BAB 3 : Bayangan Yang Mendekat

Hujan turun deras malam itu. Kota diliputi kabut tipis yang membuat lampu-lampu jalan tampak buram, seolah dunia sedang menahan napas. Samantha berdiri di balkon apartemennya. Sesaat lalu ia berkirim pesan singkat dengan suaminya. Lelaki itu berkata bahwa dia akan datang terlambat karena pekerjaan. Tubuhnya dibalut sweater tebal, namun hawa dingin yang menusuk bukan berasal dari cuaca, melainkan dari rasa takut yang mulai menggerogoti batinnya.

"This is war."

Tiga kata itu masih terngiang di telinganya, membelah malam dengan kekejaman yang angkuh. Nathaniel Graves. Kini ia punya nama untuk sosok dalam mimpinya, mimpi yang lebih seperti kutukan. Lelaki itu bukan hanya hadir kembali, tapi masuk ke hidupnya sebagai bagian dari lingkaran Leonard. Dan yang lebih gila lagi, Leonard tak tahu apa pun.

Pikirannya kacau. Apakah ia harus mengaku? Pada Leonard? Pada polisi? Pada dirinya sendiri?

Tapi bagaimana caranya menjelaskan sebuah dosa tanpa nama, sebuah malam tanpa bukti, sebuah paksaan yang terjadi dalam balutan absurditas kemewahan dan gairah? Siapa yang akan percaya bahwa ia dipaksa, jika tubuhnya sendiri mengkhianatinya malam itu?

Pintu balkon terbuka. Evelyn muncul dari balik tirai, membawakan secangkir cokelat panas.

"Kau terlihat seperti mayat hidup," ucap Evelyn, mencoba terdengar ringan meski matanya menyimpan kekhawatiran.

Samantha menerima cangkir itu. Hangat. Tapi ia masih menggigil.

"Dia sahabat Leonard, Eve. Dia masuk ke hidupku sekarang, secara legal, tanpa bisa kuhindari."

Evelyn menggigit bibir bawahnya. "Kalau begitu, kita harus mulai main di atas papan catur yang sama. Jika dia menyatakan ini perang, maka kita harus jadi musuh yang pantas."

"Aku bukan pejuang, Eve. Aku bahkan nyaris tak bisa tidur sejak itu."

Evelyn menatap sahabatnya dalam-dalam. "Samantha, kau bukan korban biasa. Kau mungkin lelah, tapi kau tidak lemah. Kita akan temukan kelemahan dia. Kita akan paksa dia keluar dari bayangan."

Samantha mengangguk pelan, untuk pertama kalinya sejak malam itu, ada api kecil yang menyala di dadanya. Api itu belum besar, tapi cukup untuk membuatnya bertahan satu malam lagi.

...****************...

Dua hari setelah makan malam itu, suasana kantor berubah. Tak ada pengumuman resmi, tapi bisik-bisik mulai menyebar. Nama Nathaniel Graves muncul dalam setiap gumaman, di ruang makan, di lift, bahkan di grup obrolan rekan kerja yang biasanya dipenuhi meme dan gosip ringan.

Samantha duduk membeku di ruang kerjanya saat Greg melemparkan tubuh ke kursi seberang meja dengan ekspresi dramatis.

“Kamu tahu siapa pemilik saham baru perusahaan kita?” tanyanya, tanpa menunggu jawaban. “Nathaniel Graves. Si sultan misterius yang sekarang punya suara cukup besar di dewan direksi.”

Samantha menelan ludah. Tangannya mencengkeram tepi meja.

“Tunggu... dia... investor?”

Greg mengangguk. “Dan bukan sembarang investor. Dia masuk ke rapat dewan hari ini dan langsung mengusulkan restrukturisasi beberapa departemen. Termasuk editorial. Termasuk departemenmu.”

Jantung Samantha serasa ingin pecah. Rasanya dunia sedang menertawakannya.

Greg tertawa pelan. “Tapi hey, kabar baiknya... katanya kamu kandidat kuat untuk jadi kepala editor berikutnya. Katanya ada yang menjagamu dari belakang.”

Samantha tak tertawa.

