok ijah memiliki inisiatif untuk memasuki kamar majikannya itu dan membereskan kekacauan yang ada di dalamnya.
Sedangakan Pria itu kini telah berada di ruang tamu dan di sana duduk Riki dengan tenang.
"Kita ke apartemen Renia lagi, ayo! aku ingin memastikan apakah pria itu masih berada di sana atau telah pergi" ujarnya.
Lalu ia pun kembali berjalan dan assistennya ini bangkit dari sofa, lalu mengikuti sang bos dan keduanya telah masuk ke dalam lift.
Setalah dua jam perjalanan, mobil sport mewah kembali terparkir tepat di depan apartemen Rere.
Riki menatap atasannya itu dari spion dalam mobil. Jelas terlihat olehnya, atasannya itu menatap lekat apartemen sederhana.
"Bos, apa anda tidak lapar? Sebaiknya kita pergi ke restaurant dekat-dekat sini. Setelahnya kita kembali ke tempat ini lagi. Bagaimana setuju tidak?" tanya Riki memecah kesunyian.
Akan tetapi atasannya itu justru hanya diam, dia masih menatap ke arah lobby apartemen. Riki bertanya sekali lagi.
"Kamu pergi cari makan atau pesan lewat aplikasi di ponselmu saja Riki, aku tidak ingin pergi dari tempat ini" jawabnya.
"Baiklah tapi pak Adit, ingin makan apa? nanti akan aku balikan juga" tanya assistennya itu.
"Kamu saja, saya tidak lapar" sahut Adit.
"Ok, pak permisi" balas Riki
Pria ini juga memiliki paras tampan dan tinggi sekitar 182 cm dan hidung mancung kulit putih, usia 32 tahun.
Setelah itu Riki keluar dari dalam mobil dan berjalan ke arah gerbang.
****************
Sementara itu di dalam unit apartment Renia, dua orang sedang melahap beberapa menu makan malam yang mereka masak berdua.
"Selesai kamu makan, kamu sholat maghrib di ruang tamu. Setelahnya silahkan pulang" ketus nya.
"Ya allah cantik, kenapa bicaramu ketus seperti itu sih? Memang tidak iklas, ya? Lihat mulutnya juga manyun. Padahal aku udah bantuin memperbaiki mobil kamu, Re! Jika tidak mungkin masih mangkrak di bengkel" gerutu geri.
"Aku yakin itu hanya klaim dari kamu saja! mana mungkin itu terjadi, aku yakin staff bengkelmu yang telah membantuku" jawab Rere ketus dengan menjulurkan lidah.
Geri tidak marah justru menurutnya, wanita ini terlihat imut dan juga menggemaskan.
Tiga menit kemudian
Setelah sholat Geri menghampiri Rere di meja makan, sambil mencubit pipi sahabatnya itu yang berisi makanan yang masih ia kunyah.
"Sekarang giliran kamu, sholat sana, Re!" ucap Geri.
"Jangan sentuh aku, ingat kita bukan muhrim. Hem, aku sedang berhalangan jadi absen sholat" jawab rere, tangannya meraih ayam goreng dan memasukan ke dalam mulutnya.
"Oh" jawab Geri. Lalu ia duduk di kursi yang ia duduki sebelumnya.
"Jika kita bukan muhrim, kenapa tidak kita rekatkan saja, agar menjadi muhrim?" balas Geri dan kembali mencubit hidung Rere.
"ih, apaan sih kamu Geri dikasih tahu malah ngeyel. Ingat dilarang cubit-cubit, bisa jadi kamu naksir aku loh nanti" omel Rere sambil melirik tajam Geri yang menurutnya menyebalkan.
"Lah memang aku telah lama suka dan cinta dengan kamu , Re! Aku pun selama ini menunggumu dan berharap menjadi imam dalam rumah tangga kita kelak!" sambil mengacak-acak hijab Rere dan ia pun terkekeh.
"Geri, jangan bersikap seperti ini, tolong hargai hijabku. Aku bukan Rere yang dulu lagi, sekarang aku telah mengenakan penutup kepala dan ingat batasanmu" omel Rere dengan mata membulat sempurna.
Geri meminta maaf ia berkata jika dirinya hanya becanda dan belum terbiasa dengan perubahan Rere.
Sebelumnya Rere tidak mengenakkan hijab dan Geri terbiasa mengacak-acak rambut sahabatnya itu.
