Bab 3 : Pertemuan Pertama

..."Semakin aku memikirkannya, semakin dekat juga takdir mempertemukan dia denganku."...

...~~~...

Di saat Iklima ingin mencari taksi, tiba-tiba saja matanya melihat seseorang yang tidak jauh dari tempatnya berada.

Hadwan, dia baru saja keluar dari sekolah bersama dengan Ikbal. Kali ini Hadwan keluar kelas terlambat, dan tidak seperti biasanya, karena mengumpulkan bukunya dulu kepada guru. Di mana, buku miliknya belum sempat mendapatkan nilai dari guru pelajarannya.

"Hadwan, mau aku antarkan pulangnya?" tanya Ikbal yang sudah berada di parkiran motor.

"Terima kasih atas tawarannya, tapi enggak papa, Bal. Saya bisa naik angkot saja di depan sana," jawab Hadwan tanpa membuat Ikbal merasa sakit hati karena penolakannya.

"Sirius enggak papa? Aku bisa antar kamu, kok." Ikbal kembali menawarkan pulang bareng kepada Hadwan. Namun, nampaknya Hadwan masih tetap dengan jawaban awalnya.

"Enggak papa, kamu pulang saja duluan. Lagian masih banyak juga angkutan umum di sini, tenang saja," balas Hadwan sembari tersenyum tipis yang di mana hanya terlihat oleh Ikbal seorang.

"Baiklah, kalau begitu. Aku duluan," ujar Ikbal dan pergi meninggalkan Hadwan yang masih tetap berada di halaman sekolah.

Tidak jauh dari situ, Iklima melihat Hadwan dan Ikbal yang masih berbincang di halaman sekolah, sedangkan ia berada beberapa langkah dari sana.

"Bukanya dia Hadwan?" tanya Iklima pada dirinya sendiri, seakan dibuat penasaran olehnya.

Setelah kepergian Ikbal, Hadwan kembali melanjutkan langkahnya dengan menatap jalanan, seperti biasanya. Namun, hal itu tanpa sadar membuat Iklima terus memperhatikan gerakannya.

Pada saat Hadwan melewatinya, Iklima malah mengikutinya dari belakang. Sampai pada pinggir jalan, Hadwan menyadari bahwa ada seseorang yang mengikutinya dari belakang. Maka dari itu, ia pun langsung berhenti, dan menoleh ke arah belakang.

Iklima langsung mengalihkan perhatiannya kepada ponselnya. Dengan begitu, Hadwan tidak merasa curiga.

Dari kejauhan, terlihat angkutan umum berhenti di hadapan Hadwan, dan dia pun langsung masuk ke dalam angkot tersebut. Untuk itu, Iklima juga melakukan hal yang sama. Padahal niat awalnya ingin menaiki taksi, tetapi karena rasa penasarannya itu, membuat ia melakukan hal yang jarang dilakukannya.

Di dalam angkot itu, Iklima terlihat sangat bingung. Dia terdiam sebentar, dan duduk di pojokan yang masih kosong. Beberapa saat kemudian, seorang laki-laki duduk di dekatnya, dan terus memperhatikan Iklima. Oleh karena itu, Iklima dibuat risih dan takut dengan tatapannya, apalagi penampilannya sudah seperti pereman.

Di sisi lain, Hadwan melihat Iklima yang mulai risih dan tidak tenang dengan laki-laki yang berada di sampingnya. Sampai pada detik kemudian, laki-laki itu mulai berani mendekatkan tubuhnya kepada Iklima, sedangkan hal itu sangat membuat Iklima ketakutan.

Hadwan dengan santainya berdiri dari tempat duduknya, dan menghampiri laki-laki tersebut.

"Maaf, Pak. Bolehkah saya duduk di sini? Di sana anginnya terlalu kencang. Saya tidak kuat," tanya Hadwan sedikit berbisik, tetapi masih bisa didengarkan oleh Iklima.

