...Love for Sania...
Sania Anara, gadis polos dari desa kecil, hidupnya tiba-tiba berubah ketika ia pindah ke kota dan tinggal bersama keluarga Divison. Kehidupan yang awalnya sederhana kini dipenuhi kemewahan, tapi juga rahasia keluarga yang kelam dan intrik tersembunyi.
Sejak Sania hadir, perhatian keluarga yang dulu sepenuhnya untuk Fera Angelia Divison, gadis keras kepala dan dimanja, kini beralih kepadanya. Fera merasa diabaikan, tersingkir, dan lama-lama rasa cemburu itu berubah menjadi kebencian dingin. Sejak saat itu, Fera bersumpah untuk membuat hidup Sania menjadi neraka, dengan segala cara. manipulasi, gosip, dan bullying yang kejam.
Di tengah persaingan ini, hadir Rayan Virel Ahnaf Rexsa dan gengnya, The Vcouf, enam pria dingin dan mematikan yang terkenal di kota. Mereka dikenal brutal, tapi satu hal jelas, mereka akan melindungi Sania dengan segalanya. Ketika kabar tentang Fera dan Temannya sampai ke telinga mereka, amarah The Vcouf memuncak, dan mereka bersiap melakukan balas dendam tanpa ampun.
Namun, konflik itu menjadi semakin rumit dengan hadirnya Reyva Lavanya, seorang figuran yang niatnya hanya menolong Sania. Kesalahpahaman terjadi, The Vcouf mengira Lava ikut membantu Fera membully Sania. Tanpa menunggu klarifikasi, Lava dihukum dengan kejam, meninggal sebagai korban salah paham. Peristiwa itu meninggalkan trauma mendalam pada Sania, sekaligus menegaskan betapa ekstrem dan obsesifnya The Vcouf dalam melindunginya.
Hidup Sania kini dipenuhi ketegangan, Fera yang selalu mencari celah untuk menjatuhkannya, The Vcouf yang melindunginya dengan obsesi hingga brutal, dan bayangan Lavanya yang menjadi pengingat pahit bahwa salah langkah bisa berakhir tragis. Sania harus menemukan kekuatan dalam dirinya untuk bertahan, menghadapi obsesi gila Fera yang ingin menjatuhkannya, serta hubungannya dengan enam pria yang sekaligus menjadi pelindung, pengikat, dan ancaman dalam hidupnya.
“Love for Sania” adalah kisah tentang persaingan yang mematikan, obsesi yang membara, Dan konflik keluarga yang tersembunyi. Di dunia ini, cinta, dendam, dan kekuasaan saling bertabrakan, memaksa Sania untuk bertahan hidup di tengah bayang-bayang kekejaman dan obsesi.
...🌷Happy Reading Guyss🌷...
Zia rebahan di kasur baru itu, matanya udah setengah merem tapi otaknya malah gak bisa diem. “Astaga, hidupku kok bisa segini ribetnya, dari mana aja nih drama kejam?"
Tiba-tiba suara sistem nyamber, “Tuan, kamu harus tidur supaya tubuh bisa istirahat dan siap menghadapi tantangan besok.”
Zia nyengir sinis, “Tidur? Enak aja! Aku malah kepikiran siapa yang bakal aku lawan, siapa yang bakal aku jaga, dan yang paling penting, kapan aku bisa makan cilok?”
Sistem jawab santai, “Tuan, kalau tidak tidur, kemampuan kamu nanti gak maksimal.”
Zia ngelus jidat, “Iya iya, aku ngerti. Tapi aku takut kalau aku tidur, aku malah mimpi ketemu para pembully dan... dikejar-kejar Rayan sama pawang- pawangan nya. Duh, mimpi buruk banget!”
Sistem ngakak kecil, “Itu wajar, tapi jangan sampai kamu menyerah, tuan."
Zia nyeletuk, “Ya udah lah, aku tidur, tapi kalau besok aku bangun dan masih jadi figuran, aku protes keras sama kamu!”
