Setelah menangkap basah suaminya bersama wanita lain, Samantha Asia gelap mata, ia ugal-ugalan meniduri seorang pria yang tidak dikenalnya.
One Night Stand itu akhirnya berbuntut panjang. Di belakang hari, Samantha Asia dibuat pusing karenanya.
Tak disangka, pria asing yang menghabiskan malam panas bersamanya adalah CEO baru di perusahaan tempat dirinya berkerja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Payang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10. Didisiplinkan Karena Terlambat.
Ding! Dong! Ding! Dong!
"Siapa ya..." Samantha bergumam. Dirinya baru saja selesai membersihkan diri, segera keluar kamar menuju pintu depan.
klek.
"Taraaaa!"
"Ya ampun, kak Dona... Bikin kaget aja," Samantha mengelus dada lalu ikut terkekeh melihat senyum lebar tetangganya itu, pandangannya lalu turun pada piring bawaan di tangan Dona.
"Maaf ya, Sa... Gado-gadonya berubah jadi rujak cingur, soalnya jeng Yeni nyumbang cingur, nanas, sama bengkoang, terus si mbak Rita juga nyumbang mangga muda, jadilah seperti ini. Sekalian buat buka puasa di masjid tadi."
"Nggak papa, Kak... 'kan hasilnya malah lebih mantap ini," Samantha gegas mengambil alih piring dari tangan Dona.
"Kak Dona nggak ikut tarawih?" tanpa banyak drama, Samantha segera menyuapkan sesendok ke dalam mulutnya, begitu mengaduk-aduk sedikit bumbu petisnya.
"Nggak, lagi ada tamu bulanan, Sa. Gimana, enak?" Dona menatap cara makan Samantha penuh minat.
"Hm... Rasanya emang juara!" Tanpa ragu Samantha mengacungkan jempolnya. Rujak cingur buatan ibu-ibu kompleknya memang tidak diragukan lagi cita rasanya.
"Mas Kiano juga ikutan makan rujak cingurnya di masjid tadi." Dona berucap.
"Uhuk! Uhuk!"
"Ih, Samantha! Hobi banget sih tersedak!" Dona berlari tunggang-langgang memasuki rumah Samantha dengan panik, tidak lama segera kembali, membawa sebotol air mineral.
Gluk. Gluk. Gluk.
"Terima kasih, Kak," Samantha merasa tenggorokannya sudah lega, botol air minumnya ia letakan di atas meja teras rumahnya, bersisian dengan piring rujak cingurnya.
"Pak Kiano, apa dia tadi dihukum warga?" Samantha bertanya pelan. Walau tadinya ia berusaha tidak perduli, namun rasa penasarannya memaksanya untuk mencari tahu.
"Nggak lah..." Dona menatap Samantha.
"Aku salut sama kamu, Sa. Sekalipun mas Kiano itu seorang supir, tapi kegantengannya tidak kalah sama bos-bos berdasi. Dan kamu yang notabenenya telah diselingkuhi suami kamu, sama sekali tidak tergoda sama ketampanan sopir ganteng itu, malah membanting pintu dan mengusirnya pergi. Kamu hebat!" Kini Dona yang mengacungkan jempol pada Samantha.
"Kamu mau tersedak lagi, Sa?" Dona menatap heran pada Samantha yang cepat-cepat mereguk minumannya kembali.
"Iya, tenggorokanku gatal melulu, Kak. Tadi... Pak Kiano bilang aku mengusirnya?" Samantha menatap Dona dengan raut penuh keingin tahuan.
"Iya, Sa. Padahal mas Kiano itu cuma mau minta teh hangat, tapi kamu malah mengusirnya pergi dengan membanting pintu. Dia itu rekan kerjamu, Sa... kok kamu tega sekali nggak kasih dia minum. Sama kami warga sini aja kamu royal, masa sama sopir yang udah bantuin anter kamu sana-sini pelit sih?"
Samantha hanya bisa tersenyum canggung mendengar ucapan Dona.
...______...
Samantha turun dari mobilnya, waktu sudah menunjukan pukul 8:10, itu artinya dirinya terlambat sepuluh menit. Tujuh tahun berkerja, keterlambatannya bisa dihitung dengan lima jari tangannya karena kemacetan atau harus singgah ke kantor dinas pekerjaan umum dulu.
Tapi hari ini, ia sengaja terlambat agar tidak berpapasan dengan Kiano, hampir seminggu ini ia selalu berpapasan dengan pria itu di pukul tujuh pagi saat sama-sama berada di parkiran.
Di tempat parkiran khusus, mobil pria itu sudah terparkir rapi disana.
Samantha menghembuskan nafasnya, lalu melangkah meninggalkan area parkir. Suasana kantor tenang, semua karyawan sudah memulai pekerjaan mereka masing-masing. Hanya ada beberapa karyawan yang lalu lalang selain para cleaning servis yang sedang melakukan tugas mereka.
Ting!
