Tiga bulan berlalu setelah kepergian Kayla. Aku pergi ke kampus seperti biasa. Walaupun Kayla tidak bersamaku sekarang, aku harus tetap menjalani hidup dengan baik dan menunjukkan kepada semua warga kampus bahwa Kayla bukan gadis yang mereka gambarkan di postingan grub. Aku harus menunjukkan Kayla baik-baik saja. Tidak kabur, bahkan sekarang ia menjalani hidupnya menjadi lebih baik.
Walaupun kadang aku ragu apa aku sanggup menunjukkan itu semua. Sampai sekarang aku tidak bisa menghubungi Kayla. Aku sempat berkali-kali ke rumahnya tapi selalu tidak ada orang. Itu membuatku sedikit frustasi. Aku seakan benar-benar kehilangan jejaknya. Mungkin saat ini kehamilan Kayla sudah sekitar tujuh bulan.
Aku duduk di taman dekat perpustakaan. Tiba-tiba saja tangan hangat memegang pundakku. Aku menoleh ke samping. Aku berharap Kayla yang kembali menyapaku. Dan ternyata bukan. Ia adalah Kak Wisnu.
“Kak Wisnu,” ujarku sedikit terkejut.
“Pagi Ricka, kau baik-baik saja? Aku turut perihatin atas kejadian yang menimpa Kayla.” Ia duduk di bangku kosong dekatku.
“Makasih Kak!” jawabku singkat. Sebenarnya aku sungguh malas bertemu dengan siapa pun.
“Rick… apa kau merindukan Kayla? Apa kau benar-benar ingin menemuinya?” Ia menanyakan sesuatu yang aku yakin ia sudah tahu jawabanku. Aku hanya menatapnya ringan dan menganggukkan kepalaku. Aku berfikir karena itu adalah hal yang mustahil. Karena aku benar-benar tidak tahu dimana Kayla sekarang.
“Aku ingin Kak, tapi setiap aku ke rumahnya, selalu tidak ada orang yang membuKakan pintu.” Ia langsung menggandeng tanganku.
“Kak, mau kemana?” Aku berusaha melepaskan tangannya yang menggandengku. Aku tidak mau gosip beberapa waktu lalu muncul lagi.
“Aku akan mengantarmu!” Tatapannya teduh saat ia perlahan melepaskan genggamannya.
“Kemana, Kak? Aku sudah berkali-kali mencoba ke rumahnya. Tapi hasilnya nihil,” ujarku melas.
“Kita cari di butik! Ibunya lebih sering di butik kesayangannya dari pada tinggal di rumah.” Perkataannya seakan membawa angin segar di hatiku.
Aku mengangguk dan tersenyum lebar kemudian mengikutinya dari belakang. Ia membawaku ke parkiran yang biasa para dosen memarkirkan mobilnya. Kami berhenti di sebuah mobil sedan berwarna putih.
“Kita naik mobil saja, sekarang musim hujan. Aku tidak ingin kau kedinginan karena kehujanan!” ucapnya tanpa melihatku, melainkan menatap lurus ke kemudi.
Aku hanya diam melihatnya yang mengemudikan mobil membelah kemacetan jalan raya. Tanpa ekspresi, namun terlihat kelembutan dalam wajahnya yang memang benar kata Kayla. Ia pantas diperebutkan banyak gadis di kampus. Namun sayang, hatiku masih belum berdebar karenanya. Aku berdoa dalam hati, semoga Kak Wisnu menemukan gadis yang baik dan membahagiakannya di suatu saat nanti.
“Kau tak perlu menatapku seperti itu. Aku baik-baik saja!” suaranya memecah keheningan di antara kita berdua.
“Eh… maaf Kak, bukan maksud…,” aku sedikit terkejut karena ketahuan diam-diam menatapnya.
“Aku tahu maksudnya, bahkan ketika kau menatapku seribu kali lebih lama dari ini, perasaanmu tidak akan berubah, iya kan?” Kali ini giliran ia menatapku lekat-lekat yang sempat membuatku salah tingkah.
“Maaf Kak….”
“Jangan salah sangka Rick, aku mengantarmu bukan karena aku ingin mendapat simpatimu. Aku bukan tipe pria seperti itu.” Tatapannya masih lurus ke depan.
“Aku tahu, Kak, Kakak adalah pria yang baik. Aku janji Kak, jika nanti pada akhirnya aku menyerah dengan perasaan yang aku miliki sekarang, aku akan segera menemui Kakak!” ucapku, kini pandangan kita menyatu.
“Aku akan berdoa Rick… semoga saat itu tidak akan pernah ada!” Ia kembali menatap lurus ke kemudinya. Aku terdiam menatapnya.
“Aku berdoa seperti itu, agar kau tak akan pernah menyerah dengan perasaanmu.” Ia melanjutkan perkataanya yang tadi sempat terpotong beberapa detik.
Aku tersenyum tipis. “Aku berharap begitu, Kak” jawabku dalam hati.
Setiap aku berharap perasaan itu hilang, sosok Andra selalu datang dalam penglihatanku. Senyumnya, tatapannya, dan segala tentangnya cukup mampu membuatku untuk bertahan sampai detik ini. Tak terasa perjalanan yang kami tempuh kurang lebih dua jam terlewati juga.
Kami berhenti di sebuah butik besar yang berada di pusat keramaian kota. Banyak pengunjung yang datang. Baik pengguna taksi, sepeda motor bahkan mobil mewah. Butik yang diberi nama ‘Boutiq Qayla’ ini adalah butik yang mampu mengemas produknya sehingga dapat dinikmati dari beberapa kalangan, baik kalangan menengah maupun kalangan atas. Usaha ibu Kayla tergolong berhasil. Bahkan tidak sedikit artis ibu kota yang menggunakan jasa beliau untuk mendesain dari baju pesta, baju panggung, sampai baju pernikahan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
𝙳𝚑𝚢
semngat kak
2020-05-31
0