Laki-laki yang bertubuh besar itu menatap wajah Hadwan dengan tidak suka, tapi karena berada di tempat umum. Dia mengalah, dan duduk di dekat pintu yang tadi sempat ditempati oleh Hadwan.

"Silakan," jawab laki-laki itu dan Hadwan segera menempati kursi yang dekat dengan Iklima.

"Terima kasih, Pak," ucap Hadwan. Dengan segera, dia menempatkan tasnya di samping Iklima, dengan tujuan untuk membuat Iklima merasa nyaman, dan terhindar dari bersentuhan dengannya.

Iklima hanya diam saja, dia masih belum mengerti dengan sosok Hadwan yang kini berada di sampingnya. Akan tetapi, Iklima juga sangat bersyukur, karena dengan adanya Hadwan, ia merasa sangat tenang dan dilindungi dari laki-laki yang mulai berbuat tidak baik terhadapnya.

Diam-diam, Iklima teseyum melihat sikap dan perbuatan Hadwan yang diam-diam melindunginya dari laki-laki yang mempunyai niat buruk terhadapnya.

Namun, tatapan laki-laki itu masih saja terus menerus, menatap wajah Iklima yang terbilang cantik. Maka dari itu, banyak yang menyukainya.

Hadwan masih memperhatikan gerakannya, tanpa disadari oleh Iklima, Hadwan terus menghalangi laki-laki tadi untuk menetap kepada Iklima. Dengan begitu, Iklima tidak akan merasa terganggu.

Setelah lama berada di angkot, Hadwan sampai melewatkan tempat yang seharusnya berhenti, karena ia ingin memastikan gadis yang berada di sampingnya itu pulang dengan selamat. Dan tidak mendapatkan gangguan lagi.

Maka dari itu, di saat Iklima turun dari angkot, Hadwan juga ikut turun dari sana. Angkutan umum pun pergi begitu saja, setelah Iklima dan Hadwan membayarnya.

"Terima kasih," ucap Iklima secara tiba-tiba.

"Sama-sama," jawab Hadwan. "Lain kali, jangan menggunakan pakaian yang terbuka seperti itu di tempat umum. Dengan begitu, kamu akan lebih terjaga dan tidak digangu," lanjut Hadwan sembari menundukkan kepalanya.

Iklima terdiam, dia sudah paham, apa maksud dari ucapan Hadwan barusan. Akan tetapi, ia belum siap untuk menutupnya.

Merasa tidak mendapatkan respon dari Iklima, Hadwan pun langsung membuka tasnya, dan mengeluarkan sesuatu di dalam sana.

"Pakailah ini! Hijab ini akan membuatmu lebih terjaga, dan terhindar dari orang-orang yang mempunyai niat buruk terhadapmu. Ini untuk Kakakku, tapi saya berikan kepadamu, karena kamu sangat membutuhkannya," kata Hadwan sembari memberikan hijab kepada Iklima. Walaupun demikian, pandanganya masih tetap sama, menatap ke bawah.

"Bagaimana dengan Kakakmu? Apa dia tidak akan marah, karena jilbabnya kamu berikan kepadaku?" tanya Iklima, sedikit hati-hati.

"Kakakku enggak akan marah, dia sudah mempunyai banyak. Dan saya juga bisa membelikan yang baru lagi untuknya. Ambilah, tidak papa," jawab Hadwan.

Tanpa menunggu lama lagi, Iklima pun menerima hijab pemberian dari Hadwan, dan menatap hijab itu dengan tatapan mata yang tidak bisa diartikan.

"Terima kasih, tapi entah kapan aku akan memakainya," ucap Iklima lirih.

"Pakailah ketika kamu sudah siap," balas Hadwan dan akan segera pergi dari hadapan Iklima.

"Assalamualaikum," ucap Hadwan, kemudian dia pergi meninggalkan Iklima. Itupun setelah mendapatkan angkutan umum, untuk kembali pulang ke rumahnya.

