NovelToon NovelToon
Gara-Gara COD Cek Dulu

Gara-Gara COD Cek Dulu

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta pada Pandangan Pertama / Wanita Karir / Romansa / Trauma masa lalu
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Basarili Kadin

Berawal dari pembelian paket COD cek dulu, Imel seorang guru honorer bertemu dengan kurir yang bernama Alva.
Setiap kali pesan, kurir yang mengantar paketnya selalu Alva bukan yang lain, hari demi hari berlalu Imel selalu kebingungan dalam mengambil langkah ditambah tetangga mulai berisik di telinga Imel karena seringnya pesan paket dan sang kurir yang selalu disuruh masuk dulu ke kosan karena permintaan Imel. Namun, tetangga menyangka lain.

Lalu bagaimana perjalanan kisah Imel dan Alva?
Berlanjut sampai dekat dan menikah atau hanya sebatas pelanggan dan pengantar?

Hi hi, ikuti aja kisahnya biar ga penasaran.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Basarili Kadin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kurir Alva

Hari ini rasanya terlalu menyebalkan di sekolah, tetapi ada sedikit bunga yang diberikan oleh Gian. Ternyata, tidak semua orang atau bahkan tidak semua guru bisa berinteraksi dengan Gian. Hal ini juga menyebabkan Gian dipandang aneh, seakan semua orang takut kepadanya. Padahal dia hanya anak laki-laki yang memendam banyak luka.

Di sekolah dia tidak punya banyak teman, dia lebih asik sendiri, tetapi banyak orang yang mendekati. Namun, dia benar-benar cuek dan tidak peduli sehingga tidak semua orang bisa dekat dengannya. Wajar dia banyak penggemar karena dia memang ganteng, tinggi, putih, cool, kalem, ah pokoknya sempurna. Andai saja dia di atas umurku, pasti sudah ku embat. Sayangnya, dia di bawah umurku, tapi-tapi ada satu tempat yang selalu dia datangi yaitu perpustakaan.

Aku bercerita karena tadi Gian mengatakan hal itu kecuali tentang di umur sekarang dia masih sekolah. Katanya ingin ngobrol langsung di tempat yang nyaman bukan di sekolah.

Benar saja, apa yang dikatakan Gian itu fakta, aku melihatnya sendiri saat bel istirahat berbunyi. Teman laki-laki banyak yang mengajaknya untuk nongkrong atau jajan bareng, tetapi Gian menolak dan lebih suka ke perpustakaan. Di saat itu juga ada segerombolan para cewek-cewek cantik tiba-tiba masuk ke perpustakaan, aku pikir hanya ingin membaca tetapi ternyata untuk mendekati Gian. Namun, anak itu sangat cuek dan tidak peduli, bahkan dia pindah tempat mungkin karena risih dan lebih memilih menghampiriku lagi. Sehingga kita berdua pun membaca bareng di taman sekolah, aku tahu banyak mata yang melihat, tetapi aku lebih senang ketika Gian mengembangkan senyumnya ketimbang jutek dan dingin seperti es.

Saat ini pun aku pulang diantar Gian, aku tidak memintanya tetapi dia yang menginginkannya.

"Teh, makasih buat hari ini. Aku pulang, besok aku ke sini lagi," ujarnya setelah kakiku menginjak teras.

Sekarang Gian sudah berani memanggilku dengan sebutan "Teteh" dan kini bahasa kita tidak se-formal biasanya pake sebutan "Saya."

"Buat apa?"

"Teteh bakalan terus aku jemput."

"Ih gak usah, teteh pengen jalan kaki kali-kali biar fresh," tolakku karena merasa tidak enak.

Bahkan aku sempat berpikir untuk membayarnya, tetapi rasanya tidak mungkin dia menerimanya.

"Pokoknya aku akan datang setiap hari ke sini, mau teteh ikut aku atau enggak ya terserah."

"Emh, oke."

Dia kembali menyalakan motornya, tetapi aku memanggilnya agar jangan dulu pulang dan kemudian aku memberikan uang lima puluh ribu kepadanya, tetapi dia menolak.

"Apaan sih, dikira aku ini tukang ojek?" Dia sinis menatapku.

Oh my god, tatapannya membuatku ngeri sampai terdiam, ini serius dia seperti marah.

"E-enggak, cuma buat jajan aja."

"Ga ah ga mau," ucapnya dan langsung melaju tanpa pamit lagi.

Ternyata rasanya tidak enak juga dijutekin secara langsung oleh Gian, mungkin benar dia tidak mengharap apa pun dariku selain aku harus mau dijaga olehnya.

Untuk saat ini aku belum menolak ajakannya, lain kali aku akan menolaknya. Ingin tahu bagaimana reaksinya.

