Happy Reading 😔
Pagi itu, Fanya tengah sibuk mempersiapkan segala kebutuhan suaminya yang akan berangkat ke kota X selama tiga hari ke depan. Meski sudah terbiasa ditinggal, kali ini hatinya terasa berat. Ada perasaan enggan yang sulit ia sembunyikan.
Minggu depan adalah anniversary pernikahan mereka yang ketiga. Fanya bertekad ingin merayakannya bersama sang suami, karena dua tahun sebelumnya selalu gagal. Tahun lalu, Brian tidak bisa pulang tepat waktu karena urusan pekerjaan di luar kota. Tapi begitu kembali, pria itu memberi kejutan indah yang membuat Fanya tersenyum bahagia kembali.
Brian memang tahu cara meluluhkan hati istrinya—membawanya ke tempat romantis dan membuatnya merasa dicintai sepenuh hati.
---
“Tin… tin… tin…”
Suara klakson mobil terdengar dari halaman depan. Fanya dan Brian menoleh ke arah jendela. Sebuah mobil putih berhenti di pekarangan rumah mereka. Dari dalamnya keluar seorang wanita cantik dengan penampilan rapi dan senyum menawan.
Brian langsung tersenyum lebar begitu melihat siapa yang datang. Pria itu segera melangkah cepat menghampiri Yolanda, sekretaris pribadinya yang pagi itu terlihat memesona dengan kemeja putih dan rok pensil hitam.
Fanya menatap pemandangan itu tanpa curiga, hanya merasa sedikit heran melihat suaminya tampak begitu bersemangat.
“Aku yang menyuruh Yolanda menjemputku,” ucap Brian sambil menoleh ke arah Fanya.
Wanita itu mengangguk kecil dan berjalan mendekat. Sementara Yolanda menatap Fanya dengan senyum ramah yang menawan.
“Selamat pagi, Tuan Brian, Nyonya Fanya. Apakah semuanya sudah siap?” tanya Yolanda sopan.
Fanya membalas dengan senyum tulus. Ia mengambil sebuah syal wol yang sudah ia siapkan sejak tadi, lalu menyerahkannya pada Yolanda.
“Tolong nanti berikan syal ini ke Brian, ya. Dia suka lupa membawa syal, padahal cuacanya dingin sekali akhir-akhir ini.”
Musim gugur hampir beralih ke musim dingin, udara memang menusuk tulang.
“Baik, Nyonya. Saya pastikan Tuan Brian akan baik-baik saja. Lagipula, menjaganya sudah jadi tugas saya,” jawab Yolanda manis, menyembunyikan tatapan penuh arti.
Brian menatap istrinya dengan lembut, menyentuh pipinya. “Sayang, cuma tiga hari kok. Setelah itu aku janji, semua waktuku buat kamu,” ucapnya seraya mengecup bibir Fanya singkat.
Adegan itu membuat Yolanda terpaksa memalingkan wajahnya. Di balik senyumnya, rasa cemburu membakar hatinya. Ia tahu Brian mencintai istrinya, tapi tetap saja—ia ingin menjadi satu-satunya wanita di hati pria itu.
Fanya tersenyum dan menepuk lengan suaminya lembut.
“Hati-hati ya, Sayang. Dan Yolanda… tolong jaga suamiku baik-baik, jangan sampai dekat perempuan lain,” ujarnya sambil terkekeh kecil.
Ucapan itu membuat suasana tiba-tiba menegang. Brian dan Yolanda sempat saling pandang sekilas—menyadari betapa ironisnya situasi itu. Fanya sama sekali tidak tahu bahwa dua orang yang berdiri di depannya sedang bermain api di belakangnya.
“Tenang saja, Nyonya,” jawab Yolanda percaya diri. “Saya pastikan Tuan Brian dalam pengawasan terbaik.”
Brian hanya tersenyum tipis menutupi rasa bersalah yang mulai menggelitik nuraninya. Ia mencium kening Fanya sebelum akhirnya masuk ke mobil.
Fanya berdiri di depan rumah, melambaikan tangan dengan senyum lembut saat mobil putih itu melaju menjauh. Namun jauh di dalam hatinya, ada rasa kosong yang tak bisa dijelaskan—entah firasat, entah kecemasan.
---
Sementara itu, di dalam mobil, Yolanda menyandarkan kepala di bahu Brian dengan manja.
“Honey, sepertinya istrimu benar-benar menyerahkan dirimu padaku,” bisiknya genit.
Brian menatap lurus ke depan, ekspresinya datar. “Sudahlah, jangan bahas Fanya kalau kita sedang bersama. Aku nggak mau dengar namanya sekarang.”
“Aku cuma bilang sedikit,” jawab Yolanda dengan bibir manyun. “Fanya memang cantik dan istri yang baik. Kamu beruntung punya dia.”
Mendengar itu, Brian mendadak menepikan mobil ke pinggir jalan. Ia menoleh, menatap Yolanda tajam, lalu dengan cepat menarik tengkuk wanita itu dan mencium bibirnya penuh hasrat.
“Jangan sebut nama Fanya lagi saat aku bersamamu,” desisnya di sela napas berat.
Ciuman itu berubah semakin dalam. Yolanda membalas dengan gairah yang sama, tubuhnya menempel erat pada dada pria itu.
“Sh!t…” gumam Brian pelan sambil terkekeh kecil. “Sepertinya kita harus cari hotel dulu sebelum ke kota X. Masih dua jam sebelum keberangkatan, dan ‘junior’ sepertinya butuh perhatian.”
Yolanda tersenyum menggoda, senang karena sekali lagi ia berhasil menjerat pria itu ke dalam pelukannya. Tanpa banyak bicara, Brian kembali menyalakan mobil dan melaju ke arah hotel terdekat.
---
Di sisi lain, Juan sudah tiba di bandara untuk penerbangan ke kota X. Ia melirik jam tangannya, memastikan waktu keberangkatan. Sejujurnya, perjalanan bisnis ini juga ia jadikan alasan untuk menjernihkan pikirannya dari kenangan masa lalu yang belum juga hilang.
Namun langkahnya terhenti ketika pandangannya menangkap pemandangan yang membuat darahnya mendidih.
Beberapa meter di depannya, ia melihat Brian—suami dari Fanya, wanita yang dulu ia cintai—sedang berjalan sambil merangkul bahu seorang wanita cantik yang menempel manja di lengannya.
Mata Juan membulat, rahangnya mengeras.
“Brengsek…” gumamnya dengan suara pelan namun penuh amarah. “Berani-beraninya dia mengkhianati Fanya!”
Tangannya mengepal kuat. Perasaan kecewa, marah, dan kasihan bercampur menjadi satu di dalam dadanya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
suyetno
setuju no komen
2025-02-12
0
Nesa Satria
no komen entahlah
2022-05-08
0
Dien
katanya cinta kok doyan lubang yg lain semoga fanny cpt tau dan cerai
2022-03-13
0