"Wa'alaikumsalam," jawab Iklima. Setelah itu, ia pun segera masuk ke dalam rumahnya yang terbilang sangat mewah.

Sepanjang perjalanan masuk ke dalam rumah. Iklima terus saja tersenyum, entah kenapa. Bahkan, Nadira sempat merasa heran dengan tingkah putrinya pada kali ini.

"Nak, kamu kenapa?" tanya Nadira yang langsung menghampiri putri kesayangannya.

"Enggak kenapa-kenapa, Ma." Iklima kembali memasang wajah senangnya.

"Loh, Mama lihat tadi itu kamu senyum-senyum sendiri pada saat memasuki pintu rumah," ujar Nadira sembari menatap wajah putrinya.

"Enggak papa, Ma. Jangan dipikirkan!" Sengaja Iklima langsung mengalihkan pembicaraannya, dan segera mencium punggung tangan Mama Nadira.

Tanpa merasa curiga, Nadira pun tidak kembali menanyakan sesuatu kepada putrinya.

"Jangan lupa, nanti malam pergi ke bawah! Kita makan bersama dengan Ayah," ujar Mama Nadira sembari tersenyum.

"Siap, Ma," jawab Iklima dan segera masuk ke dalam kamarnya yang berada di lantai atas.

Terpopuler

Comments

Ayano

Ayano

Ngerasa aman dia ☺☺
Aww.... langsung ada layar bunga-bunga

2023-05-30

1

Ayano

Ayano

Pelecehan 😠
Kamu mesti nolongin dia

2023-05-30

1

Ayano

Ayano

Kek ngeliatin jodoh
Persis sinetron banget ini 🤗🤗
Aku kek nonton film jadinya

2023-05-30

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Iklima Karomatun Nazwa
2 Bab 2 : Hadwan Harsa Haryaka
3 Bab 3 : Pertemuan Pertama
4 Bab 4 : Semakin Tertarik
5 Bab 5 : Laki-laki Yang Baik
6 Bab 6 : Membuat Penasaran
7 Bab 7 : Mulai mendekat
8 Bab 8 : Pesona
9 Bab 9 : Tangtangan
10 Bab 10 : Tidak Akan Menyerah!
11 Bab 11 : Pertemuan Tanpa Disengaja
12 Bab 12 : Meminta Maaf
13 Bab 13 : Ingin Menggapaimu
14 Bab 14 : Untuk Pertama Kalinya
15 Bab 15 : Sempurna
16 Bab 16 : Menggunakan Hijab
17 Bab 17 : Kerusuhan
18 Bab 18 : Peringatan
19 Bab 19 : Belajar Istiqamah
20 Bab 20 : Lebih Baik Di Belakang
21 Bab 21 : Keistimewaan Memakai Hijab
22 Bab 22 : Menundukkan Pandangan
23 Bab 23 : Prasangka Buruk
24 Bab 24 : Berubah
25 Bab 25 : Penenang
26 Bab 26 : Semakin Menjauh
27 Bab 27 : Penolakan
28 Bab 28 : Sakit Hati
29 Bab 29 : Kepergianmu Bukan Tanpa Alasan
30 Bab 30 : Semakin Lebih Baik
31 Bab 31 : Kembali
32 Bab 32 : Rindu Bertemu
33 Bab 33 : Tidak Mengijinkan
34 Bab 34 : Membujuk
35 Bab 35 : Bertemu Kembali
36 Bab 36 : Silaturahmi
37 Bab 37 : Tragedi
38 Bab 38 : Cemas
39 Bab 39 : Kepergok
40 Bab 40 : Menjenguk
41 Bab 41 : Mencurigakan
42 Bab 42 : Mengantar Pulang
43 Bab 43 : Semakin Gugup Saja
44 Bab 44 : Belum Saatnya
45 Bab 45 : Lebih Mempercayai Hadwan
46 Bab 46 : Mungkin Caraku Salah
47 Bab 47 : Apa Tidak Terlalu Berlebihan?
48 Bab 48 : Sikap Dingin Anisa
49 Bab 49 : Pembicara Empat Mata
50 Bab 50 : Kecurigaan Hadwan
51 Bab 51 : Semakin Kuat
52 Bab 52 : Dering Ponsel Darurat
53 Bab 53 : Kejadian Tak Terduga
54 Bab 54 : Perselisihan
55 Bab 55 : Rahasia Yang Terbongkar
56 Bab 56 : Kabar Yang Mengejutkan
57 Bab 57 : Mengalami Kelumpuhan
58 Bab 58 : Harus Tabah
59 Bab 59 : Kecemasan Ayah Adam
60 Bab 60 : Harus Kuat Untuk Putri Kita
61 Bab 61 : Semakin Menegangkan
Episodes

