NovelToon NovelToon
Gadis Ekstrovert & Dokter Introvert

Gadis Ekstrovert & Dokter Introvert

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Cinta pada Pandangan Pertama / Cintapertama
Popularitas:645
Nilai: 5
Nama Author: Miss_Fey

Kisah gadis ekstrover bertemu dengan dokter introvert..
Awal pertemuan mereka, sang gadis tidak sengaja melukai dokter itu. Namun siapa sangka, dari insiden itu keduanya semakin dekat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss_Fey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10

********

Setelah mengobrol ngobrol sejenak, mereka pun langsung menuju meja makan.

" Oh ya, Riri mana? " tanya ayahnya.

" Riri masih ada kerjaan di luar yah, mungkin pulangnya sedikit terlambat. " jawab Suina.

" Ya udah deh, kita makan aja. " ucap ayahnya.

" Tadi ayah sempat bawa beberapa makanan kesukaan kamu. " lanjutnya sambil mengambilkan beberapa untuk Suina.

Suina yang melihat berbagai makanan tersaji di atas meja, hanya bisa menatapnya sambil menahan air liurnya.

" Ayo di makan,  kenapa cuma di lihat aja? " tanya ayahnya bingung.

" Dia lagi diet bang, jaga pola makan. katanya nggak boleh makan makanan yang berkalori tinggi, ntar dokter pribadinya yang tampan itu akan marah. " ucap bibi Yan yang menggodanya.

" Iih bibi! " ucap Suina sambil memanyunkan bibirnya.

" Diet! tumben kamu diet? biasanya semua makanan masuk kedalam perutmu. " tanya ayahnya heran.

" Ya elah bang, kayak nggak ngerti aja. ni bocah lagi jatuh cinta. " jawab bibi Yan lagi.

" Hah! jatuh cinta? sama siapa? " tanya ayahnya kaget.

" Iih bibi Yan! nggak kok ayah, bibi ngarang doang. " jawab Suina kesal.

" Suina diet karena alasan kesehatan, bukan lagi jatuh cinta. " lanjut Suina.

Ayahnya pun terlihat semakin penasaran dengan pria yang dekat dengan putrinya itu.

" Ya udah deh, kalau kamu lagi diet. berarti ayah sama bibi aja yang ngabisin semuanya. " ucap ayahnya sambil mulai melahap makanan kesukaan putrinya itu untuk menggodanya.

" Iih ayah! " ucap Suina yang juga sangat ingin menikmati makanan itu.

" Mm.. enak banget Suina! " imbuh bibi Yan yang juga ikut ikut menggodanya.

Suina hanya bisa menahan air liurnya melihat keduanya benar benar lahap menikmati semua hidangan yang tersaji di meja makan.

" Lebih baik Suina keatas, bisa bisa program dietku berantakan gara gara kalian. " ucap Suina yang langsung beranjak dari duduknya, kemudian naik menuju kamarnya.

Ayah dan bibinya langsung tertawa melihat kepusingan gadis itu, yang menahan makan demi program dietnya.

" Eh Yan, menurutku. sepertinya kita harus menyelidiki kedekatan mereka, aku nggak ingin sampai Suina salah dalam memilih pasangan hidupnya. " ucap ayahnya.

" Aku sangat siap bang. " jawab bibi Yan yang langsung bersemangat.

Walaupun mereka tidak membatasi Suina dalam memilih pasangan sendiri, namun tetap saja keduanya menginginkan yang terbaik untuk gadis itu.

***

Pagi menjelang, mereka sedang duduk bersama di meja makan menikmati sarapan pagi.

Suina terlihat benar benar tidak menikmati sarapannya, karena belum terbiasa mengisi perutnya di pagi hari.

Namun demi janjinya kepada Edo, gadis itu tetap berusaha menghabiskan sarapannya.

" Eh pelan pelan aja, kamu bisa tersedak. " ucap bibi Yan heran melihat cara makan gadis itu.

" Iya, ngapain buru buru? kamu mau kenapa? " imbuh ayahnya yang juga heran.

" Hari ini Suina ada janji dengan dokter Edo, mau bawa kucing itu kedokter hewan. " jawab Suina.

" Lah! bukanya dia juga dokter? ngapain harus cari dokter lain? " tanya bibi Yan heran.

" Bibi Yan! " ucap Suina dan ayahnya yang langsung menatap bibi Yan datar.

" Kenapa? " jawab bibi Yan sambil bertanya.

" Dokter manusia dan dokter hewan beda bibi Yan. " jawab Suina.