...****************...

Saat malam turun dan kantor mulai sepi, Samantha masih duduk di ruangannya. Ia mencoba menyelesaikan revisi naskah, tapi pikirannya terus melayang ke arah satu nama. Dan seperti dipanggil pikirannya sendiri, suara pintu diketuk pelan.

Berdiri di ambang pintu: Nathaniel Graves. Jasnya masih rapi, dasi longgar di lehernya, dan senyum setipis pisau.

“Boleh masuk?” tanyanya, suara rendah itu terdengar jauh lebih akrab dari yang seharusnya.

Samantha tak menjawab. Tapi Nathaniel masuk juga.

Ia menutup pintu perlahan, lalu melangkah ke meja Samantha dengan gerakan pelan seperti pemburu yang tahu mangsanya tak bisa lari.

“Aku tidak pernah menyangka akan bertemu lagi denganmu dalam keadaan seperti ini,” katanya, menatap Samantha seperti menelanjangi pikirannya. “Tapi takdir memang punya cara bekerja yang... mengejutkan.”

Samantha berdiri, mencoba menjaga jarak. “Apa yang kau mau?”

Nathaniel tertawa pelan. “Bukan apa, Samantha. Aku ingin kau....”Lelaki itu tidak melanjutkan kata-katanya. Ia mengangkat sebuah map dari meja. Map proposal revisi struktur redaksi. “Dan aku punya kekuatan untuk menempatkanmu di puncak, atau menghapus namamu dari sejarah perusahaan ini.”

Samantha menahan napas. “Kau mengancamku?”

“Anggap saja aku menawarkan peluang,” jawab Nathaniel, menatap langsung ke matanya. “Kau bisa menjadi perempuan paling berpengaruh di sini... atau kau bisa kembali jadi bayangan, digantikan oleh seseorang yang tak tahu sepertiga dari apa yang kau tahu.”

Samantha mendekat, suaranya bergetar. “Kau mempermainkan hidupku, Nathaniel.”

Nathaniel tersenyum samar. “Aku hanya mempermainkan pion yang lupa dia bisa menjadi ratu.”

Ia meninggalkan ruangan tanpa menoleh lagi. Map itu tertinggal di meja. Isinya: surat rekomendasi promosi atas nama Samantha Hill.

Dan untuk pertama kalinya, Samantha menyadari: ini bukan hanya tentang masa lalu. Ini tentang kekuasaan. Tentang kendali. Tentang permainan yang sedang dimulai di papan yang tidak adil.

...****************...

Sejak Nathaniel Graves resmi mengikatkan dirinya secara langsung dengan perusahaan, suasana kantor tak lagi sama. CEO misterius itu kini sering terlihat melangkah menyusuri lorong-lorong redaksi dengan jas hitam yang rapi dan aroma cologne yang pekat, menandai keberadaannya sebelum siapa pun sempat melihat sosoknya.

Langkah-langkahnya tenang namun penuh tekanan. Setiap kehadirannya seperti menurunkan suhu ruangan beberapa derajat, membuat staf menghentikan obrolan, membenahi posisi duduk, dan berpura-pura sibuk. Ia jarang bicara, tapi ketika membuka mulut, semua orang mendengarkan.

Nathaniel bukan hanya sekadar pemilik saham mayoritas. Ia menjadi bayangan yang melayang di balik keputusan penting, rapat-rapat mendadak, dan kini, pembicaraan tentang promosi Samantha.

Dan yang lebih membingungkan semua orang: ia sering terlihat memasuki ruang editorial, menanyakan hal-hal kecil yang sebenarnya tidak memerlukan kehadiran CEO.

“Samantha, bisa kita bicara sebentar? Di ruang kerja saya.”

Nada bicaranya selalu tenang, namun tak membuka ruang untuk penolakan. Semua yang berkaitan dengannya adalah urusan penting. Begitu kata HR, begitu kata manajemen.

Dan Samantha, dengan seluruh tatapan yang mengawasinya dari balik layar komputer dan kaca jendela, tak bisa berkata tidak.

...****************...