Updated 61 Episodes

1
Bab 1 : Iklima Karomatun Nazwa
2
Bab 2 : Hadwan Harsa Haryaka
3
Bab 3 : Pertemuan Pertama
4
Bab 4 : Semakin Tertarik
5
Bab 5 : Laki-laki Yang Baik
6
Bab 6 : Membuat Penasaran
7
Bab 7 : Mulai mendekat
8
Bab 8 : Pesona
9
Bab 9 : Tangtangan
10
Bab 10 : Tidak Akan Menyerah!
11
Bab 11 : Pertemuan Tanpa Disengaja
12
Bab 12 : Meminta Maaf
13
Bab 13 : Ingin Menggapaimu
14
Bab 14 : Untuk Pertama Kalinya
15
Bab 15 : Sempurna
16
Bab 16 : Menggunakan Hijab
17
Bab 17 : Kerusuhan
18
Bab 18 : Peringatan
19
Bab 19 : Belajar Istiqamah
20
Bab 20 : Lebih Baik Di Belakang
21
Bab 21 : Keistimewaan Memakai Hijab
22
Bab 22 : Menundukkan Pandangan
23
Bab 23 : Prasangka Buruk
24
Bab 24 : Berubah
25
Bab 25 : Penenang
26
Bab 26 : Semakin Menjauh
27
Bab 27 : Penolakan
28
Bab 28 : Sakit Hati
29
Bab 29 : Kepergianmu Bukan Tanpa Alasan
30
Bab 30 : Semakin Lebih Baik
31
Bab 31 : Kembali
32
Bab 32 : Rindu Bertemu
33
Bab 33 : Tidak Mengijinkan
34
Bab 34 : Membujuk
35
Bab 35 : Bertemu Kembali
36
Bab 36 : Silaturahmi
37
Bab 37 : Tragedi
38
Bab 38 : Cemas
39
Bab 39 : Kepergok
40
Bab 40 : Menjenguk
41
Bab 41 : Mencurigakan
42
Bab 42 : Mengantar Pulang
43
Bab 43 : Semakin Gugup Saja
44
Bab 44 : Belum Saatnya
45
Bab 45 : Lebih Mempercayai Hadwan
46
Bab 46 : Mungkin Caraku Salah
47
Bab 47 : Apa Tidak Terlalu Berlebihan?
48
Bab 48 : Sikap Dingin Anisa
49
Bab 49 : Pembicara Empat Mata
50
Bab 50 : Kecurigaan Hadwan
51
Bab 51 : Semakin Kuat
52
Bab 52 : Dering Ponsel Darurat
53
Bab 53 : Kejadian Tak Terduga
54
Bab 54 : Perselisihan
55
Bab 55 : Rahasia Yang Terbongkar
56
Bab 56 : Kabar Yang Mengejutkan
57
Bab 57 : Mengalami Kelumpuhan
58
Bab 58 : Harus Tabah
59
Bab 59 : Kecemasan Ayah Adam
60
Bab 60 : Harus Kuat Untuk Putri Kita
61
Bab 61 : Semakin Menegangkan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!