RENCANA ANDI SHADAM

VOTE ♥️

.

.

.

Cahaya matahari kini memudar. Tergantikan oleh gelap yang mendominasi. Waktu yang kini digunakan untuk berkumpul bersama keluarga setelah seharian disibukkan oleh aktivitas masing-masing.

Di dalam rumah dua tingkat dengan dinding berwarna putih, keluarga Andi Shadam berkumpul. Mereka melakukan rutinitas wajib setiap malamnya. Yah, bertukar cerita tentang berbagai hal.

Namun topik kali ini betul-betul membuat kedua orang tua Alda begitu serius. Terlebih Sang Ayah.

"Minggu depan, Andi Baso dan seluruh keluarganya akan datang berkunjung," tutur Andi Shadam dengan lugas.

"Jauh-jauh datang dari Jakarta untuk silaturahmi," imbuh Andi Erna.

Alda hanya mengangguk mendengar. Hal ini jarang terjadi mengingat tak ada perayaan ataupun acara yang mengharuskan hadir.

Contoh, pada saat pria paruh baya itu mencalonkan diri sebagai pejabat negara. Ia mengadakan open house untuk meminta dukungan dan do'a.

Alda bukan orang yang naif tentang maksud dari kata 'Silaturahmi' yang diucapkan oleh ibunya. Ada tujuan tertentu.

"Masih ingat dengan Andi Pangerang Adam?"

Wanita ayu itu dengan cepat mengangguk. Seorang pemuda berusia hampir setengah abad dengan wajah manis memenuhi ruang ingatannya. "Masih, Bu."

Meski sebenarnya mereka juga sangat jarang bertemu, bahkan bertahun-tahun lamanya, akan tetapi akun media sosial mereka saling terjalin. Hingga segala informasi pun dengan cepat diketahui meski jarak yang terbentang luas.

"Ayah menginginkan kalian lebih akrab."

Ucapan tersebut pun semakin meyakinkan dugaan Alda. Sudah jelas arah tujuan pembicaraan bertiga.

Tapi tunggu!

Bukankah Andi Adam sudah berkeluarga? Bahkan, pria paruh baya itu pernah memosting foto putrinya.

"Dia sudah bercerai ... dua tahun lalu." Andi Shadam memperjelas semuanya. Seolah mampu membaca pikiran Alda.

Wanita cantik itu hanya menelan ludah mendengar. "Kenapa?"

"Kami tidak tahu. Tapi ingat Nak, jangan menyinggung masalah itu di depan mereka." Andi Erna mewanti-wanti. Bukan tanpa alasan, hal tersebut sangat sensitif. tak ia ingin tamunya merasa tidak dihargai.

"Kamu pasti tahu ... sudah lama Ayah-Ibu menantikan momen ini. Terlebih ... keluarga kita sama," ucap Andi Shadam dengan wajah pias.

"Perlakukan mereka sebaik-baiknya. Kami ingin pertemuan ini membuahkan hasil." Andi Erna kembali bersuara.

Melihat itu, Alda mengangguk. Dia berusaha untuk tidak mengecewakan. Wanita cantik itu merasa kedua orang tuanya menyimpan harapan yang begitu besar akan hubungannya dan Adam. "Iya."

*****

Pukul sepuluh malam, Ibnu duduk bersandar di ruang tamu. Kediamannya begitu sepi. Hanya suara televisi yang sengaja dinyalakan sebagai hiburan.

Dia mengeluarkan sebatang rokok dari tempatnya dan memantik api untuk membakar. Itu adalah salah satu kebiasaan jika Ibnu merasa jenuh.

Ya, jenuh dengan rutinitas yang tak pernah berubah setiap harinya. Benar-benar membosankan.

Di tengah kepulan asap yang ia ciptakan, bunyi ponsel mengalihkan perhatian. Ibnu meletakkan rokok tersebut pada asbak yang tersedia di depan.

Sebuah WhatsApp masuk dari nomor yang tak dikenal. Tanpa menunggu lama, Ibnu segera melihat profilnya.

Dia.

Matanya tak berkedip. Beberapa foto dikirim berlatar acara tadi siang. Yah, itu adalah wanita yang dikenalnya beberapa jam lalu melalui perantara Nana. Kemungkinan besar nomor ponsel pun didapatkan dari tetangganya.

08xxxxxxxxxx

Fotonya sudah lengkap.

Andi Alda. Seorang wanita pemilik senyuman lembut berhias lesung pipit. Sejenak Ibnu memandangi pesan tersebut, hingga akhirnya dia terdorong untuk membalasnya.

Ibnu

Terima kasih.

Sesingkat itu? Dia juga tidak tahu hendak berkata apa. Lagi-lagi isi kepalanya melayang begitu saja. Namun selang beberapa detik, benda pipih itu kembali bergetar.

08xxxxxxxxx

Tidak gratis yah. Heheh.

Sederet kata yang membuat Ibnu mengerutkan kening, juga berhasil memancing lengkungan kecil di bibir. Dan itu semakin memacu rasa penasarannya. Bahkan ia telah lupa dengan benda bernikotinnya.

Ibnu

Satu foto berapa?

Pria tersebut tak melepas ponsel. Pun tak mengalihkan pandangan walau sekejap. Tanpa disangka ia berharap balasan dari seberang.

3 Menit

5 Menit

10 Menit

15 Menit

Ibnu berdecak. Ia bak ABG hanya karena sebuah pesan. Usia ke-32 harusnya mencerminkan ia dalam bersikap.

Sebagai penutup untuk malam itu jemarinya kembali menari.

Ibnu

Andi Alda.

.

.

.

.

.

Holaa! Jangan lupa tinggalkan jejak readers 😁

Salam

AAH♥️

Terpopuler

Comments

Nenda Win

Nenda Win

angel wes...angell...abott jg nu...

2021-11-16

0

queenbee

queenbee

kagak usah khawatir ibnu. tikung d sepertiga malam. klo Tuhan sudah berkehendak andi sadam bisa apa,yekan

2021-10-01

0

queenbee

queenbee

nurut banget sih si alda

2021-10-01

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!