Ambulans membawa Ivana untuk ke Rumah sakit. Sepanjang di dalam ambulans, Ivana hanya bisa merasakan tubuhnya yang lemah. Apa yang dirasannya ini benar-benar nyata. Hingga membuatnya benar-benar berada dalam kebingungan.
“Aku dengar dia anak seorang billionaire di kota ini.” Seorang tenaga medis mengatakan pada temannya.
“Oh, ya, siapa?” Seorang temannya menimpali.
“Chris Travis.”
“Pemilik perusahaan elektronik itu?” Temannya menanyakan kebenaran.
“Iya.”
“Bukankah mereka kecelakaan setahun yang lalu?”
“Iya, mereka kecelakaan dan akhirnya meninggal.”
“Kasihan sekali, sekarang anaknya yang kecelakaan.”
Ivana yang merasa lemas terus menutup matanya, tetapi kesadarannya masih ada. Dia masih bisa mendengar jelas obrolan para tenaga medis yang berada di dalam mobil. Sejenak Ivana mencerna obrolan mereka, dan mengingat dengan teliti cerita novel yang dibacanya itu. Dia ingat betul jika Irena adalah anak dari Chris Travis dan Sara Travis. Diceritakan di dalam novel jika mereka berdua mengalami kecelakaan, hingga meninggal dunia.
Pikiran Ivana masih melayang memikirkan, bagaimana bisa dirinya berada di tubuh Irena yang mengalami kecelakaan. Seingatnya, dia membaca sebuah novel hingga tertidur.
Ivana mengingat betul setiap lembaran yang dibacanya di dalam novel. Memang benar adanya jika Irena berada dalam kecelakaan. Kecelakaan itu terjadi di persimpangan lampu merah di pusat kota London.
Ivana benar-benar bingung, kenapa dirinya yang berada dalam kecelakaan itu.
Memikirkan hal itu kepala Ivana hampir meledak. Dia tidak bisa menemukan jawaban atas pertanyaan yang mengisi kepalanya itu.
Ambulans sampai di Rumah sakit. Perawat segera memindahkan Ivana ke brankar. Mereka membawa Ivana ke ruang instalasi unit gawat darurat, untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Para perawat juga mengambil serpihan kaca yang menempel di lengan Ivana. Merasakan sakitnya serpihan yang diambil hanya bisa membuat Ivana mengeluh dalam hatinya. Rasanya benar-benar menyebalkan ketika merasakan rasa sakit yang tidak pernah terjadi padanya.
“Irena.” Saat perawat sedang melakukan penanganan suara wanita terdengar.
Ivana yang mendengar suara wanita merasa bingung. Suara siapa gerangan? Dia hanya membaca novel, jadi tentu saja tidak tahu suara pemeran di dalam novel itu. Apalagi tidak hanya Irena saja tokoh di dalam novel yang dibacanya itu.
“Apa Anda keluarga dari pasien?” Perawat menanyakan hal itu pada orang yang baru datang itu.
“Iya, saya bibinya.”
Mendengar jika wanita itu menyebut dirinya bibi, membuat Ivana menyadari jika itu adalah bibir dari Irena yang bernama Laria. Istri dari adik papa Irena.
“Sayang, bangunlah, ini Bibi.” Laria terdengar menangis. Tangan Laria membelai lembut pipi Irena.
Ivana yang merasakan jelas tangan itu pun menahan gemuruh di dalam hatinya. Dia tahu pasti jika wanita yang baru datang ini sedang bersandiwara.
“Sabar, keponakan kita pasti akan sembuh.” Suara pria terdengar menenangkan Laria.
Mendengar suara pria, Ivana yakin jika itu adalah paman Irena yaitu Paman Berto. Pria itulah yang menyuruh Irena untuk ke kantor malam-malam. Satu jam sebelum kecelakaan, Paman Berto menghubungi orang rumah untuk memintanya untuk mengantarkan berkas. Karena yang berada di rumah hanya Irena yang ada di rumah, jadinya pamannya itu meminta Irena yang mengantarkan berkas tersebut.
Mengingat hal itu Ivana merasa kesal. Jika pria itu tidak meminta untuk mengantarkan berkas serta malam-malam, tentu saja tidak akan ada kecelakaan. Tentu saja jika Irena tidak kecelakaan, dia tidak akan berada di tubuh Irena. Harusnya, dia sedang menikmati tidurnya di kasur empuk miliknya. Bukan ranjang Rumah sakit yang keras dengan luka di mana-mana. Ivana merasa memang paman itu memang sengaja melakukan hal itu.
“Sayang, bangunlah, Nak.” Suara sang bibi terdengar begitu sedih sekali. Siapa pun yang mendengarkan pastinya akan mengira jika dia begitu menyayangi Irena.
