"umurku 26 tahun, jika ingin melakukan seks knpa memang walau hanya main main, Tak semua seks itu dengan perasaan serius" sahut Jovanka ketus. Sean cukup tercekat mendengarnya, bahkan terdiam, hanya tangannya semakin erat mencengkram pinggang Jovanka tanda bahwa emosinya mulai terpancing. "Kau telat sekali ingin memulai di umur 26 tahun" ejek Sean, . "Tidak ada yang telat jika menyenangkan" ucap Jovanka seolah membalas ejekan sean. "Jadi kau senang melakukan nya dengan ku?" tanya Sean dengan wajah yang sangat menyebalkan Skak, jovanka tidak Bisa berkata-kata lagi, " Bukan begitu jugaa" sahut jovanka gugup mengalihkan pandangannya ke arah lain. **** "Astagaaaaaaa aku juga akan menjalani kontrak pernikahan" teriak Jovanka tak terima. "Jovanka, siapa tahu saat berjalannya waktu kalian bisa saling jatuh cinta" ucap Vivian ibunya dengan lembut. "Itu lebih tak mungkin lagi,! teriak jovanka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lian14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
mengoperasi
Sean menggusar kasar rambutnya berbalik menjauh dari jovanka, mencoba mengendalikan dirinya sendiri yang sudah begitu marah atas sikap dokter di hadapan nya itu
Jovanka memandang Sean tajam "kalian hanya tahu cara menyalahkan orang lain atas kesalahan yang di buat sendiri" teriak jovanka pada Sean.
"KAAAU" teriak Sean mendekat kembali ke arah jovanka, tapi Risma dengan cepat memeluknya."Hentikan" ucap Risma menangis." Sudaaaah nak" mohonnya pada anaknya.
Ira langsung menarik jovanka bangun " dokter Jo hentikan, itu tidak benar, kau sedang bicara dengan keluarga pasien" tajamnya.
Jovanka memalingkan wajahnya, mencoba mengatur emosinya, yang di ucapkannya salah tapi dia tidak bisa menahan diri. " Aku ingin pulang" ucap nya menepis tangan Ira,
" Dokter Jo, dokter bedah Frans Faisal Marhan akan datang 1 jam lagi, saat itu kerusakan syaraf tangannya semakin parah" dokter residen laki laki itu mencoba menghentikan jovanka, Dimas namanya.
" bukankah kita mengutamakan pasien, tak peduli apa penyebabnya, dari mana mereka berasal, bukankah kita di sumpah untuk merawat pasien?" Sambungnya meyakinkan Jovanka
"Aku tidak merawat orang yang ingin Mati" ucap Jovanka sinis sambil ingin terus melangkah pergi
" Pasien itu seorang pelukis , sama seperti dokter bedah, tangan adalah hal paling berharga untuk seorang pelukis, jika syarafnya tidak di perbaiki,dia akan cacat, dia tidak akan bisa melukis lagi, karirnya akan berakhir sebelum di mulai," sahut Dimas cepat masih tak menyerah meyakinkan Jovanka
"AKU TIDAK PEDULI" teriak jovanka.Emosinya sudah sangat tinggi sekarang, sampai Ira mendekat ke arah Jovanka dan berbisik " ku mohon padamu, dia pasien VIP, semua orang akan bertanya kenapa aku tidak mengambil alih, semua orang akan tahu bahwa aku tidak berkompeten jovanka" bisik Ira memohon pada sahabat nya itu
"Ira ku bilang jangan memaksa ku, aku tidak mau" teriak jovanka marah mendorong Ira.
"Naaak, ibu mohon, ibu memohon padamu nak, selamatkan putriku, tolong aku nak,Jangan melihat penyebab nya, jangan melihat putra ku yang kasar padamu.Lihatlah aku sebagai seorang ibu, selamat kan anak ku" ucap risma mengatupkan tangannya memohon pada jovanka, air matanya bahkan tak berhenti luruh.
"Jangan memohon padaku, aku tidak bisa" ucap jo lirih nada dan raut wajahnya seketika lembut pada Risma. "aku sungguh tidak bisa ibu" lirihnya Menggenggam tangan Risma yang bertaut memohon
"Aku mohon padamu, mereka bilang jika tidak di operasi dia tidak akan bisa melukis lagi" ucap Risma menangis, "aku mohon nakk" ucapnya pada Jo "Melukis adalah satu satunya yang membuat nya semangat hidup, tolong dia ,aku mohon" ucap Risma tersedu sedu
"Ibu tolong jangan memohon padaku, aku benar benar tidak bisa" ucap Jovanka lirih. bahkan suaranya jelas bergetar menandakan emosinya sangat berantakan ,Jovanka menarik tangannya yang gemetar agar orang orang tidak melihatnya.
"Jangan memohon padanya ibu" teriak Sean.
"Sean hentikan" lirih Risma.
"Maafkan anak ku yang kasar, kau marah karnanya, aku akan berlutut padamu meminta maaf" ucap Risma menekuk kakinya berlutut. .
"Hei ibu jangan" ucap Jovanka gemetar.
"Ibu bangun" teriak Sean.
"Tidaaak, jika tidak di operasi adik mu tidak akan bisa melukis lagi" isak Risma pada Sean
"Aku tidak bisa mengoperasinya,Tolong jangan memaksaku" lirih jovanka.