Pintu lift perlahan terbuka, setelah Samantha menekan tombol pada panel kontrol.
"Hmph!" Samantha terperanjat, matanya membulat melihat sosok yang sedang ia hindari malah sedang menatapnya di dalam sana.
Belum sempat berlari tangan Samantha sudah dicengkam Kiano, lalu ditarik masuk hingga membentur dada pria itu.
"Kamu rela terlambat agar tidak bertemu denganku, 'kan?" Kiano menatap dingin Samantha yang berpegangan kuat ditubuhnya, karena perempuan itu hampir saja terjatuh akibat ulahnya.
"Apa dia cenayang?"
Samantha gegas melepas pegangannya, menegakkan tubuh sambil merapikan kemeja kerjanya yang sedikit berantakan.
"Ti-tidak, Pak. Ta-di jalanannya macet." Samantha terbata, matanya tidak lepas mengawasi angka yang terus berubah pada indikator lift, takut terlewat.
"Aku tahu kamu berbohong."
"Apa yang Bapak lakukan?" Samantha menegang, saat tubuh Kiano langsung menghalangi dirinya yang hendak mengubah tujuan lantai.
"Bukankah karyawan yang terlambat harus didisiplinkan?"
"Akh!" Samantha memekik kaget, begitu tubuhnya serasa melayang di udara dan dalam sekejap mata mendarat di pundak kokoh Kiano.
"Lepasin, turunin saya!" Samantha meronta, memukul punggung Kiano yang memanggulnya keluar dari lift, rambut panjangnya melambai-lambai bagaikan akar-akar pohon beringin yang menjuntai.
"Lepasin, lepasin! Saya gigit! Grrkk!"
Kiano meringis pelan, gigitan Samantha pada otot punggungnya lumayan nyeri, tapi dirinya tidak perduli.
"Tidak semudah itu. Disiplin itu perlu supaya kamu tidak mengulangi keterlambatanmu yang disengaja."
Klek.
Pintu terkunci otomatis dibelakang mereka, setelah Kiano masuk membawa Samantha masuk dan menurunkannya di kasur yang ada di ruang kerjanya.
Samantha tidak bisa langsung bangun, ia merasa pusing karena posisi kepalanya tadi yang terbalik kebawah, begitu pula perutnya yang tertekan pada pundak Kiano masih berasa keram.
"Laki-laki breng sek!" umpatnya kesal.
"Kamu yang membuatku jadi breng sek setelah malam itu." Kiano mengungkung Samantha di bawahnya, melucuti semua kain yang menempel di tubuh wanita itu, menerkamnya dengan buas hingga tak berdaya dalam kekuasaannya.
...______...
Dibawah selimut tebal, Samantha menggeliat pelan, hampir tak sanggup menggerakan tubuhnya yang serasa remuk redam.
Klek.
Kiano keluar dari kamar mandi setelah membersihkan diri.
Samantha gegas menyelubungi kepalanya dengan selimutnya, melihat Kiano tanpa sungkan melorotkan handuknya untuk berganti pakaian kerja.
"Pria jahanam!" Samantha menggigit kuat selimut yang menutupi wajahnya dengan perasaan frustrasi.
"Berhenti mengumpatku. Kamu istirahat saja bila tubuhmu masih sakit, aku memahamimu." Datar Kiano, suaranya jelas terdengar dikeheningan kamar.
"Besok-besok, terlambat saja lagi, bila kamu mau bercinta denganku."
"Cih! Dasar laki-laki breng sek!"
"Aku tahu kamu mendengarku dibalik selimut itu, juga terus mengumpatku. Tenang saja, aku tidak akan marah." Setelah berucap demikian, Kiano keluar, kembali melanjutkan pekerjaannya.
Samantha turun perlahan dari ranjang, langkahnya tertatih masuk ke kamar mandi. Rasa nyerinya kali ini lebih parah dari yang pertama, bahkan yang kedua kali ketika itu.
Selesai membersihkan diri, Samantha cepat mengenakan pakaian kerja yang telah Kiano siapkan. Tidak lupa memoles make-up untuk menyamarkan beberapa cap bibir yang tidak pernah lupa pria itu tinggalkan pada leher jenjangnya.
Klek.
"Kamu tidak istirahat dulu?" Kiano bertanya datar, melihat Samantha keluar dari kamar pribadinya.
"Aku harus kerja, tidak mau menikmati rasa sakit seperti orang pesakitan," sarkas Samantha dengan wajah penuh kejengkelan.
"Oh, kamu hebat. Ternyata kamu wanita yang kuat."
"Diam! Jangan mengejekku! Aku sedang emosi, tau!"
Kiano spontan mengatupkan bibirnya.
Blam!
Bantingan pintu yang dilakukan Samantha membuat Kiano terlonjak kaget. Ia tahu Samantha sedang marah besar padanya.
Bersambung✍️
syang.. aku ijin pergi ke sana yaa... semangat kerjanya.. papay.. muaahh/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer/