Tersadar

Jane menatap sepupunya itu dengan malas. Sungguh dia benar-benar kesal. Apalagi dia diminta untuk menjaga.

“Untung ada pria tadi yang datang, jika tidak, aku yakin sekali kamu tidak akan ada di sini. Melainkan di pemakaman.” Jane yang melihat Irena merasa kesal. Dia berharap jika sepupunya itu segera meninggal. Jadi dia tidak perlu susah-susah menjaga seperti ini.

Ivana begitu kesal sekali. Dia merasa benar-benar tidak sepupu Irena ini benar-benar menyebalkan. Harusnya di saat seperti ini sebagai sepupu dia harusnya menjaganya dan mendukung.

Lihat saja aku akan buat perhitungan dengannya.

Di dalam hati Ivana hanya bisa mendengus kesal. Dia tidak akan tinggal diam melihat aksi orang-orang di sekitar Irena.

Ivana akhirnya memutuskan untuk menyadarkan dirinya. Dia akan mengikuti drama yang dibuat oleh keluarga Irena.

Ivana mengerakkan jarinya. Memberi tanda pada Jane. Sayangnya Jane tampak diam saja. Tidak sama sekali menyadari akan hal itu. Ivana pun memilih untuk bergerak menjatuhkan tangannya hingga menyentuh Jane yang duduk di samping ranjang.

Jane yang merasakan sentuhan pada tangannya, langsung mengalihkan pandangan pada tangannya. Ternyata Irena yang menyenggol tangannya.

“Dia sadar.” Jane terkejut ketika menyadari jika Irena tersadar. Dia segera berdiri dan berlari untuk memanggil mamanya. Saat membuka pintu, ternyata mama dan papanya sedang masuk ke ruangan. “Ma, Pa, Irena sadar.” Dia memberitahu kedua orang tuanya.

“Pa, bilang dokter agar bisa mengecek keadaan Irena.” Laria mendorong suaminya untuk memanggil dokter.

Paman Berto memanggil dokter, sedangkan Bibi Laria dan Jane masuk ke ruang perawatan lagi. Melihat keadaan Irena.

Ivana sedari tadi mendengar suara panik orang-orang di sekitar. Namun, dia memilih menunda membuka matanya. Dia ingin membuka mata ketika orang-orang itu ada di sekitarnya.

Tepat saat Ivana merasa ada orang di sebelahnya, dia segera membuka matanya perlahan.

Tepat saat Ivana membuka matanya, dokter masuk. Dokter langsung menghampiri Irena. Dia segera mengecek keadaan Irena.

“Iren.” Paman Berto pura cemas ketika Irena bangun. Dia benar-benar tampak khawatir.

Ivana yang melihat hal itu hanya menatap malas. Dia hanya berpikir, bagaimana orang bisa dengan mudahnya berpura-pura khawatir. Padahal jelas dia mengharapkan kematiannya.

“Di mana aku?” Di saat paman dan bibi Irena berdrama, Ivana pun memilih ikut berdrama. Dia ingin tahu apa yang akan dilakukan oleh paman dan bibi Irena.

“Kamu di Rumah sakit, Nak.” Paman Berto memberitahu Irena.

“Apa yang Anda rasakan?” Dokter langsung memberikan pertanyaan itu pada Irena.

Ivana pura-pura merintih kesakitan.

“Kepalaku sakit.” Dia mengeluhkan apa yang dirasakannya.

“Itu karena kamu mengalami benturan. Jadi kamu merasa sakit.” Dokter menjelaskan.

“Apa Anda mengenali keluarga Anda?” Dokter menatap Irena kemudian beralih menatap paman, bibi, dan keponakan Irena. Memastikan jika memori Irena baik-baik saja.

Ivana melihat ke arah keluarga Irena. Memerhatikan dari satu orang ke orang yang lain. Hal itu tentu saja membuat semua orang yang ditatap menjadi was-was. Jika sampai ingatan Irena hilang, itu adalah kebaikan untuk mereka.

“Paman Berto.” Ivana menyebut paman dari Irena itu ketika pandangannya jatuh pada paman dari Irena.

Paman Berto tidak menyangka jika Ivana akan mengenalinya. Hal itu tentu saja membuat Paman Berto kecewa.

Ivana beralih menatap Bibi Laria. Dia sebenarnya kesal sekali dengan wanita itu. Apalagi tadi dia berdrama menangis. “Bibi Laria.” Ivana memanggil nama bibi Irena. Dia kemudian beralih pada sepupu Irena. “Jane.” Dia pun segera memanggil sepupu Irena itu.

Bibi Laria dan Jane saling pandang. Mereka merasa jika ternyata Irena memang mengenali mereka.