Risma menangis di hadapan jovanka yang juga berlutut di hadapan Risma."Ku mohon pada mu naaak" ucap Risma lagi hingga Jovanka berdiri dan berbalik dari Risma , memejamkan matanya mencoba mengelola emosinya yang jelas sangat kacau sekarang, berkali kali tangannya mengusap wajah dan menjambak rambutnya sendiri.
Aku sudah ktrigger, apa aku bisa melakukannya Fikir Jo.
"Jovanka tolong" ucap Ira mendesaknya.
"Iraa diam" teriak jovanka,Jovanka berjongkok membenamkan wajahnya di lututnya."Tidak bisa,emosi ku terlalu tinggi" gumamnya.
"Jo please" lirih Ira, semua orang melihat ke arah mereka bingung.
Lakukan saja fikirnya mulai berbalik kembali ke arah Risma yang masih berlutut.
"Bangun ibu" ucapnya lembut.
"Aku akan mengoperasinya " sambungnya lembut menarik Risma,tangannya masih bergetar hebat,. Jovanka membawa Risma duduk di kursi tunggu.
"Kau gemetar nak?" ucap Risma menggenggam tangan jovanka yang gemetar hebat,
"Iya aku terlalu emosi" lirih nya memejamkan mata di hadapan Risma. .
"Jo hei, hei ,lihat aku" ucap Ira berjongkok di depan jovanka.
"Ira emosi ku berantakan" lirih jovanka mengangkat naik tangannya yang gemetar hebat
Semua orang memandang nya bingung. Mereka fikir Jovanka ketakutan karna di bentak Sean.
"Jovanka lihat aku, tarik nafas mu 2 detik" ucap Ira sambil menggenggam tangan jovanka.
Jovanka menatap Ira,matanya beralih ke Dimas Cek tanda vitalnya" titahnya,dia kehilangan fokusnya
"Baik dokter" ucap Dimas.
"Jovanka lihat aku, kau hnya butuh waktu 1 menit, Lihat aku" tegas Ira tajam, Matanya tidak bisa fokus pada Ira.
"Jovanka dengar aku,dengar aku, tenang, kau sedang di UGD dan merawat pasien ,ingat itu" ucap Ira menarik tangan Jo dan meletakkannya di dada jovanka sendiri.
"Kau baik baik saja" sambungnya dengan Jovanka yang memejamkan matanya.Semua orang bingung melihat tingkah 2 dokter itu. Mereka sedang apa bisik para perawat.
Jovanka menghela nafasnya panjang," minggir "ucapnya pada Ira, .
"Kau oke ?" tanya Ira lagi,
"Oke!" sahut Jo cepat bangkit dari duduknya.
" Hub dokter anastesi, siapkan ruang operasi, minta persetujuan keluarganya," titah jovanka pada perawat.
" Dokter Humaira Marhan, aku dokter spesialis bedah umum jovanka marsya meminta ijin memimpin operasi di rumah sakit ini" ucap Jo menghadap Ira
Ira tersenyum senang mengambil jubah operasi yang di serahkan perawat, dan memakaikannya pada jovanka. " dokter Jovanka, kau di ijinkan memimpin operasi di sini" sahutnya tegas.
" Kau, dokter residen? Kau masuk keruang operasi sebagai asisten utama ku" titah Jo pada dimas ,
“Baik dokter “ sahut Dimas cepat dan tersenyum senang, ia langsung berlari ke ranjang pasien untuk mempersiapkan pemindahan ke ruang operasi..
Semua l dokter jaga dan perawat berbisik bisik, siapa sebenarnya dokter itu, sepertinya dia dekat dengan dokter Ira, bukankah dokter Ira juga dokter bedah, kenapa bukan dia yang mengoperasi.
Tapi bukankah hanya dr Frans yang memiliki keahlian menyambung syaraf yg putus, dia terlihat lebih mudah dari dokter frans
Jovanka melangkah menuju keruang operasi,Di depan ruang operasi dia mencuci wajahnya dengan kasar, dengan Dimas yang memperhatikan tingkahnya.
"dokter kau baik baik saja "tanya Dimas khawatir.
"Iya" sahut jovanka ketus berkali kali menautkan tangannya yang saling genggam karna terus gemetar hebat,.
"Dokter kau sepertinya tidak baik "ucap Dimas khawatir.
"Aku tidak apa apa" sahutnya sangat ketus.
Matanya memejam, getar tangannya mulai berkurang, emosinya mulai stabil.Ada apa dengan dia fikir Dimas,
Jovanka mulai membersihkan dan mensterilkan tangannya dan mulai masuk ruang operasi Diikuti oleh Dimas. Di ruang operasi,jovanka akan memulai kegiatan operasi, Sebelum memulainya jovanka menghela nafasnya panjang.
"Saya dokter jovanka Marsya, spesialis bedah umum, akan melakukan operasi pada pasien Salsabila dengan kasus luka sayatan di pergelangan tangan, untuk penyambungan syaraf sensorik yang putus"
"Bisa saya mulai?" tanya nya
" Silahkan di mulai dokter " sahut dokter anastesi memberi ijin .
yg sabar ya jo... 😍
untung aja dia gk tantrum lagi, bang sean udh ketar ketir itu🤭