Alistair, seorang pemuda desa yang sederhana, mendapati dirinya dihantui oleh mimpi-mimpi aneh tentang pertempuran dan pengkhianatan. Tanpa disadarinya, ia adalah reinkarnasi dari seorang ksatria terhebat yang pernah ada, namun dikutuk karena dosa-dosa masa lalunya. Ketika kekuatan jahat bangkit kembali, Alistair harus menerima takdirnya dan menghadapi masa lalunya yang kelam. Dengan pedang di tangan dan jiwa yang terkoyak, ia akan berjuang untuk menebus dosa-dosa masa lalu dan menyelamatkan dunia dari kegelapan abadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dhimas21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 Bayangan Dibalik Kemilau Perak
Aroma busuk sampah, keringat, dan minuman keras membaur menjadi satu, menciptakan bau yang menyesakkan. Lyra menyeringai tipis; tempat seperti ini adalah wilayah kekuasaannya.
Dia menyusuri lorong-lorong sempit pasar bawah, matanya yang tajam mengamati setiap wajah, setiap gerak-gerik. Dia mencari informasi, petunjuk sekecil apapun tentang Valerius atau makhluk kegelapan. Dia tahu bahwa di tempat seperti ini, informasi adalah mata uang yang paling berharga.
Lyra berhenti di sebuah kedai remang-remang yang dipenuhi asap rokok dan suara tawa kasar. Dia duduk di meja kosong di sudut ruangan, memesan minuman keras murah yang rasanya seperti air got. Dia menunggu, mendengarkan percakapan di sekitarnya.
"…denger-denger ada orang baru di kota," bisik seorang pria bertubuh besar dengan bekas luka di wajahnya. "Katanya sih, nyari sesuatu yang penting."
"Biarin aja," jawab temannya, seorang wanita bertato dengan rambut dicat merah menyala. "Nggak ada urusannya sama kita. Yang penting, kita dapet duit."
"Tapi, kalo dia nyari sesuatu yang bisa bikin kita kaya, gimana?" tanya pria itu, matanya berbinar serakah.
Lyra menyeringai. Mereka terpancing. Dia mendekatkan diri ke percakapan mereka.
"Nyari apa emangnya?" tanya Lyra, nadanya santai namun menusuk.
Pria itu menoleh, menatap Lyra dengan tatapan curiga. "Siapa kamu? Kenapa kamu bertanya?"
"Aku cuma penasaran," jawab Lyra, mengangkat bahunya. " denger-denger, di pasar bawah ini, semua orang punya rahasia. Siapa tahu, diriku bisa bantu dirimu dapetin apa yang kamu mau."
Pria itu terdiam sejenak, mempertimbangkan tawaran Lyra. "Dia nyari informasi tentang Valerius," akhirnya dia berkata, suaranya berbisik. "Katanya sih, dia mau ngalahin penyihir itu."
Lyra menahan napas. Valerius. Nama itu akhirnya muncul.
"Valerius?" tanya Lyra, pura-pura tidak tahu. "Siapa dia? Aku nggak pernah denger nama itu sebelumnya."
"Jangan bohong," jawab pria itu, matanya menyipit. "Aku tahu kamu tau siapa dia. Semua orang di pasar bawah ini tau tentang Valerius. Dia penguasa kegelapan, dia yang ngatur semua urusan di sini."
Lyra terdiam. Dia tidak menyangka bahwa Valerius memiliki pengaruh yang begitu besar di Silverwood.
"Oke, ngaku," kata Lyra, mengangkat tangannya. "Aku tau siapa Valerius. Tapi, kenapa kamu mau ngasih tau diriku tentang dia? Apa yang bakal kamu dapet dari ini?"
"Aku benci sama Valerius," jawab pria itu, matanya berkilat marah. "Dia udah ngerusak hidup ku. Dia ngambil semua yang diriku punya. aku pengen dia mati."
"Aku bisa bantu dirimu," kata Lyra, tersenyum tipis. "Aku juga punya urusan sama Valerius. Kita bisa kerja sama buat ngalahin dia."
Pria itu menatap Lyra dengan tatapan ragu. "Kenapa gue harus percaya sama dirimu? kamu siapa sebenernya?"
"Nama ku Lyra," jawab Lyra. "Aku seorang pemburu. Aku datang ke Silverwood buat ngalahin Valerius dan ngebantu orang-orang yang udah dia sakitin."
Pria itu terdiam sejenak, mempertimbangkan kata-kata Lyra. "Oke," akhirnya dia berkata. "Aku percaya sama kamu. Tapi, kamu harus janji, kalo kita berhasil ngalahin Valerius, kamu bakal bagi hasil sama diriku."
"Aku janji," jawab Lyra, menjabat tangan pria itu. "Sekarang, ceritain semua yang kamu tau tentang Valerius."
Sementara itu, di gang sempit tempat Merlin mengawasi, pria berjubah hitam dan pria bertato itu menyelesaikan percakapan mereka. Pria berjubah hitam menyerahkan sebuah kantong kecil kepada pria bertato, lalu pergi dengan langkah cepat.
Merlin mengikuti pria bertato itu dari kejauhan. Ia melihat pria itu memasuki sebuah toko yang menjual barang-barang sihir. Merlin menunggu di luar toko,…berharap pria itu akan keluar dengan sesuatu yang menarik.
Setelah beberapa saat, pria bertato itu keluar dari toko, membawa sebuah kotak kecil yang terbuat dari kayu hitam. Merlin merasakan energi sihir gelap yang kuat memancar dari kotak itu.
Merlin memutuskan untuk mengikuti pria bertato itu ke tempat tujuannya. Ia bersembunyi di balik bayangan dan mengikuti pria itu melewati jalan-jalan Silverwood.
Pria bertato itu akhirnya tiba di sebuah rumah mewah yang terletak di pinggiran kota. Ia mengetuk pintu rumah itu, dan seorang pelayan membukakan pintu untuknya.
Merlin melihat pria bertato itu memasuki rumah itu. Ia menunggu di luar, mencoba untuk mencari cara untuk masuk ke dalam rumah itu.
Sementara itu, di perpustakaan kota, Alistair masih terus membaca buku-buku kuno dan langka. Ia sudah menghabiskan berjam-jam mencari informasi tentang Valerius, tetapi ia belum menemukan apa pun yang berguna.
Alistair merasa frustrasi dan putus asa. Ia mulai meragukan apakah ia akan berhasil menemukan petunjuk tentang Valerius di Silverwood.
Tiba-tiba, Alistair menemukan sebuah buku yang berjudul "Legenda Penyihir Kegelapan". Ia membuka buku itu dan mulai membacanya dengan seksama.
Buku itu menceritakan tentang seorang penyihir jahat bernama Valerius yang hidup ratusan tahun yang lalu. Valerius adalah seorang penyihir yang sangat kuat, tetapi ia juga sangat kejam dan haus kekuasaan.
Valerius menggunakan sihirnya untuk menguasai kerajaan-kerajaan dan menindas rakyat jelata. Ia juga menciptakan makhluk-makhluk kegelapan yang mengerikan untuk membantunya dalam peperangan.
Akhirnya, Valerius dikalahkan oleh seorang ksatria yang gagah berani bernama Sir Gideon. Sir Gideon menggunakan pedang sucinya, Lightbringer, untuk mengalahkan Valerius dan mengusir kegelapan dari dunia.
Alistair terkejut membaca kisah itu. Ia menyadari bahwa Valerius yang ia cari adalah penyihir jahat yang sama yang dikalahkan oleh Sir Gideon ratusan tahun yang lalu.
Alistair juga menyadari bahwa ia adalah reinkarnasi dari Sir Gideon, dan ia memiliki tanggung jawab untuk mengalahkan Valerius sekali lagi.
Alistair menutup buku itu dan berdiri dari kursinya. Ia tahu apa yang harus ia lakukan. Ia harus mencari Valerius dan mengalahkannya sebelum ia menghancurkan dunia.
Alistair meninggalkan perpustakaan dan bergegas kembali ke penginapan. Ia harus memberitahu Lyra dan Merlin tentang apa yang telah ia temukan.
Saat Alistair tiba di penginapan, ia melihat Lyra sedang duduk di meja makan, berbicara dengan seorang pria bertubuh besar dengan bekas luka di wajahnya. Alistair mengenali pria itu sebagai salah satu orang yang ia lihat di pasar bawah.
"Lyra, siapa dia?" tanya Alistair, mengerutkan kening.
"Dia teman ku," jawab Lyra. "Namanya Baruk. Dia punya informasi tentang Valerius."
"Informasi apa?" tanya Alistair, penasaran.
"Valerius punya markas di Silverwood," jawab Baruk. "Markasnya ada di sebuah rumah mewah di pinggiran kota."
Alistair terkejut mendengar itu. Ia menyadari bahwa rumah mewah yang ia lihat tadi adalah markas Valerius.
"Kita harus menyerang markas itu," kata Alistair. "Kita harus mengalahkan Valerius sebelum dia melakukan sesuatu yang jahat."
"Aku setuju," kata Lyra. "Tapi, kita harus hati-hati. Valerius pasti punya banyak pengawal di sana."
"Kita bisa minta bantuan sama Merlin," kata Alistair. "Dia pasti punya rencana untuk menyerang markas itu."
"Merlin lagi nggak ada di sini," jawab Lyra. "Dia lagi nyari informasi di tempat lain."
"Kita nggak bisa nunggu Merlin," kata Alistair. "Kita harus menyerang markas itu sekarang juga. Siapa tahu, kita bisa menangkap Valerius sebelum dia kabur."
Lyra terdiam sejenak, mempertimbangkan kata-kata Alistair. "Oke," akhirnya dia berkata. "Kita serang markas itu. Tapi, kita harus hati-hati. Kalo kita ketahuan, kita bisa mati."
"Aku siap mati buat ngalahin Valerius," jawab Alistair, matanya berkilat.