Di balik pintu tertutup ruangannya, Nathaniel berubah menjadi sesuatu yang lain. Formalitas tipis yang ia kenakan di depan umum terkelupas sedikit demi sedikit. Tatapannya jadi lebih dalam, gerak tubuhnya lebih dekat, dan suaranya… lebih rendah, seolah ingin mengisi celah-celah sunyi di dada Samantha.

"Kau selalu tampak mempesona dalam tekanan, Samantha," katanya suatu kali, berdiri terlalu dekat di belakang kursinya.

Samantha menegakkan punggung, tangannya mengepal di pangkuan. "Apa yang ingin Anda bicarakan, Tuan Graves?"

“Panggil aku Nathaniel… kita sudah cukup sering bertemu untuk melewati formalitas, bukan?”

Ia menyeringai pelan, lalu duduk di sudut mejanya, matanya tak pernah lepas dari wajah Samantha.

Godaan itu bukan berupa sentuhan, bukan pula rayuan vulgar. Tapi jauh lebih berbahaya. Karena Nathaniel tahu bagaimana caranya meresap ke dalam pikiran. Setiap kalimatnya dibalut ambiguitas, antara perintah kerja dan ajakan pribadi. Setiap pujian terdengar seperti ancaman yang dibungkus manis.

Dan Samantha tahu, di luar ruangan ini, semua orang bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka.

...****************...

Desas-desus tak lagi disembunyikan. Beberapa staf mulai berbicara lebih terang-terangan di ruang pantry. Ada yang melirik Samantha dengan senyum sinis, ada pula yang diam-diam menaruh curiga, atau iri.

“Dia sering dipanggil ke ruang CEO, kan?”

“Katanya mereka punya ‘hubungan khusus’. Makanya dia bisa lolos dari pemecatan waktu itu.”

“Coba kalau itu aku yang bikin salah sebesar itu. Udah ditendang keluar.”

Samantha merasakannya semua—tatapan, bisikan, asumsi. Tapi ia tidak bisa menjelaskan, tidak bisa membela diri. Karena yang sebenarnya terjadi… bahkan lebih rumit dari yang mereka tuduhkan.

Episodes
1 BAB 1 : Bermalam Dengan Pria Asing
2 BAB 2 : Teror Diam-diam
3 BAB 3 : Bayangan Yang Mendekat
4 BAB 4 : Lidah Yang Membelah Pisau
5 BAB 5 : Graves is just the beginning
6 BAB 6: Api Dalam Genggaman
7 BAB 7 : Mengulang Malam Penuh Dosa
8 BAB 8 : Lebih Dari Sebelumnya
9 BAB 9: Terbiasa Dengan Dosa
10 BAB 10 : Mulai Tak Terkendali
11 BAB 11 : Tumpukan Surat Diatas Meja
12 BAB 12 : Diam Yang Menghancurkan
13 BAB 13 : Permainan Keji Nathaneil
14 BAB 14 : Dibunuh Perlahan
15 BAB 15 : Jebakan Yang Memikat
16 BAB 16: Siapa Yang Bersamamu Semalam?
17 BAB 17 : Tatapan Diam Yang Merekam Segalanya
18 BAB 18 : Melangkah dalam Tenang
19 BAB 19 : Cinta Masih Bisa Tumbuh dari Puing-puing yang Belum Sepenuhnya Runtuh
20 BAB 20 : Rasa yang Tumbuh Kembali
21 BAB 21 : Dalang di Balik Racun
22 BAB 22 : Waktu yang Tepat untuk Menarik Benang Terakhir
23 BAB 23 : Makan Malam dan Sebuah Rencana yang Gagal
24 BAB 24 : Kebencian yang Membara
25 BAB 25 : Menari dalam Bahaya
26 BAB 26 : Permainan yang Belum Selesai
27 BAB 27 : Malam Panjang Clara dan Axton
28 BAB 28 : Menjadi Tawanan Pria Asing
29 BAB 29 : Pabrik Tua yang Terbengkalai
30 BAB 30: Petunjuk Keberadaan Samantha
31 BAB 31 : Maaf aku Datang Terlambat
32 BAB 32 : Memilih Menjadi Bayangan
33 BAB 33 : Cinta yang Berbeda
34 BAB 34: Penguasa Bayangan
35 BAB 35: Dalam Keheningan yang Asing
36 BAB 36 : Berharap agar Sedikit Lebih lama
37 BAB 37 : Menciptakan sebuah Jarak
38 Part 38: Nathaneil masih Berdiri di Tempatnya
39 BAB 39: Mengakhiri Rencana Balas Dendam
40 BAB 40 : Bayang-Bayang yang Tak Mau Hilang
41 BAB 41 : Kembali ke Poros yang Tak Pernah Mati
42 BAB 42: Cinta itu Masih ada, dengan Hati yang Remuk
43 BAB 43: Bertahan... Bahkan saat Hatinya Sendiri yang Harus Dikorbankan.
44 BAB 44: Sebuah Keputusan
45 BAB 45: Karena ia lebih takut kehilangan... daripada dihancurkan kebenaran.
46 BAB 46: Terjebak Dalam Pusaran yang tak ia Rencanakan.
Episodes