"Sebaiknya kamu minta maaf kepada Allah dan mulailah terbiasa dengan penampilanku ini Geri!" sahut Rere
"Iya, astaghfirullahalazim, ya Allah ampuni hamba-Mu ini ya rob" Geri mengadahkan tangan ke atas, lalu mengusap wajahnya sendiri.
"Kamu pulang kerja jam berapa Geri? tadi udah nongol aja di depan apartemen gw" tanya Rere dengan tatapan serius.
"Hari ini aku cuti, cantik. Jadi saat Rizal memberitahukanku bahwa mobil kamu telah selesai kami service, ya sudah aku antarkan saja" balas Geri.
"oh" jawab Rere singkat.
"Aku bereskan sisa makan malam kita, kamu bisa tunggu di ruang tamu. Setelahnya aku antarkan hingga ke lobby" kata Rere dengan bangkit dari kursi dan meraih piring kotor.
"Aku bantu ya Re?" kata Geri.
"Jangan!"
Lalu Rere berkata sekali lagi agar sahabatnya menuruti apa yang ia ucapkan tadi.
"Baiklah! Padahal akan ringan jika dilakukan berdua!" Geri berkata dengan bangkit.
Kemudian Rere membereskan apa yang ada di atas meja makan, lalu membersihkan peralatan makan.
"Bawa makanan ini ke bengkel untuk teman-temanmu di sana Geri!" kata Rere.
"Tidak aku lelah karena seharian berada di bengkel dan aku pun kenyang, sekarang mengantuk" balas Geri.
"ya sudah pergi sana!" ketus Rere.
"Perasaan sejak tadi kamu mengusirku, Re?" sahut Geri sinis.
"Ini udah malam. Aku tidak enak hati, jika ada pria berada di unit apartmentku, bagaimana pendapat para tetanggaku nantinya?" jawab Rere sedikit kesal.
"Siapa yang kenal kamu, memangnya Rere" ledeknya sambil senyum dan hampir menyubit pipinya tapi di tepis Rere.
"Eh, maaf aku lupa" Geri tertawa kecil.
"Pulang-pulang" kembali Rere mengusir sahabatnya itu.
"Ya elah Re, ini baru jam 9 malem lagian gw masih kangen kamu " ujar Geri.
Wanita ini berkaca pinggang, Pria itu kembali berucap, "Iya, aku pulang sekarang. Terima kasih atas makan malamnya dan bye cantik" sambil senyum menyebalkan.
Ia pun berjalan ke arah pintu diikuti oleh Rere. "Ok bye" jawab Rere sambil menutup pintu apartemen nya.
****************
Dari luar apartemen sepasang mata yang penuh tanya dan menahan amarah menatap Geri yang mana keluar dari Lobby utama.
Bertepatan dengan itu Riki juga kembali dari makan malam, ia pun masuk ke dalam mobil dan menoleh ke arah belakang.
"Pak Adit, kita ikuti dia atau pulang" tanya Riki.
"Apa harus bertanya?" jawab Adit dengan tatapannya masih mengarah ke Geri yang mana memasuki mobil online yang dia pesan.
Riki menatap spion dalam mobil sebelum menjalankan kendaraan ini. Jelas tampak atasannya itu menatap ke luar jendela dengan tatapan kosong.
"Rere siapa dia, apakah dia suami kamu. Lalu ingin pergi kemana dia setelah keluar dari apartemenmu tadi. Hem apa mereka sepasang kekasih?" batin Adit bermonolog.
Berulang kali selalu ditanyakan dan masih belum mendapatkan jawabannya.
"Kenapa lama sekali pria itu berada di apartemen Rere apa yang lakukan di sana?" tambahnya masih dalam hati.
"Pak dia masuk tol arah keluar Tangerang" ujar Riki
"Tetap ikuti dia" jawab pria itu tanpa mengalihkan pandangan.
Empat Puluh menit berlalu.
"Pria itu masuk ke dalam rumah ini pak Adit, sepertinya dia tinggal di sini" ujar Riki
"Itu artinya mereka bukan pasangan suami istri" gumam Adit. Ekspresi dan juga raut wajahnya datar tanpa ekspresi.
"Kita pulang sekarang" perintahnya singkat dan Riki mengangguk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 196 Episodes
Comments