" Oh! bibi fikir sama. " ucap bibi Yan tertawa.

Suina hanya bisa menggeleng mendengar pemikiran bibinya itu.

" Ya udah deh, Suina berangkat dulu. " ucap Suina pamit setelah menghabiskan sarapannya.

" Eehh tunggu! " ucap ayahnya yang langsung menghentikan langkah gadis itu.

Suina pun langsung berbalik sambil terkekeh.

" Maaf. " ucap Suina yang langsung memeluk ayahnya sejenak sebelum pergi.

" Hati hati. " ucap ayahnya yang selalu berpesan.

" Em! " jawab Suina.

" Ya udah, Suina pamit. bye... " lanjut Suina bergegas sambil melambaikan tanganya.

Sesampainya di kediaman Edo, keduanya langsung menuju klinik hewan.

Suina benar benar terlihat sangat senang, karena bisa membawa hewan itu untuk memeriksakan kesehataanya.

Walaupun sudah cukup lama Edo mengadopsinya, namun ia belum memiliki kesempatan untuk membawa kucing itu kedokter hewan.

Pekerjaannya di rumah sakit benar benar sangat padat, di tambah dengan ayahnya yang sering memaksakan kehendaknya. sehingga membuat Edo merasa stres akhir akhir ini.

Pukul 10 menjelang siang, mereka pun kembali.

Suina langsung bermain bersama kucing itu di ruang tengah, sementara Edo tengah sibuk di dapur melakukan sesuatu.

Karena penasaran apa yang sedang di kerjakan pria itu, Suina pun langsung menghampirinya.

" Dokter sedang apa? " tanya Suina penasaran.

" Saya pengen buat cup cake. " jawab Edo sambil mempersiapkan bahan bahannya.

" Cup cake? " ucap Suina yang langsung bersemangat mendengarnya.

" Em! kamu mau sekalian saya ajari? " tawar Edo.

" Tentu saja dok. " jawab Suina yang langsung hendak memegang bahan bahannya.

" Eh! cuci tanganmu dulu. " ucap Edo yang langsung menghentikannya.

" Hehe.. lupa. " ucap Suina yang langsung menuju wastefel kemudian mencuci tanganya dengan sangat bersih.

Setelah gadis itu siap, Edo pun mulai menjelaskan langkah langkahnya.

" Saya ingin kamu memahami setiap langkah langkahnya, jadi kita mulai dari yang dasar dulu. salah satunya buat cup cake. " ucap Edo.

Namun Suina hanya serius memperhatikan bahan bahan yang ada di atas meja.

Tiba tiba gadis itu mengambil sebutir telur dan juga mentega.

" Sepertinya roti bakar mentega enak nih. " gumam Suina yang langsung hendak membuatnya.

" Sssttt... kamu mau kenapa? " tanya Edo yang langsung menarik tanganya agar tetap diam di tempat dan memperhatikannya.

" Jika kamu ingin belajar membuat kue, kamu harus mendengarkan semua penjelasan saya. " ucap Edo.

" Makan siang masih dua jam lagi, jadi kamu belum bisa makan apapun sekarang. kalau nggak, saya tidak akan mengajarimu. faham?  " lanjut Edo serius.

" Hah? dokter kok ketat banget sih? " tanya Suina heran.

" Saya gurunya di sini, jadi kamu harus serius, jangan bercanda. " jawab Edo.

" Oke! oke! maaf pak. Saya akan serius sekarang. " ucap Suina yang langsung menurut.

" Sekarang apa yang harus aku lakukan? " lanjut Suina bertanya.

" Tutup matamu. " jawab Edo.

" Hah? tutup mata? buat apa? " tanya Suina kaget.

" Saya hanya ingin kamu berkonsentrasi sebelum kita memulainya. pejamkan matamu sejenak, kemudian bayangkan kue yang kita buat benar benar berhasil. " jawab Edo.

" Emang harus pejamkan mata ya? " tanya Suina ragu.

" Em! " jawab Edo mengangguk.

Suina pun langsung menurut saja, gadis itu memejamkan matanya dan mulai membayangkan kue yang ia buat benar benar berhasil.

Edo yang melihat gadis itu tengah serius dengan fikirannya, langsung tersenyum penuh arti.

" Udah. " ucap Suina yang langsung membuka matanya.

" Bisa kita mulai? " tanya Edo.

" Em! " jawab Suina mengangguk.

Ia pun mulai menyiapkan beberapa bahan yang akan di buat adonan.