***

Jam lima sore, aku mandi kemudian makan, rebahan di kasur sambil menatap layar ponsel. Ponsel yang satunya masih dimatikan karena benar-benar masih membuatku pusing. Aku hanya ingin santai dan tenang hari ini meskipun cuma sehari, tetapi itu berarti bagiku.

Dring!

"Teh, masih belum pesan paket, ya?" Satu notifikasi dari kurir Alva.

"Hehe, belum A." Aku membalas.

"Kenapa?"

"Belum ada yang mau dipesan."

"Lagipula kenapa harus pake pesan paket segala sih?"

"Kan biar bisa ketemu dan lihat."

"Emang kalau langsung gak bisa ya?" tanyaku menguji.

"Bisa, tapi paling bisa pun malam."

"Waduh, kok gitu?"

"Iya santainya malam, kamu bisa ditemui malam hari?"

"Ya enggalah, ya kali saya nerima tamu malam-malam," balasku menolak dan tidak suka.

"Ya sudah."

"Kamu beneran belum punya pacar?" tanya lagi.

Dia seperti tidak percaya kalau aku ini masih single era.

"Belum, apa sih nanya-nanya gitu lagi." Seketika mood ku berubah menjadi tidak baik.

"Nanya saja."

"Kenapa masih belum punya pasangan?" Dia kembali bertanya.

"Saya sudah bilang, saya matre dan selalu realistis, egonya tinggi, cerewet, ga akan ada yang bisa ngalahin ego saya. Ini Aa kalau cuma mau ganggu doang jangan ke saya. Saya ini orangnya suka berubah-ubah moodnya." Dengan kesal aku pun membalasnya dengan penuh penekanan.

"Ooh, gitu. Gapapa, bisa diimbangi. Lagipula saya bakalan serius kalau di sana mau menerima saya." Balasannya membuatku diam seketika, tidak kalah diam aku tetap akan membalasnya.

"Oke Aa kurir, apa yang Aa lihat dari saya? Saya hanya guru honorer yang gajinya kecil, so pasti saya bakalan morotin uang Aa kalau Aa mau sama saya," balasku diikuti emoji smile.

"Ya gapapa, kan saya punya uang," balasnya.

Aku gak mau kalah, aku tetap membalasnya. Mau sampai mana sih ini kurir, aneh banget rasanya. Semalam menyenangkan tapi sekarang menjengkelkan. Memang tidak bisa ditebak, sama halnya seperti mood ku yang tidak beraturan.

"Tapi saya pemarah loh, kayak bocil juga. Pokoknya gak bakalan bisa membuat laki-laki tenang dan sabar ngadepin saya, yang ada malah marah balik dan saya tidak suka."

"Saya tidak peduli, saya akan sabar meskipun kamu bar bar. Iya kan bar bar?"

"Iya."

Aku membalasnya dan berpikir sejenak.

"Emang yakin bakalan sabar?" tanyaku lagi.

"Yakin."

"Akan kubuktikan semua ucapanmu itu, Tuan," balasku.

"Silahkan, jika nanti hati Anda terpaut kepada saya, jangan tantrum selalu ingin dikabari," balasnya membuat sebelah bibir atasku terangkat.

Dih, Alva ngomongnya songong juga. Dikira aku ini cewek yang mudah jatuh cinta gitu?

"Saya tidak mudah jatuh cinta, jangan kepedean 😏" balasku seraya diikuti emoji.

"Iya, itu sama orang lain. Kalau sama saya kamu beda."

"Orang lain tidak sanggup dengan sifat dan sikap kamu bukan? Sedangkan saya menyanggupi"

"Ancaman dan tantangan apa lagi yang akan nona berikan sama saya, saya akan kalahkan egomu nona."

Dia mengirim tiga pesan sekaligus yang membuat diriku menggertak. Aku tidak membalasnya dan hanya membacanya saja.

Terkadang entah harus bersyukur atau tidak jika ada yang mendekati dengan cara seperti ini, tetapi terkadang jujur ilfeel juga, tetapi dengan Alva rasanya aku tertantang juga dan bersama Gian rasanya aku seperti memiliki keluarga di tempat yang jauh dari rumah ini.

Namun Alva? Tidak, ini bukan kurir seperti biasanya. Apakah dia pemarah? Kok dia seberani itu akan mengalahkan egoku.

Atau dia main guna-guna sampai aku benar-benar mengalah padanya?

What? Tidak mungkin, ini tidak mungkin.

Update setiap hari!

Happy reading, ambil hal yang baiknya dan abaikan hal buruknya.

1
Bonsai Boy
Jangan menunda-nunda lagi, ayo update next chapter sebelum aku mati penasaran! 😭
Hiro Takachiho
Gak sabar nih baca kelanjutannya, jangan lama-lama ya thor!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!