Shinji: Master Jatuh dan Drama Keluarga yang Terlalu Dramatis
Shinji tiba di depan ruang kerja ayahnya. Ia berdiri dengan keringat dingin bercucuran, seperti karakter utama di game horror yang tahu bahwa membuka pintu ini adalah ide buruk, tapi tetap saja melakukannya.
"Ibu! Apa Ibu ada di dalam?!"
Hening.
Seolah ruangan itu sengaja dikasih efek mute oleh Tuhan.
Jantungnya berdetak kencang. Ia menggenggam gagang pintu dengan penuh tekad—lalu malah ragu sendiri.
"Tunggu, kalau ini film horror, pasti ada jumpscare di balik pintu ini," gumamnya.
Namun, karena dia bukan karakter yang bisa belajar dari kesalahan klise, dia tetap membukanya.
JEGLEK!
Ruangan kerja ayahnya yang biasanya rapi, kini berantakan total. Seperti kamar gamer yang sudah tiga bulan nggak dibersihkan.
Darah berceceran di mana-mana. Aromanya lebih menusuk daripada bau kaus kaki habis dipakai main futsal seminggu.
Dan yang lebih mengerikan…
CROOT!
Seorang pria bertubuh kekar menusukkan pisau dengan gaya super dramatis, seolah dia sudah latihan adegan ini di depan cermin selama berjam-jam.
Pisau itu menusuk seorang pria berkemeja rapi yang tampaknya lupa bahwa memakai jas tidak akan menyelamatkanmu dari serangan tajam.
"DUAARRR!"
Entah kenapa, di tengah adegan tragis ini, pria berjubah hitam tiba-tiba menembakkan pistolnya ke langit-langit ruangan, seakan ingin memastikan bahwa semua orang tahu dia adalah penjahat utama.
"Jangan bergerak! Atau aku akan menekan pelatuk pistol ini!"
Shinji menatap pria itu dengan ekspresi kosong. Sejujurnya, dia bingung kenapa penjahat ini menembak ke atas dulu sebelum mengancam.
Kemudian terdengar suara wanita menjerit.
"Shinjiiiii!!!"
Shinji menoleh ke sudut ruangan, dan di sana ada ibunya yang diikat seperti karakter dalam drama sinetron sore.
"Oh, jadi namamu Shinji, ya?" Pria berjubah hitam menyeringai. "Nama yang cukup bagus. Apa dia anakmu, wanita jalang?"
(Catatan: Kenapa sih semua penjahat harus menyebut ‘wanita jalang’? Bisa nggak sih sedikit inovatif?)
"Ibuuuuu!!!"
"Shinji, lariiiii!!!"
"Diam kau!"
Penjahat itu mengangkat pistolnya ke arah ibu Shinji, seolah sudah bosan mendengar dialog emosional ini.
Shinji syok berat, seperti baru menyadari bahwa hidupnya adalah naskah yang ditulis oleh seseorang yang terlalu suka drama berlebihan.
Halusinasi Motivasi yang Tidak Masuk Akal
Saat pikirannya kacau, tiba-tiba muncul bayangan dirinya sendiri di hadapannya.
"Heh, mau menyerah begitu saja?" tanya sosok yang sangat mirip dirinya.
Shinji mengucek matanya.
"Tunggu… siapa kau?! Aku lagi nggak butuh jumpscare, tahu!"
"Tenang, aku cuma versi super keren dari dirimu yang datang untuk memberikan motivasi klise."
"Apa maksudmu?"
"Kau harus bangkit, teriakkan ‘tadaima!’ lalu lawan mereka dengan penuh tekad!"
Shinji tercengang. Kenapa motivasi ini terdengar seperti naskah anime murahan?
Tapi sebelum dia bisa bertanya lebih lanjut, bayangan itu sudah menghilang seperti ninja yang kehabisan screen time.
Shinji mendengus. "Cih, klise sekali."