Mulai dari telur, terigu, mentega dan beberapa bahan lainya.

Suina memperhatikan setiap langkah langkahnya dengan sangat serius.

" Dok! " panggil Suina tiba tiba.

" Hm? " jawab Edo singkat.

" Emangnya kalau sedang buat kue seperti ini, kita nggak saling bisa ngobrol ya? " tanya Suina penasaran.

" Bisa, tapi sedikit saja. " jawab Edo.

" Hah? apanya yang sedikit saja? " tanya Suina bingung.

" Ngobrolnya, saya ingin kamu perhatikan langkah langkah dalam membuat kue ini. " jawab Edo.

" Ohh.. " ucap Suina mengangguk faham.

Edo mulai menuangkan semua bahan bahan adonan itu, kemudian mencampurnya menggunakan mesin pengaduk adonan.

" Wahh.. " ucap Suina terheran heran begitu melihat bahan adonan mulai tercampus menjadi satu.

Melihat Edo yang terus memperhatikan adonan itu dengan serius, membuat Suina penasaran.

" Dokter lagi bicara dengan adonannya ya? " tanya Suina tiba tiba.

Mendengar pertanyaan gadis itu, membuat Edo langsung tersenyum.

Beberapa menit menunggu, akhirnya adonan itu pun siap.

Edo mulai memasukkannya kedalam cetakan satu persatu.

Sementara Suina terus memperhatikannya dengan saksama.

Setelah selesai, kua mereka itu pun siap di panggang.

Edo langsung memasukkannya kedalam oven.

" Suasana hati juga sangat penting dalam pembuatan kue, jika suasana hatimu sedang buru. kuenya mungkin tidak akan mengembang dengan baik. makannya jika kamu ingin membuat kue, pastikan suasana hatimu dalam keadaan baik, agar kuenya bisa mengembang dengan baik juga. " ucap Edo.

" Waah.. ternyata banyak juga yang harus di perhatikan jika ingin membuat kue, sampai sampai suasana hati juga harus di perhatikan. " ucap Suina terheran heran.

" Hy... kalian harus mengembang dengan sempuna ya. " ucap Suina sambil melambaikan tanganya kepada kue yang tengah berada di dalam oven itu.

" Kamu tidak perlu melambaikan tangan seperti itu juga. " ucap Edo tertawa melihatnya.

" Aku sedang bicara dengan kuenya, agar kuenya tau suasana hatiku sedang baik jadi bisa mengembang dengan sempurna. " jawab Suina.

Edo hanya bisa tersenyum mendengar penuturan Suina yang benar benar di luar ekspektasinya.

Sembari menunggu kuenya matang, Edo mengajari Suina cara untuk membuat cream cup cakenya.

" Dok! apa nggak bisa pakai mesin pengaduk itu aja? tanganku pegal harus ngaduk manual seperti ini? " tanya Suina bingung.

" Nganduknya harus cepat, agar creamnya mengembang dengan baik. " jawab Edo.

" Iya! iya. " jawab Suina yang terus berusaha agar lebih cepat.

Sesekali gadis itu menyingkirkan rambutnya yang mulai masuk kedalam matanya.

Edo pun langsung peka terhadap hal itu.

" Kamu nggak punya ikat rambut? " tanya Edo.

" Punya, tapi lupa aku bawa. " jawab Suina.

Mendengar itu, Edo langsung menuju ruang tengah mengambil sebuah ikat rambut yang ada di laci meja TV.

Setelah itu ia memberikannya pada Suina.

" Ini." ucap Edo.

" Dokter dapat dari mana? " tanya Suina kaget.

" Di laci meja TV. " jawab Edo.

" Tapi kok dokter punya? apa jangan jangan... " tanya Suina yang mulai menebak nebak, karena ia merasa heran Edo memiliki benda khusu perempuan itu.

" Ini milik ibu saya, dia sempat meninggalkan beberapa buah ketika berkunjung kesini. " jawab Edo.

" Oh.. aku fikir punya siapa. " ucap Suina tertawa.

" Ini. " ucap Edo lagi.

" Mm.. bantu aku ikatkan. " jawab Suina sambil terus mengaduk adonan itu.

" Hah? " ucap Edo kaget.

" Kenapa? dokter nggak tau cara ikat rambut perempuan? " tanya Suina heran.

" Em! " jawab Edo mengangguk.

" Nggak apa apa deh, ikat sebisanya aja. tanganku kena adonan. " ucap Suina.

Dengan ragu pria itu mulai mendekat berdiri di belakang Suina.