Sistem tertawa, “Deal, tuan. Selamat tidur.”
Zia pejamin mata, dalam hati bilang, “Semoga mimpi aku kali ini gak berubah jadi drama sinetron tv yang gak ada habisnya. Tapi kalau iya, ya sudahlah... aku siap tempur!”
...🌀🌀🌀...
Malam itu, Lava berdiri kikuk di depan kasir supermarket. Matanya masih setengah ngantuk, tapi pikirannya ribut kayak pasar malam—berisik, ramai, dan penuh kebingungan.
“Jadi totalnya tujuh ratus ribu, ya, Mbak,” ucap kasir sambil menyodorkan nota.
Lava otomatis menepuk jidatnya pelan.
“Aduh, mampus... gak bawa uang.” gumamnya panik, setengah berbisik, setengah nangis dalam hati.
Baru mau minta cancel belanjaan, suara laki-laki dari sebelah kirinya terdengar datar, nyaris tak berperasaan.
“Gabungin aja sama punya saya.”
Kasir menoleh, lalu mengangguk cepat. “Baik, Mas.”
Lava menoleh kaget. Seorang cowok berjaket hitam, ekspresi sedingin freezer, berdiri santai sambil nyodorin kartu debit.
Waduh... siapa nih? Aura-aura cowok misterius?!
Belanjaan udah dikemas, Lava langsung reflek nyamperin cowok itu.
“Eh, makasih banget ya, Nanti aku ganti kok, beneran deh! Maaf udah ngerepotin!”
Dia buru-buru ngubek saku. “Nomor rekening kamu mana? Aku catet—eh bentar... hape aku mana?!”
Pemuda itu melipat alis. “Lo ngapain, sih?”
“Hape aku ilang.” Lava hampir meringis sambil celingukan, kayak lagi ikut reality show prank.
“Udah, gausah diganti. Pulang aja. Ini udah malem,” ucap cowok itu datar, seperti membaca berita tanpa intonasi.
Lava masih menatap bingung. “Tapi... makasih ya. Eh, nama kamu siapa?”
Cowok itu tak menjawab. Ia hanya menatap Lava sejenak, lalu berucap singkat sebelum pergi.
“Hati-hati. Meski abang lo nggak di sini, dia tetap ngawasin lo. Jangan keluyuran malem-malem, lo itu cewek.
Setelah itu, dia berbalik dan pergi begitu saja.
Lava melongo.
“…Hah?”
ABANG? Dia kenal abangnya pemilik tubuh ini?! Lah... siapa tadi?! Kok misterius banget! Ganteng, nyelamatin gue dari dompet kosong, terus kabur. APA JANGAN-JANGAN ITU… MALA—eh bukan, bukan.'
...🌀🌀🌀...
Di seberang jalan, aku liat ada cowok terkapar kayak abis dihajar Alien.
“Aduh, bro, kamu kenapa? Mau minta tanda tangan aku atau mau aku jadiin fans kamu?” aku dekati sambil gaya kayak host TV.
Dia cuma ngelus kepala kayak bilang, “Tolong, aku udah gak kuat.”
“Woi, jangan lebay, aku dokter dadakan nih! Duduk dulu, biar aku kasih obat mujarab.” aku angkat dia sambil sok pahlawan.
“Nah, sini, aku bakal kasih plester super keren ini... eh tapi isinya cuma plester biasa, haha!” aku cengar-cengir.
Dia cemberut, “Sakit hati, bukan luka fisik.”
Aku geleng-geleng, “Ah, sakit hati itu obatnya ketawa, ntar aku bikin kamu ngakak sampe lupa sama sedihnya hidup”
Sambil tempelin plester, aku godain, “Eh, pipi kamu merah kayak cabe rawit, jangan malu dong! Aku gak gigit, cuma mau nyium aja."
Pemuda tersebut hanya mengelengkan kepalanya heran sekaligus gemas.
Dia cuma bisa senyum tipis, "makasii.."
