🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Aurora hanya tersenyum kecil, ia biarkan hatinya kecewa dengan kenyataan yang ia dapat. Hari pertama pernikahannya jauh dari kata mengesankan. Bahkan tak ada obrolan apapun kecuali tanya jawab diantara mereka.
"Mas, mau tidur di sofa lagi?"
"Iya, ini juga sudah cukup lumayan nyaman kok," sahut Leo, padahal bukan kalimat itu yang ingin di dengar oleh istrinya yang sudah duduk ditepi ranjang.
Aurora bukan gadis lugu dan bodoh, dia cerdas dan sudah paham bagaimana caranya menjadi seorang istri yang mampu melayani lahir dan bathin sang suami.
Tapi bagaimana jika pasanganya itu justru dingin dan seolah tak acuh padanya, seakan tak ada niatan untuk saling mengenal lebih jauh satu sama lain.
"Kenapa tidak di ranjang? Mas bisa sakit badan jika terus tidur di sana, " tawar Aurora.
Leo yang sudah duduk di sofa akhirnya bangun dan menghampiri istrinya yang sedikit menundukkan kepala sambil memainkan jari-jari lentiknya.
"Bisa kita bicara?"
"Tentu, apa yang ingin kita bahas, Mas?" tanya Aurora, netranya belum terbiasa menatap mata sang suami padahal jelas itu halal baginya.
"Ikut denganku tinggal di apartemen, bagaimana?"
Aurora reflek menautkan kedua alisnya, meski ia sudah tahu ajakan itu akan terjadi tapi tetap saja ia merasa kaget karena ini lebih cepat dari yang ia bayangkan sebelumnya.
"Ka--kapan, Mas?"
"Besok pagi setelah sarapan, kita akan langsung tinggal disana," jawabnya pelan namun tegas. Tak ada garis senyum tapi tetap lembut didengar.
Aurora akhirnya mengangguk setuju, ini memang sudah resikonya menjadi anak perempuan yang akan menjadi hak dan tanggung jawab suaminya di dunia dan di akhirat kelak.
Leo yang kembali lagi ke sofa hanya ditatap pasrah oleh Aurora yang masih tetap pada posisinya.
Melihat pria halalnya itu sudah meringkuk dan berbalut selimut, ia pun naik keatas ranjang melakukan hal yang sama seperti sang suami.
.
.
.
Pagi sekali usai melakukan kewajibannya, Aurora bersiap untuk melakukan packing barang sambil menunggu suaminya bangun, ia sudah beberapa kali mengguncang bahu pria itu tapi Leo tak kunjung juga mengerjapkan mata.
"Mas, sudah siang"
"Hem, " sahut Leo hanya berdehem pelan.
" Sudah jam enam, kita mau sarapan sama-sama, kan?"
Leo mengusap wajahnya, ia bangun dan duduk begitupun dengan Aurora. Wanita bergamis ungu muda tanpa hijab itu berharap ada sedikit obrolan diantara mereka. Tapi sayang, Leo justru bangkit dan berlalu ke kamar mandi begitu saja.
"Sabar. Mungkin memang begitu karakter suamiku. Nanti kalau sudah kenal pasti akan ku temukan sisa baiknya" gumam Aurora menghibur dirinya sendiri sambil mengusap dada.
Dan tiga puluh menit berlalu, Leo keluar dengan pakaian yang sudah lengkap pilihan istrinya, karena Aurora sudah menyiapkannya jauh sebelum suaminya itu bangun dari tidur.
"Kamu sudah bicara dengan Abi dan Umi?" tanya Leo.
"Belum, aku belum bertemu mereka, Mas."
"Ya sudah, nanti biar aku yang izin pada orangtuamu. Apa saja yang mau kamu bawa?" tanyanya lagi.
"Hanya dua koper milikku, dan satu koper milikmu," jawab Aurora sambil menujuk ke samping ranjang, Leo pun menoleh kearah yang dimaksud istrinya tersebut dan benar saja, sudah ada tiga koper berjejer rapih disana.
"Jangan terlalu banyak membawa pakaian, kamu hanya tinggal di apartemen ku jika aku bekerja disini tapi jika aku keluar Kota, aku akan mengantarmu pulang kesini atau sesekali ke rumah orangtuaku, " ucap Leo yang membuat Aurora tersentak kaget.
"Mas Leo sering ke luar Kota?"
Leo mengangguk sekali, lalu berjalan lebih dulu kearah pintu kamar meninggalkan Aurora yang masih tercengang.
"Sesibuk itukah dia?"
Aurora yang sadar dari lamunannya langsung menyusul Leo keluar kamar menuju ruang makan dilantai bawah.
Di sana sudah ada Bumi dan Khayangan, pasangan suami istri itu tersenyum ke arah anak dan menantunya yang semakin mendekat kearah mereka.
"Pagi Umi, Abi"
"Pagi juga sayang, pagi Leo."
Leo mengangguk sambil membalas sapaan kedua mertuanya. Ia duduk setelah menarik kursi meja makan.
Mereka sarapan dengan diselingi obrolan ringan sampai akhirnya Leo meminta sedikit waktu pada kedua mertuanya untuk bicara serius.
"Katakan," ucap Bumi.
"Hari ini aku ingin membawa Aurora tinggal di apartemenku, Bi."
Kedua mata Bumi dan Khayangan kini mengarah pada putri mereka yang sedikit menundukan kepala.
"Aurora kini menjadi tanggung jawabmu, Abi dan Umi tak berhak untuk melarang apalagi jika Istrimu juga setuju"
Wanita bercandar ungu muda itu pun mendongak, perasaan yang sulit di artikan kini bergejolak dalam dadanya. Antara ikut dengan sang suami atau tetap tinggal di rumah orangtuanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Ragil Saputri
apa pasukan gajah gk cari tau ttg kehidupan seorang Leo...
harus stok sabar banyak" ya Ola 😥
2023-10-07
0
Adzril Alfarizqi
Takdir cinta yang dihadapi Ola serumit takdir yang dihadapi kedua orang tuanya dulu.
2023-03-29
0
Susan Handayani
knp sih s Aurora dpt jodoh yg ngeselin 😕😕😕
2023-01-26
0