Ivana yang mendengar itu muak sekali. Dia tahu pasti jika sebenarnya Bibi Laria tidak memperlakukan Irena dengan baik. Irena adalah anak seorang billionaire, tetapi dia sudah seperti pembantu di rumahnya sendiri.
“Tenanglah, dia pasti akan baik-baik saja.” Paman Berto kembali menangkan istrinya.
Ivana sungguh kesal sekali. Orang-orang di sekitar Irena benar-benar munafik sekali. Drama keluarga yang dibuat di depannya membuatnya benar-benar geram.
“Pasien belum sadarkan diri, tetapi kami sudah memberikan pertolongan untuk lukanya. Mungkin dia masih trauma berat dengan kecelakaannya, sehingga membuat waktu untuk kembali sadar. Kami akan segera menyiapkan ruang perawatan, dan akan segera dipindahkan.” Perawat memberitahu Paman Berto dan Bibi Laria.
“Baik, terima kasih.” Bibi Laria yang terisak menjawab sambil suaranya masih bergetar.
Perawat meninggalkan Irena, paman, dan bibinya. Mereka akan menyiapkan ruangan untuk segera bisa memindahkan Irena. Sebelum meninggalkan Irena, mereka menutup tirai bilik yang digunakan Irena.
Saat perawat tidak pergi, Bibi Laria segera menghapus air matanya. Dia yang pura-pura berdrama, akhirnya menunjukkan wajah aslinya.
“Aku lelah jika harus berdrama di depan orang-orang.” Bibi Laria meluapkan kekesalannya.
“Sabarlah, Sayang. Kita harus melakukan hal ini. Jangan sampai orang melihat kita tidak peduli dengan keponakan kita.” Paman Berto tampak menenangkan istrinya.
Ivana yang mendengar hal itu hanya mengeram kesal di dalam hati. Dia sudah menebak jika yang dilakukan oleh paman dan bibi Irena adalah drama. Melihat Irena yang diperlakukan oleh paman dan bibirnya seperti itu, dia merasa kesal.
Paman Berto dan Bibi Laria beralih menatap Irena yang tampak tak sadarkan diri di atas ranjang Rumah sakit.
“Aku pikir tadi sudah mati saat mendengar dia kecelakaan.” Bibi Laria meluapkan kekesalannya. Saat berbicara suaranya begitu lirih. Hingga hanya orang yang berada di dalam bilik itu saja yang tahu.
“Aku juga berpikir seperti itu. Saat polisi mengabari aku sudah pura-pura histeris, tetapi ternyata dia tidak mati.” Bibi Laria tampak kesel memandangi Irena yang terbaring di ranjang Rumah sakit. Sebenarnya dia berharap jika Irena mati.
“Aku juga tidak menyangka jika hanya kecelakaan kecil. Harusnya jika dia ditabrak truk, dia bisa mati.” Paman Berto merasa ada yang aneh sekali dengan kecelakaan yang terjadi pada Irena.
“Apa kamu sudah memastikan pada sopir truk jika dia harus menabrak mobilnya dengan benar?” Bibi Laria menatap sang suami.
“Tentu saja aku sudah menyuruhnya dengan benar.”
Ivana yang mendengar hal itu hanya bisa terperangah. Dia benar-benar tidak menyangka jika ternyata paman dan bibi Irenalah yang merencanakan hal itu. Ivana benar-benar kesal. Walaupun dirinya bukan orang yang seharusnya dicelakai, tetapi dia merasa tidak terima.
Jika aku jadi Irena mendengar ini, aku akan membuat perhitungan pada mereka.
Ivana hanya bisa meluapkan kekesalan di dalam hati. Dia benar-benar tidak terima sama sekali dengan semua ini.
Sejenak Ivana tersadar akan sesuatu.
Bukankah aku berada di tubuh Irena? Artinya aku bisa membuat perhitungan pada mereka?
Ivana seketika menemukan secercah harapan. Dengan dirinya yang ada di dalam tubuh Irena, dia bisa melakukan apa yang seharusnya dirinya lakukan. Tidak seperti tokoh Irena yang pasrah dan menerima takdir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Aidah Djafar
seru nih cerita
ivana vs Irene
dunia halu vs dunia nyata ceritanya 🤔😁😁
2023-07-27
0
gia gigin
jadi inget Ethan yg tiba2 msk di tubuh bocah padahal usianya sdh dewasa 😄yg pastinya paman dan bibinya Irena akan kaget, klau tiba2 Irena jadi pembangkang 😂
2022-09-29
1
Watilaras
one body two soul
2022-09-19
0