“Sepertinya kamu baik-baik saja.” Dokter yang melihat Irena mengenali semua, menyadari jika memang Irena baik-baik saja. “Setelah ini kami akan melakukan pemeriksaan menyeluruh lagi. Agar memastikan jika Nona Irena baik-baik saja.” Dokter mencoba menjelaskan akan hal itu pada paman dan bibi Irena.

“Baik, Dok.” Paman Berto mengangguk.

Dokter keluar dari ruangan perawatan. Kini tinggal paman, bibi, dan sepupu Irena yang menemani Irena.

“Iren, kamu tidak apa-apa?” tanya Paman Berto.

“Sebenarnya apa yang terjadi, Paman?” Ivana berusaha keras untuk bersandiwara. Dia ingin mengikuti semua drama yang juga sedang dibuat keluarga Irena.

“Semalam kamu kecelakaan.” Paman Berto menjelaskan. “Beruntung kamu baik-baik saja.”

Ivana pura-pura mengingat kejadian semalam. “Semalam aku mengantar berkas, di lampu merah ada truk yang melaju ke arahku, setelah itu aku tidak tahu.” Ivana memang membaca novel tentang kejadian itu. Namun, tidak menyangka jika kejadian itu akhirnya mengantarkan dirinya masuk ke dalam novel.

“Sudah, jangan dipikirkan.” Bibi Laria membelai lembut Irena. “Sekarang kamu istirahat saja.

Ivana mengangguk. Dia kembali memejamkan matanya.

Saat Irena memejamkan mata, Paman Berto memberikan isyarat pada istri dan anaknya untuk keluar dari kamar perawatan.

Saat keluarga Irena keluar, Ivana membuka matanya. “Dasar iblis. Kalian benar-benar jahat sekali. Aku akan membuat perhitungan dengan mereka. Berani-beraninya menyakiti orang lain setega itu.”

...****************...

Tiga hari Irena dirawat. Dokter sudah memeriksa keadaan Irena. Hanya terdapat memar saja di tubuh Irena. Tidak sama sekali terjadi hal fatal. Selama tiga hari Irena dirawat keadaannya semakin membaik. Hari ini dia diizinkan untuk pulang.

Paman Berto dan Bibi Laria menjemput Irena secara khusus. Mereka tidak mau membuat curiga orang-orang karena tidak bersikap baik pada Irena.

Mobil menuju ke kediaman Travis. Ivana memerhatikan setiap jalan yang dilalui. Irena benar-benar hafal setiap sudut yang dilalui. Toko bunga kesukaan Irena, toko kue kesukaan Irena, restoran kesukaan Irena, semua dilihatnya di sepanjang jalan menuju kediaman Travis.

Mobil sampai di kediaman Travis. Gerbang besar terbuka ketika mobil datang. Mansion megah terlihat jelas di depan Ivana. Sebuah air manjur di depan mansion menyambut kedatangan mereka. Saat mobil berhenti, semua turun dari mobil.

Ivana melihat begitu megahnya mansion keluarga Travis. Perpaduan gaya Eropa modern terlihat begitu mengagumkan. Untuk sesaat Ivana tertegun. Selama ini dia tinggal di apartemen. Rumah keluarganya besar, tetapi tak sebesar ini.

Saat berjalan masuk ke rumah. Beberapa asisten rumah tangga berdiri menyambut mereka. Ivana merasa ini seperti dongeng ketika tuan putri pulang ke kerajaan.

“Selamat kembali Nona Irena.” Seorang asisten rumah tangga langsung menyambut Irena.

Ivana mengangguk saja. Dia tersenyum tipis. Matanya terus memerhatikan sekitar. Memastikan ada apa saja di rumah semegah ini.

“Tolong antarkan Nona Irena ke kamarnya.” Paman Berto memberikan perintah.

“Istirahatlah dulu, Iren.” Paman Berto menatap Irena.

Ivana mengangguk. Dia pun mengikuti ke mana asisten rumah tangga itu membawanya. Saat langkah terus diayunkan, dia justru keluar dari mansion utama. Hal itu membuat Ivana mengingat di mana Irena tidur.

Iya, Irena tidur bukan di mansion utama. Karena mansion utama dipakai oleh mereka.

Ivana begitu geram sekali. Merasa benar-benar tidak akan tinggal diam.

“Tunggu!” Dia menghentikan langkahnya.

Terpopuler

Comments

Aidah Djafar

Aidah Djafar

ayo Ivana buat drama dengan sepak terjangmu 🤔😁

2023-07-27

0

Nuraishah❤💚

Nuraishah❤💚

yang penting jangan lemah ya...😉

2023-01-16

0

gia gigin

gia gigin

Let's play the game 🤣🤣

2022-09-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!