Namun Edo terlihat ragu ragu untuk memegang rambut gadis itu.

" Ayo dok. " ucap Suina karena melihat pria itu beluk juga melakukannya.

Edo langsung memberanikan diri, ia mulai memegang rambut gadis itu merapikannya sejenak kemudian mulai mengikatnya.

" Udah belum? " tanya Suina.

" Se-sedikit lagi. " jawab Edo gugup.

Dengan pelan ia mulai mengikat rambut Suina sebisanya.

" Sakit? " tanya Edo memastikan.

" Nggak. " jawab Suina yang terus mengaduk adonannya.

" Udah. " ucap Edo selesai.

" Terima kasih. " jawab Suina tersenyum melihatnya sejenak.

" lain kali, ikat rambutmu sebelum kita mulai membuat kue. " ucap Edo.

" Em! baik dok. " jawab Suina.

Beberapa menit kemudian, cream yang di aduknya terlihat mulai mengembang.

" Waahh... udah mulai mengembang dok. " ucap Suina senang.

" Aku boleh cicipin sedikit nggak? " tanya Suina.

" Nggak. " jawab Edo yang langsung melarangnya.

" Dikit aja kok. " pinta Suina sambil memohon.

" Baiklah, tapi setelah kuenya jadi. kamu nggak boleh memakannya. " jawab Edo mengancamnya.

" Huuff.. " gumam Suina langsung menghela nasafnya sedikit kesal.

Sementara Edo hanya tersenyum melihat ekpresi wajah kesal gadis itu.

Beberapa menit kemudian, seluruh kegiatan membuat kue mereka selesai.

Kini kue kue itu sudah tertata dengan rapi di atas meja.

" Hhmm... kayaknya enak banget. " ucap Suina yang sangat puas dengan hasilnya.

" Terima kasih dok, aku benar benar puas dengan hasilnya. lanjutnya sambil tersenyum lebar.

" Cobahlah. " jawab Edo.

" Emang boleh? bukannya setelah selesai makan siang baru bisa aku mencobanya? " tanya Suina kaget.

" Boleh, tapi sedikit saja. " jawab Edo.

Suina pun langsung terlihat sangat senang, kemudian mulai mencicipi kue buatannya itu.

" Wahh... " gumamnya kaget dengan rasanya.

" Kenapa? nggak enak? " tanya Edo penasaran.

" Enak banget dok. " jawab Suina sangat menyukainya.

Edo pun tersenyum senang mendengarnya.

" Setelah makan siang, kamu boleh bawa kue kue itu. " ucap Edo.

" Memangnya dokter nggak mau? " tanya Suina heran.

" Saya bisa membuatnya lagi, kamu bawa dan berikan kepada orang orang di rumahmu, agar mereka bisa mencicipi hasil buatanmu. " jawab Edo.

" Em! mereka pasti akan suka. " ucap Suina yang sudah tidak sabar melihat reaksi mereka, begitu mencoba kue buatannya.

" Baiklah, saya mau siapin makan siang dulu buat kamu. " ucap Edo yang mulai mengeluarkan bahan bahan masakan.

Sementara Suina membantunya untuk membersihkan beberapa peralatan yang mereka gunakan dalam pembuatan kue tadi.

Setelah kegiatan mereka hari itu selesai, Suina pun langsung bersiap siap untuk pergi.

" Saya antar kamu pulang. " ucap Edo yang hendak mengambil kunci mobilnya.

" Oh nggak usah dok, aku masih harus mampir ketempat lain dulu. " jawab Suina.

" Ketempat nenek dan kakekmu? " tanya Edo.

" Em! " jawab Suina mengangguk.

" Lama nggak? " tanya Edo lagi.

" Mm.. seharusnya nggak, aku hanya ingin ketemu nenek sebentar. " jawab Suina.

" Ya udah, saya ikut. " ucap Edo.

" Memangnya dokter nggak sibuk hari ini? " tanya Suina penasaran.

" Nggak, hari ini saya libur nggak ada jadwal di rumah sakit. " jawab Edo.

" Ya udah deh. " ucap Suina yang tidak keberatan.

Keduanya pun langsung menuju kekediaman kakek dan neneknya Suina.

Edo langsung menghentikan mobilnya tepat di depan toko sembako itu.

" Kamu masuklah, saya mau cari tempat parkir sebentar. " ucap Edo.

" Em! " jawab Suina mengangguk sambil tersenyum.

Setelah turun dari mobil Edo, gadis itu langsung bergegas masuk kedalam.

