"Siapa namamu?" Tanya Aderald di dalam mobil.
Suara bariton itu membuat Dona perlahan menoleh ke arah pria yang sedang bertanya padanya.
Dengan suara yang hampir tak terdengar, Dona menjawab.
"D-donatella" cicitnya lemah.
"Donatella?" Ulang Aderald.
Dona mengangguk kecil, membenarkan penyebutan namanya.
"Dimana kau tinggal?" Sambungnya.
"D-di jalan mawar putih, Tuan"
Suasana pun hening kembali, tak ada yang bersuara diantara mereka. Bingung mau berkata apa, mereka bukan orang yang saling kenal-mengenal. Aderald pun membiarkan wanita itu.
"T-tuan....."
Tak disangka Dona membuka suara memanggil Aderald, membuat pria itu menatap kembali Donatella.
"T-terima kasih atas bantuannya... A-aku minta maaf sudah merepotkan kalian" ucap Dona terbata-bata, tatapan sayu nya bertemu dengan mata tajam Aderald.
Aderald justru semakin prihatin dengan kondisi Dona, wanita hamil ini harus mengalami hal tragis seperti tadi, pakaiannya pun sudah tak berbentuk, ada noda darah dan beberapa robekan. Tapi untungnya dia selamat, berbeda dengan nasib suaminya yang entah bagaimana sekarang.
"Hmm... Sama-sama" jawab Aderald singkat.
Mereka pun memutuskan kembali kontak mata, berada dalam situasi seperti ini jelas tak membuat keduanya nyaman, tapi apa daya... Bukankah sesama manusia harus saling tolong-menolong? Lagipula Aderald sudah berjanji untuk menjaga Donatella sampai sosok suaminya ditemukan.
***
Sesampainya di mansion, Aksa langsung keluar untuk membukakan pintu bagi Aderald begitupun yang dilakukannya pada Dona.
Setelah ketiganya keluar Aderald pun menyuruh Dona untuk mengikutinya masuk ke dalam kediaman megah itu.
"Ikuti aku..." Titah Aderald berjalan lebih dulu.
Ketika Aderald masuk beberapa pembantu menyambut kepulangan sang pemilik rumah dengan sangat hormat.
Dan ketika Dona masuk mereka nampak terkejut dan saling melempar pandang seolah bertanya siapa wanita itu, apalagi dengan penampilan Dona yang sangat kacau.
Namun Dona berusaha acuh, wajar jika mereka penasaran siapa dirinya. Dona memaklumi hal tersebut.
Dona terus mengikuti Aderald hingga ke ruang tamu, pria itu membuka jas miliknya lalu menghempaskannya begitu saja ke atas sofa.
"Ada yang ingin aku beritahu pada kalian semua" ujar Aderald pada seluruh pelayannya.
Ada tiga pembantu wanita disana, mereka berjejer rapi mendengar informasi yang akan disampaikan oleh Tuannya.
"Mungkin kalian bertanya-tanya soal siapa wanita yang bersama ku ini" cetus Aderald.
Beberapa pembantu mengangguk menanggapi.
"Dia Donatella, kami bertemu di jalan malam tadi. Dia sedang mengalami suatu masalah, jadi aku membantunya, dia akan istirahat disini untuk sementara, jangan ada yang salah fokus pada penampilannya. Aku minta kalian bantu dia membersihkan diri dan beritahu kamar yang akan dia gunakan malam ini, dan satu lagi! Jangan ada satupun diantara kalian memberitahu keluargaku soal hal ini. Mengerti?!" Jelas Aderald penuh penekanan.
"Mengerti, Tuan" balas mereka serempak.
"Bagus! Aku akan kembali ke kamarku" tanpa berkata lagi Aderald menjauh dari sana menaiki tangga dimana kamarnya berada.
"Silahkan Nona, ikuti pelayanan-pelayanan ini" kata Aksa mempersilahkan.
"Mari kami antar, Nona" ucap salah satu pelayan itu.
"B-baik..." Dona lantas mengikuti kemana para pelayan membawanya.
Dona memasuki salah satu kamar yang seperti khusus untuk kamar tamu, masion milik Aderald sangat mewah, Dona bisa menebak jika pria yang menolongnya itu bukanlah pria biasa, pasti Aderald sosok orang penting.
"Ini kamar yang akan anda tempati, Nona. Kami akan siapkan air hangatnya dulu untuk anda beserta pakaian gantinya. Anda boleh duduk dulu disana"
"Ya, terimakasih" Dona berjalan ke arah ranjang kemudian duduk di tepian, rasa lelahnya tak membuat Dona ingin buru-buru beristirahat. Ia justru teringat akan suaminya, bagaimana dia sekarang? Apakah polisi sudah menemukannya? Dona berharap Jarvis baik-baik saja.