Updated 46 Episodes

1
BAB 1 : Bermalam Dengan Pria Asing
2
BAB 2 : Teror Diam-diam
3
BAB 3 : Bayangan Yang Mendekat
4
BAB 4 : Lidah Yang Membelah Pisau
5
BAB 5 : Graves is just the beginning
6
BAB 6: Api Dalam Genggaman
7
BAB 7 : Mengulang Malam Penuh Dosa
8
BAB 8 : Lebih Dari Sebelumnya
9
BAB 9: Terbiasa Dengan Dosa
10
BAB 10 : Mulai Tak Terkendali
11
BAB 11 : Tumpukan Surat Diatas Meja
12
BAB 12 : Diam Yang Menghancurkan
13
BAB 13 : Permainan Keji Nathaneil
14
BAB 14 : Dibunuh Perlahan
15
BAB 15 : Jebakan Yang Memikat
16
BAB 16: Siapa Yang Bersamamu Semalam?
17
BAB 17 : Tatapan Diam Yang Merekam Segalanya
18
BAB 18 : Melangkah dalam Tenang
19
BAB 19 : Cinta Masih Bisa Tumbuh dari Puing-puing yang Belum Sepenuhnya Runtuh
20
BAB 20 : Rasa yang Tumbuh Kembali
21
BAB 21 : Dalang di Balik Racun
22
BAB 22 : Waktu yang Tepat untuk Menarik Benang Terakhir
23
BAB 23 : Makan Malam dan Sebuah Rencana yang Gagal
24
BAB 24 : Kebencian yang Membara
25
BAB 25 : Menari dalam Bahaya
26
BAB 26 : Permainan yang Belum Selesai
27
BAB 27 : Malam Panjang Clara dan Axton
28
BAB 28 : Menjadi Tawanan Pria Asing
29
BAB 29 : Pabrik Tua yang Terbengkalai
30
BAB 30: Petunjuk Keberadaan Samantha
31
BAB 31 : Maaf aku Datang Terlambat
32
BAB 32 : Memilih Menjadi Bayangan
33
BAB 33 : Cinta yang Berbeda
34
BAB 34: Penguasa Bayangan
35
BAB 35: Dalam Keheningan yang Asing
36
BAB 36 : Berharap agar Sedikit Lebih lama
37
BAB 37 : Menciptakan sebuah Jarak
38
Part 38: Nathaneil masih Berdiri di Tempatnya
39
BAB 39: Mengakhiri Rencana Balas Dendam
40
BAB 40 : Bayang-Bayang yang Tak Mau Hilang
41
BAB 41 : Kembali ke Poros yang Tak Pernah Mati
42
BAB 42: Cinta itu Masih ada, dengan Hati yang Remuk
43
BAB 43: Bertahan... Bahkan saat Hatinya Sendiri yang Harus Dikorbankan.
44
BAB 44: Sebuah Keputusan
45
BAB 45: Karena ia lebih takut kehilangan... daripada dihancurkan kebenaran.
46
BAB 46: Terjebak Dalam Pusaran yang tak ia Rencanakan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!