Alda menyemprotkan parfum ke tubuhnya Menimbulkan sensasi aroma vanilla yang menyegarkan.
Pagi itu, penampilannya semakin menawan dengan rambut panjang berwarna sedikit kecokelatan, diikat rapi dan tinggi sehingga menampakkan leher yang putih. Sentuhan make up tipis kian menambah indah rupa seorang Andi Alda Marolah.
Setelah selesai bersiap, wanita cantik itu menuju ke lantai dasar untuk sarapan. Bergabung dengan kedua orang tuanya yang lebih dulu mengisi kekosongan meja makan.
"Wih! Nasi kuning."
Mata Alda berbinar kala melihat makanan favoritnya tersaji di depan. Yah, olahan beras yang dicampur dengan santan dan sedikit rempah sehingga menciptakan rasa gurih yang tak terbantahkan.
Tak lupa, untuk menghasilkan warna kuning yang tentu menjadi ciri khas dari makanan tersebut, maka diberikan pewarna alami yaitu kunyit bubuk.
Tak hanya itu, nasi kuning telah dilengkapi dengan lauk seperti, abon ikan tuna, telur balado, orek tempe dan sup rawon.
"Kebetulan, sudah lama ibu tidak buat karena keseringan beli di luar," jelas Andi Erna seraya menyerahkan piring keramik pada puterinya.
Makanan tersebut sangat populer di kalangan masyarakat Sulawesi Selatan sehingga banyak yang menjajakkan. Mulai dari pedagang kecil hingga sekelas restoran pun tak mau ketinggalan.
"Lebih enak buatan Ibu, lah!" tambah Alda dengan nada bersemangat. Hal tersebut memancing senyum kedua paruh baya itu.
"Harus belajar masak, Nak. Modal utamamu setelah hidup bersama dengan Adam," tambah Andi Shadam setelah meneguk air putih.
"Betul! Dimulai dari makanan kesukaannya." Andi Erna pun turut mengumandangkan persetujuannya.
Pria paruh baya itu tak pernah melupakan nama tersebut. Berusaha menyelipkan di setiap kesempatan yang ada. Alda lagi-lagi hanya mengangguk mendengarkan.
*****
Kendaraan Alda mulai melaju meninggalkan rumah. Mobil berwarna silver itu mulai menapaki aspal membelah padatnya arus lalu lintas Kota Madya Makassar.
Macet?
Tentu! Terlebih pagi hari adalah waktu untuk bepergian. Entah bersekolah atau pun bekerja. Sama hal dengan dirinya sendiri yang ikut andil di dalam.
Namun nyatanya mujur tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Setelah beberapa puluh meter mobil tersebut melaju, Alda merasakan goncangan. Mobil terasa berat dan terdengar suara gemuruh.
"Duh! Pasti bannya bermasalah."
Dengan gerakan impulsif, segera menepikan roda empat tersebut agar tak mengganggu pengguna jalan lain.
Alda menghela napas berat saat menatap benda yang awalnya bundar kini tak berbentuk lagi. Sepertinya memang wanita cantik itu sering mengalami. Walau tanpa melihat, tapi dia sudah tahu apa yang terjadi.
"Sudah kuduga ...," gumamnya dengan wajah lesu. Bagaimana tidak! Disaat semangatnya berkobar, namun harus dipadamkan dengan kejadian yang tentu menyita waktunya.
Alda terpekur sejenak. Seakan bingung hendak melakukan apa. Hanya suara kendaraan yang saling bersahutan di tempat tersebut. Juga dengan waktu yang terus berjalan, sama sekali tak menungguinya.
"Ada apa?"
Alda semakin terseret dalam lamunannya hingga tak sadar sosok tinggi telah mencoba mengalihkan perhatiannya.
Pria tersebut memarkir motor tepat di belakang mobil. Merasa tak di hiraukan, sosok tinggi itu kembali memanggil, "Andi Alda," seraya membuka helm dan menyimpannya di atas spion. Dia berjalan mendekati Sang Pemilik Nama.
Bola mata pria tersebut pun mengikuti arah pandangan Alda. "Bannya bocor."
Alda mengerjabkan mata. Mengembalikan puing ingatan yang sempat menguap begitu saja. "Eh! Kamu!"
Sosok tinggi tegap dengan jambang yang menghiasi wajahnya kini berdiri beberapa meter di samping. Pertemuannya kemarin membuat Alda tahu siapa dia.
Ibnu mengangguk. "Punya ban seret?" tanyanya tanpa memedulikan raut keterkejutan wanita di depan.
"Tidak. Aku tidak punya," jawabnya dengan lugas.
Ibnu menatap seragam yang digunakan Alda, lalu melihat jam yang bertengger pada pergelangan tangannya. Dan sialnya sebentar lagi memasuki pukul 7.
"Hubungi segera bengkel langgananmu. Biar mereka yang mengurusnya," usul Ibnu. Memberikan jalan keluar dari masalah yang kini dihadapi.
Dan ajaibnya, ucapan pria itu langsung disetujui oleh Alda tanpa bertanya. Wanita cantik itu bergegas membuka pintu mobil dan mengambil ponsel. Segera ia menghubungi montir kepercayaannya.
Sekitar 12 menit, seorang pria dengan kepala plontos datang menghampiri mereka berdua. "Bu Alda."
"Oh iya, Pak Anto. Sepulang kerja mobilnya saya jemput."
"Siap, Bu Alda." Pria itu mengangguk dan tersenyum.
Alda menyerahkan kunci kepada Sang Montir dan berbalik menatap Ibnu yang sedari tadi hanya terdiam memandangi interaksinya.
"Aku pesan Grab."
"Bisa ikut bersamaku." tawar Ibnu tiba-tiba ketika Alda mulai mengotak-atik benda canggihnya.
Wanita cantik itu menghentikan kegiatan. "Memang tidak merepotkan?"
Ibnu menggeleng. "Untuk membayar cicilan fotoku semalam," ucapnya dengan senyum samar.
Seketika Alda terkekeh. Rona merah terlukis di wajah ayunya. Sekelebat ingatan tertuju pada percakapannya dengan Ibnu melalui WhatsApp. Dia berseloroh bahwa foto yang dikirim tidaklah gratis.
"Jadi dianggap serius?" Alda kembali memastikan.
Namun Ibnu hanya mengedikkan bahu. Dia berbalik dan berjalan menuju kendaraan roda duanya diikuti Alda.
Wanita cantik itu memerhatikan Ibnu yang menstarter motor dengan penuh perjuangan. Saat sudah on, Alda segera mendudukkan bokong menyamping.
Mereka begitu lekat hingga ia mampu mengendus aroma maskulin yang berasal dari tubuh Ibnu.
Menenangkan.
.
.
.
.
.
Igeh : asriainunhasyim
Salam
AAH♥️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
queenbee
bang ibnu jgn dingin2 dong 😁
2021-10-01
0
Ade Irawan
novel bagus gini tp like nya dikit..herman deh aku🤔ayo lah jgn kek orang susah main kan jari mu baca nya gratis jg😆🤣😊
2021-09-04
0
Wie Yanah
mtr'y udh lma ,,pke susah lg di stater🤭😌bnr" nnt bs mlu di hdpn ibu dan ayh'y andi🤭🙏❤️smgt thor aq mmpir🙏💪
2021-09-03
0