Tapi tetap saja…
Dia bangkit lagi dengan penuh tekad.
Drama Perpisahan yang Berlebihan
"Ibuuu!!! Aku akan menyelamatkanmu!!!"
"Woi, siapa yang menyuruhmu berbicara?!"
Penjahat itu membungkam ibunya, tapi seperti di semua adegan klise, si ibu tetap berusaha berteriak meskipun mulutnya ditutup.
"Kau tak akan bisa, Nak! Mereka bersenjata!!"
"Tapi, Ibu—"
"Pergilah!!!"
"Tapi aku lebih baik mati bersamamu!"
DUAAKKK!
Penjahat itu langsung menginjak kepala ibunya.
Shinji mengepalkan tinjunya. "BAJINGAN!!!"
"Sial, kalau terus begini, aku akan kehilangan semua orang yang kucintai!"
Ibunya berteriak, "Kalau kau benar-benar mencintaiku, CEPAT PERGI!!!"
Shinji menangis, tapi akhirnya memilih untuk kabur dengan gaya dramatis.
Penjahat yang Tiba-tiba Ingat Logika
Saat Shinji hendak lari, pria bertubuh kekar menatap bosnya.
"Eh, Bos? Kenapa kita nggak biarkan dia kabur aja?"
Jubah Hitam memelototinya. "Otakmu di mana?! Kalau dia lapor polisi, kita semua tamat!"
"Oh iya, ya," kata pria kekar sambil menggaruk kepala.
(Kenapa setiap anak buah di organisasi jahat harus bodoh?)
Shinji Melarikan Diri… Lagi… dan Lagi…
Shinji terus berlari sambil menangis.
Tapi belum jauh dari rumah, DUAAARRR!!!
Terdengar suara pistol.
Shinji berhenti.
Dia tahu…
Ibunya baru saja ditembak.
Air matanya jatuh deras.
"Aku… benar-benar pecundang…"
Dia terus berlari, tapi pikirannya penuh pertanyaan:
Siapa orang-orang itu?
Kenapa mereka membunuh orang tuaku?
Apa mereka pembunuh bayaran?
Kenapa mereka begitu dramatis?
Kenapa aku terus jatuh?
BRUAKK!!!
Seperti sudah dikutuk, Shinji tersandung lagi.
"Astagaaaa, ini kali keberapa aku jatuh?!"
Namun kali ini…
Dia tersandung seseorang.
Siapa Lagi Ini?!
Seorang wanita dengan rambut biru berdiri di hadapannya.
Dia tersenyum misterius.
"Lari terus… tapi tetap saja kau jatuh, ya?"
Shinji mendongak. Matanya membelalak.
"Siapa kau?!"
Wanita itu tersenyum semakin lebar.
"Aku? Aku adalah… protagonis sebenarnya dari cerita ini."
ZRAASSSSHHH!!!
Tamat… (Untuk sementara.)
Kesimpulan? Hanya Kekacauan.
Shinji telah menjadi korban dunia yang penuh drama, plot klise, dan penjahat yang terlalu banyak bicara.
Dan sekarang, dia bahkan belum sadar bahwa ceritanya semakin tidak masuk akal.
TO BE CONTINUED… atau mungkin tidak.
l
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Ai
tinggalin jejak sampai sini dulu, ya
2024-05-02
1
Khalil
ah ini prolog yang mengbigunkan ni si anak atau si penjahat yang bego di satu sisi si penjahat bego baget masa ke mau di ancam ancam padahal kan si penjahat bisa langsung nge bunuh si mc dan orang tuanya dan si mc kan duduk sambil menagis bisa langsung nembak kan dan si penjahat lagian nga ada niatan untuk memperkosa ibunya si mc dan mc kok bisa ngeliat ya padahal di teks nya sedang mati lampu dan lagi rumah nya kan besar tu mc lewat mana kabur
2021-08-08
1
oi_mikasa
next
2021-08-01
2