Gisel melangkahkan kakinya menuju sebuah pemakaman umum. Dengan langkah tertatih, Gisel memasuki area pemakaman tersebut .
Derasnya hujan dan kencangnya angin di malam itu sudah tidak dia pedulikan lagi.
Gisel hanya ingin mengaduh pada pusara ibunya.
Gisel duduk di samping makan Ibunya, kuburan tua yang sudah tidak terawat.
"Apa kabar Bu!. Apa Ibu baik-baik saja di alam sana?. Aku selalu mendoakan Ibu tiap waktu. Semoga ibu mendapatkan tempat yang layak di sisiNYA...Aamiin,"
Air mata Gisel tidak hentinya mengalir. Walau terkadang Gisel ingin mecegah to, air itu terus saja menetes bak rintik hujan yang membasahi bumi.
"Ibu malam ini Aku terpaksa mengingkari janjiKu untuk tetap menjaga rumah peninggalan Ibu dan tetap berada di samping Papa sampai maut menjemput ...
"Papa mengusirKu Bu, memutuskan hubungan darah denganKu, dan mengharamkanku memanggilnya Papa ..
"Ibu ...sebesar itukah bencinya kepadaKu
sehingga dia tegah mengusirKu?. Bagaikan, Aku ini bukan darah dagingnya," Gisel menagis di depan makam ibunya.
Gisel mengeluarkan semua unek-unek dalam hati diatas pusara ibunya. Kenangan- kenangan bahagia bersama kedua orang tuanya masih tampak di ingatan bagai sebuah film yang setiap saat bisa dia putar kembali.
Setelah puas mengaduh dan menangis, Gisel bangkit dari tempat duduknya.
"Ibu Gisel pamit ya!. Bila ada waktu, Gisel akan kembali melihat Ibu, Ibu tenanglah di sana!. Ibu tidak usah khwatir tentang Gisel, Gisel kuat kok menghadapi semua ini.
Gisel sayang Ibu ...bye Ibu" Gisel mengusap kepala batu nizan Ibunya yang sudah mulai di tumbuhi lumut.
Tidak lama kemudian Gisel keluar dari pemakan itu.
Dinginya malam dan lolongan anjing sudah tidak pedulikanya lagi. Sakit dan kesedihan dalam hati mengalahkan segalanya.
"Aku harus cari tempat tinggal untuk sementara waktu dan cari kerja untuk melanjutkan hidup,".
Gisel terus melangkah membelah heningnya malam hingga berhenti di sebuah rumah bersusun yang di depan pagar bertuliskan" KOS KHUSUS CEWEK"
Gisel membuka tas kecilnya dan mendapati beberapa uang merah di dalam sana hasil simpananya selama ini.
"Semoga masih ada kamar kosong " ucapnya sambil melangkah masuk.
Gisel melangkah menuju ke arah rumah besar yang terpisah dengan rumah bersusun tadi.
"Pasti ini rumah pemilik kosnya,
semoga saja penghuninya belum tertidur,"
Dengan mengumpulkan ke beraninya, Gisel mengetuk pintu rumah besar tersebut.
Tock..tock..tock..
Assalamu alaikum!. Permisi...!" ucap Gisel mengetuk daun pintu sembari mengucap salam.
Tak lama kemudian pintu rumah itu pun terbuka.
"Wa'alai'kum salam, ada bisa saya bantu?" ucap seorang wanita parubaya yang memiliki ukuran badan yang lumayan subur sembari memandangi sekujur tubuh Gisel yang saat itu terlihat acak-acakan.
"Iya Bu, Saya Gisel, Saya mau ngontrak, apa masih ada kamar kosong?," tanya Gisel sembari meletakkan tasnya diatas lantai.
"Oh ade Gisel, cari ngontrak ya? kenapa tidak bilang dari tadi, kan enak dengarnya.
Ibu kira tadi, Kau mau minta sumbangan," balas Ibu Nita sang pemilik kos sembari tersenyum sumrigai.
"Iya Bu! kalau boleh tau perbulanyan berapa ya?," tanya Gisel lagi.
"Murah aja kok dek! hanya 400.000 ribuh. Ada kamar mandi, dapur dan juga kamar tidur,".
"Boleh Ibu tinjukkan tempatnya?," balas Gisel.
"Boleh, dengan senang hati. Ayo biar ibu tunjukin" balas Ibu Nita lalu menutup daun pintu rumah dan melangkah ke arah rumah bersusun yang letaknya tak jauh dari tempat mereka berdiri kala itu.
Tidak lama kemudian, keduanya pun sepakat. Gisel memantapkan hatinya untuk tinggal sementara waktu di tempat itu.
Gisel segera membersihkan dan menata kembali isi kamar tersebut .
Hanya butuh waktu 10 menit saja kini, kamar itu sudah terlihat bersih dan rapi serta siap untuk dihuni.
"Ah capek...! Baiknya aku mandi dulu "
Gisel sambil mengambil pakaian ganti dan melangkah kearah kamar mandi.
Tidak Perlu waktu lama, Kini
Gisel keluar dari bilik kamar mandi dengan berpakaian lengkap serta
rambutnya dibiarkan terurai begitu saja, hingga menambah kecantikan gadis belia itu.
Mungkin efek sedih dan pukulan yang di layangkan Ayahnya membuat sekujur tubuhnya terasa remuk .
Gisel membaringkan tubuhnya diatas pembaringan tapi matanya masih terbuka.
pukulan dan perkataan kasar Ayahnya masih tergiang jelas di telinganya.
"Anak tak tahu diri, pergi kamu dari sini,".
"Gisel kamu harus kuat, Kamu pasti bisa melewati ini semua. Yakinlah pelangi akan muncul setelah hujan dan badai berlalu,".
Gisel menutup mata dan mencoba melupakan semua kejadian yang menimpahnya hingga tidak terasa, deru nafasnya mulai teratur dan masuk kedalam alam mimpi.
👉tetap beri like , vote ,coment dan rate bintang 5 ya ..trimah kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments
its anna
ceritanya bagus cm tulisannya hancur
2024-05-13
0
reza indrayana
Bikin nanGiiss...😭😭😭
2023-10-10
1
Diah Elmawati
Semangat Gisel kemalanganmu tidak akan selamanya tetap berdo'a dan berusaha.
2023-05-06
0