Suina membawa beberapa cup cake yang ia buat, untuk mereka. dengan berharap mendapatkan respon baik.

Sesampainya di depan pintu toko kakeknya, Suina melihat kakeknya tengah berdebat dengan seseorang.

Karena penasaran ia pun masuk dan langsung menghampiri mereka.

" Ada apa ini? " tanya Suina penasaran.

" Kenapa kamu datang kesini lagi? " tanya kakeknya yang marah melihatnya datang.

" Suina datang kesini untuk mengantarkan kue buatan Suina. " jawab Suina.

" Aku tidak perlu kuemu, sekarang keluar. pergi dari sini! " ucap kakeknya mengusir dengan nada cukup keras.

" Iih! kakek, nggak baik tau galak sama cucuk sendiri. " ucap Suina tersenyum nakal.

" Heh bocah, kamu siapa? nggak lihat ya aku sedang bicara dengan pemilik toko ini? kamu ganggu orang tua tengah bicara saja. " ucap pria paruh baya itu, yang sedari tadi berdebat dengan kakeknya.

" Paman sendiri siapa? kok marah marah di tempat kakek saya? " ucap Suina yang malah balik bertanya dengan berani.

" Di tanya bukannya jawab, malah balik nanyak. " ucap pria paruh baya itu yang mulai kesal.

" Aku Suina, cucu dari pemilik toko ini. " jawab Suina dengan santainya.

" Omong kosong! aku tidak punya cucu sepertimu! " ucap kakeknya yang langsung protes.

" Tuh dengar, kamu bukan siapa siapa. keluar dari sini, ganggu aja. " ucap pria paruh baya itu.

" Nggak! " jawab Suina ngotot.

" Suina nggak akan pergi! nggak akan! " lanjutnya lagi menantang.

" Oh.. kamu cari masalah sama saya ya? " ucap pria paruh baya itu yang hendak ingin menyeret Suina keluar.

" Eehh.. jangan kau apa apakan cucuku. " ucap neneknya yang langsung membela gadis itu.

Suina langsung tersenyum melihat sang nenek membelanya di depan mereka bahkan sang kakek.

Tiba tiba Edo datang dan langsung berdiri di depan Suina, sambil menatap pria paruh baya itu dengan tajam.

" Ini siapa lagi? apa kau juga cucu kakek ini? " tanya pria paruh baya itu kebingungan.

" Tidak, tapi saya sudah meminta beberapa pihak keamanan untuk datang kesini, karena orang orang di luar merasa terganggu dengan keributan yang anda buat. " jawab Edo.

" Heh anak muda, jangan suka mengancam orang tua ya. memangnya kamu siapa? cucu kakek itu juga bukan. " ucapnya yang tidak takut dengan ancaman Edo.

" Yang cucunya itu saya, dan ini pacar saya. jadi sudah sepantasnya dia membela saya. " jawab Suina yang langsung maju sambil menantang.

Edo yang mendengar penuturan gadis itu, langsung kaget.

" Dan juga dia bakalan jadi cucu kakek dan nenek saya jika kita menikah, iya kan nek kek? " lanjut Suina.

" Siapa kakekmu, jangan bicara omong kosong. aku tidak punya cucu sepertimu. " jawab kakeknya yang tetap tidak mengakui Suina.

Tiba tiba ponsel Edo berdering.

Dengan cepat ia menarik Suina untuk berdiri di belakangnya.

" Polisinya dalam perjalanan kesini. " ucap Edo sambil memperlihatkan panggilan yang masuk kedalam ponselnya itu.

Semua yang ada di dalam toko tersebut langsung kaget mendengarnya, terutama si pria paruh baya itu.

" Awas aja kalian! " ucapnya marah, kemudian langsung bergegas pergi karena takut akan di tangkap.

" Hhuuu!! dasar cupu, nyalinya aja gede sama polisi takut. " ucap Suina sambil menyorakinya.

" Ssttt!! udah! udah. " ucap Edo yang langsung menutup mulutnya.

Kemudian ia langsung memberi salam kepada kakek dan neneknya Suina, karena merasa tidak enak sudah ikut campur dalam urusan mereka.

" Maaf kek nek, Edo sudah ikut campur. " ucap Edo dengan sopan.

" Nggak apa apa nak, justru nenek sangat berterima kasih. " jawab sang nenek.

Sementara kakeknya hanya memperhatikan Edo dan Suina dengan tatapan datar. seolah olah penasaran akan sesuatu dari kedua anak muda itu.

###NEXT###

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!