Pikiran Dona mencoba menebak apa masalah yang tengah dihadapi oleh Jarvis? Apakah lelaki itu punya musuh yang ingin mencelakai mereka? Tapi apa masalahnya? Jarvis tak pernah menceritakan apapun pada Dona, tak ada sedikitpun celah untuk Dona menebak kejadian ini.
Dona melamun cukup lama, hingga lima kemudian pelayan kembali menghampiri Dona.
"Air hangatnya sudah siap, Nona. Silahkan..." Dengan sopan mereka membiarkan Dona masuk ke dalam bathroom guna membersihkan diri.
Dona bangkit memasuki kamar mandi tersebut, ia mulai menanggalkan dress putihnya dan melihat bercak merah akibat darah sang suami.
Tubuh Dona bergetar hebat, hatinya serasa ditusuk oleh ribuan pisau tajam, ia tak kuat terbayang-bayangi sosok sang suami. Dona memeluk dress itu dengan erat dan terisak mengingat keadaan suaminya.
"Hiksss.... Honey aku ingin bertemu...."
"Aku harap kau baik-baik saja, honey.... Hiksss... "
"Tolong kembalilah dengan selamat..... Aku mohonnn..... Hiksss.... Hiksss...." air matanya kembali membasahi seluruh wajah Donatella.
Sekeras tenaga Dona menahan air matanya keluar, ia mengusap kedua pipi seraya menarik nafas dalam sembari menguatkan hati dan jiwanya.
Selanjutnya barulah Dona masuk ke dalam bathtub.
***
Kini Dona sudah merebahkan tubuhnya di atas ranjang, membaringkan tubuh lelah itu, namun kedua mata dan pikiran Dona masih terjaga sampai sekarang.
Dona hanya menatap langit-langit kamar sambil mengusap-usap perutnya sendiri. Merasa tak enak dengan sang suami, ia yang kini sudah berada di tempat aman bahkan diberikan fasilitas untuk beristirahat. Berbeda dengan suaminya, bagaimana dia? Lelaki itu sedang berjuang oleh kejahatan orang-orang yang mengejar mereka.
Pikiran ibu hamil itu begitu tertekan dalam situasi ini, untunglah sang anak tak mengalami bahaya apapun, dia begitu baik didalam sana. Entah Dona harus tersenyum atau menangis.
Tok Tok Tok!
Ketukan pintu membuat Dona tersadar, ia menoleh ke arah sumber suara dan mendapati seorang pelayan yang masuk sambil membawa beberapa makanan serta minuman.
Dona mengubah posisinya menjadi duduk, pelayan itu membungkuk hormat setelah meletakkan makanan yang ia dibawa di atas nakas.
"Tuan menyuruh kami membawakan ini untuk anda, kami harap hidangan kami cocok dengan selera Nona" ucapnya.
Dona menarik kecil sudut bibirnya, "Terimakasih banyak, maaf aku merepotkan kalian"
"Sama sekali tidak, Nona. Jika ada yang perlu anda butuhkan katakan saja pada kami"
"Baik, sekali lagi terimakasih...."
"Sama-sama Nona, saya permisi dulu..." Pelayan tersebut mengundurkan diri dari hadapan Dona.
Setelah pelayan pergi Dona kembali menatap makanan di depannya, tak ada selera sedikit pun untuk menyantapnya meski hidangan yang disuguhkan nampak sangat menggugah.
Tapi.... Bayi ini.
Dona menyentuh perutnya, bayinya butuh asupan. Dona belum sempat makan malam, bayinya pasti lapar, Dona hampir lupa akan hal penting ini.
Perlahan Dona mengambil sendok dan melahap makanan sedikit demi sedikit ke dalam mulutnya.
Lidah Dona mendadak mati rasa, benar-benar hambar baginya. Dona tak ingin melanjutkan makan, tapi Dona teringat lagi akan bayinya.
Dengan terpaksa Dona pun kembali melahap makanan.
"Maaf... Ibu sudah egois" lirih Dona sendu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
keke global
fix, suaminya blm pasti statusnya, aku khawatir saatnya nanti jarvis hadir kembali dgn versi berbeda
2025-04-29
1
Hany
semangat Dona,kamu harus bisa melindungi bayimu agar tetep tumbuh sehat di dalam rahimmu
2023-02-09
1
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🥑⃟🇩ᵉʷᶦbunga🌀🖌
Dona dan bayi dalam kandungan termasuk kuat, terluka, lari, lagi hamil luar biasa
2022-12-01
3