“Sama sama oiya jangan kebanyakan drama, ntar aku yang disalahin gara-gara jadi dokter super nyeleneh” aku ngacir secepat kilat, takut dia tiba-tiba jadi vampir beneran.
Dia cuma bengong sambil mikir, “Gila, cewek ini levelnya beda banget.”
... 🌀🌀🌀...
Lava melangkah pelan sambil ngomel, "Sebenarnya niat pulang, tapi malah lupa jalan pulang. Aduh, sial mulu hari ini, bener-bener hoki abis."
Dia berhenti, ngelirik kanan kiri sambil nyengir kecut, "Huh, kumat lagi nih. Ngomong sendiri kayak orang lagi ngobrol sama cermin. Gawat."
Tiba-tiba dia nangkep suara ribut. Dengan mata penuh rasa penasaran, dia ngendap-ngendap mendekat.
Di sana ada bocah laki-laki sekitar enam tahun lagi nangis sesenggukan, mukanya merah padam. Ibu-ibu pada sibuk cari-cari, kayak lagi main petak umpet sama bocah itu.
Lava garuk-garuk kepala, "Wah, ini bocil siapa si? Kayaknya nyasar deh."
Dia maju pelan-pelan sambil senyum, "Eh, cill! Kamu kenapa, nih? Lagi cari papa mama ya?"
Bocah itu nyengir sambil nyeletuk, "Aku nyasar, Ante!"
Lava ngakak, "Ante? Wah, kamu keren juga jadi gaul banget"
Ibu-ibu yang panik ngeliatin Lava, terus salah satu ibu nyeletuk, "Mba, tolong bantu carikan orang tua dia, ya?"
Lava ngangguk, "Tenang, Bu. Aku bakal jadi detektif dadakan nih. Btw, kamu jangan lari-lari lagi ya, ntar aku dibilang tukang ilangin anak orang."
Lava yang kini lagi nge gendong bocah yang mengaku namanya farel. sambil jalan-jalan pelan, tiba-tiba berhenti dan ngelirik ke arah farel.
“Eh, kamu jangan-jangan bocah paling nakal di dunia nih ya sampe kabur kaburan ini tuh uda malem tau?!”
Farel nyengir jahil lalu mimik mukanya berubah sedih, “Iya aku memang nakal ante. habisnya papi marahin aku terus makanya aku pergi terus nyasar”
Lava ngangkat alis, “Kalo gitu, hati-hati ya, aku juga jago nakal loh.”
Farel langsung nyengir lebar, “Wah, kayaknya seru deh! Kita bisa jadi tim nakal ante yey!”
Lava nyengir sambil bilang, “Tim nakal? Ih, siap-siap kamu diajari cara ngacau yang keren sama aku”
Mereka berdua ketawa ngakak di pinggir jalan, bikin orang sekitar melirik heran tapi lucu.
Lava mikir, “Ya ampun, dari tadi aku cuma mikir ribetnya hidup, eh ketemu anak ini malah jadi hiburan dadakan. Lumayan lah, kadang hidup tuh perlu dosis gila-gilaan juga.”
... 🌀🌀🌀...
"Ayel mau permen"
Lava ngelus-elus dagunya sambil pura-pura serius, "Baru ketemu langsung minta permen. Nanti aku juga minta permen, biar jadi hamster kayak kamu"
Farel ketawa ngakak, "Hamster? Lucu banget te"
Lava nyengir, "Iya, hamster versi manusia, siap tempur lawan kelaparan"
Tiba-tiba ada suara langkah berat dari kejauhan. Lava langsung bisik-bisik, "Uh-oh, kayaknya bahaya deh, Farel Kita ngumpet dulu, yuk"
Farel didalam gendongan Lava lantas panik, "Ngumpet? Di mana, Ante?"
Lava membawa dirinya serta Farel ke balik tumpukan kardus sambil cengengesan, "Sini, sini, kita main petak umpet sama bahaya"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments