Drasha, si gadis desa yang cantik dan polos tiba-tiba diklaim sebagai keturunan keluarga Alveroz yang hilang 15 tahun silam.
Kecuali Nyonya besar Alveroz, tidak ada dari keluarga itu yang menerima Drasha. Bahkan dua orang yang katanya mama papa biologis Drasha lebih mengutamakan sang anak angkat.
Bagi mereka, Drasha adalah putri palsu yang hanya ingin memanfaatkan harta keluarga Alveroz. Sementara itu, sang anak angkat yang pandai mengambil hati keluarga, membuat posisi Drasha semakin terpojok.
Tapi, tanpa mereka semua tahu, Drasha bukan ingin memeras harta keluarga Alveroz melainkan dia membawa dendam dalam hatinya.
Siapa Drasha sebenarnya? Apakah dia memang putri palsu atau justru putri asli keluarga Alveroz? Dendam apa yang membuat Drasha memasuki keluarga Alveroz?
Yuk temukan jawabannya di cerita Drasha.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yita Alian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketegangan di Meja Makan
Matahari cerah telah menyapa kediaman keluarga Alveroz. Di dalam kamarnya, Drasha sudah memakai seragam sekolah. Rambutnya baru saja dikuncir rendah. Dia kemudian mengecek penawaran misinya di website Roos. Tapi, belum ada satupun member yang sesuai kriteria yang Drasha butuhkan.
Sudah ada beberapa yang mengajukan diri, tapi setelah Drasha menjelaskan kalau dia butuh orang yang bisa hack CCTV sekolah, tidak ada yang mampu.
Ah, ada juga yang bilang bersedia tadi malam. Tapi, ujung-ujungnya Drasha kena tipu. Untung uangnya segera kembali dan penipu itu langsung dikeluarkan dari keanggotaan Roos.
Kenapa bisa ketahuan?
Drasha segera melaporkan masalah itu di website Roos dan langsung ditindaklanjuti. Tampaknya, penipu itu baru nyemplung dan tak membaca peraturan dulu sebelum bergabung di Roos.
Drasha yang baru gabung saja sudah paham sistemnya. Padahal dia hanya gadis desa yatim piatu.
Lanjut, Drasha mengantongi hape lalu keluar dari kamar sambil menggantung ranselnya di belakang, menuju ruangan makan.
Di sana, ada Oma Althea yang duduk di ujung meja. Papa Riovan, Mama Tamara dan Cherryl duduk berjejeran di sebelah kanan. Sementara, di sebelah lainnya, ada dua anggota keluarga yang pertama kali Drasha lihat secara langsung. Sebelumnya, gadis itu cuma melihat mereka di foto keluarga besar Alveroz.
“Nah, ini dia cucu cantik kesayangan oma!” seru oma Althea.
“Selamat pagi semuanya,” sapa Drasha, menundukkan kepala dengan sopan.
Tidak ada yang menjawab, semua hanya fokus pada sarapan masing-masing. Kecuali sang oma.
“Selamat pagi, sayang.” Oma Althea menunjuk kursi di sebelah anak kedua Narendra. “Duduk di sana, Drasha … di samping Nikko.”
“Kamu pasti bingung mereka berdua ini siapa,” sambung Oma Althea.
Drasha mengangguk malu-malu. “I-ya, Oma.”
“Mereka anak kedua oma dan anak kedua om Narendra. Kamu panggilnya Tante Seraphina. Kalau Nikko panggil kakak. Mereka berdua baru tiba dini hari tadi, tante Seraphina ini model, kalau Nikko aktor dan model juga walaupun masih sekolah, kebetulan mereka satu project di Belanda.”
Nikko memiliki wajah yang tampan rupawan. Drasha tidak heran kalau kakak sepupunya itu jadi aktor dan juga model. Begitu juga dengan tante Seraphina. Dia tidak bisa mengelak kalau keluarga Alveroz ini memang dianugerahi wajah cantik dan tampan yang unik mempesona.
“Keren, Tante, keren Kak Nikko,” kata Drasha. “Oh iya, perkenalkan… saya Drasha, Tante, Kak.”
Di seberang, papa Riovan dan mama Tamara tidak berkomentar. Sementara, Cherryl, emosinya meletup dari dalam tapi ditahan. Dia tidak suka melihat Drasha yang tampak dimanja sekali oleh Oma Althea.
Di sisi lain, apa Tante Seraphina dan Nikko peduli dengan perkenalan Drasha?
Tidak.
Mereka lanjut menyuap makanan mereka.
“Ini gadis keberapa yang mama kira Drasha?” sahut Seraphina dengan nada yang menyindir.
“Seraphina! maksud kamu apa… ini bukan perkiraan, tapi dia memang Drasha. Benar, kan, Riovandra… Tamara?”
Papa Riovan dan Tamara hanya diam. Mereka sampai sekarang menganggap Drasha itu Drasha palsu yang hanya ingin menguras kekayaan dari Alveroz.
Oma Althea berdecak kesal. “Kenapa sih kalian ini selalu memperlakukan seakan-akan mama ini punya penyakit pikun yang serius dan suka halusinasi!?”
“Tidak begitu, mama,” Tante Seraphina dengan lipstik merah terangnya, menghentikan pergerakan tangan di atas piring. “Berkaca dengan yang lalu-lalu, setiap gadis yang mama bawa dan umumkan sebagai Drasha semua punya tujuan sama. Mendapatkan uang sebanyak-banyaknya. Ditawarkan sejumlah uang mereka semua memilih pergi. Jadi, kami semua hanya melindungi mama dari pemeras atau … penipu.”
Sudut mata Tante Seraphina melirik ke arah Drasha. Gadis itu sadar dengan tatapan dingin nan tajam tersebut.
BRAKK!
Oma Althea menggebrak meja dengan tangannya. “Apa kalian semua buta! Drasha itu memang Drasha yang asli, cucu mama, putri tunggal kalian, Riovandra dan Tamara. Bahkan tanpa tes DNA, mama yakin dia anak kalian.”
“Apa sebagai orang tua kandung tidak punya ikatan batin dengan anak kalian sendiri!?”
“Dan, kamu! Seraphina! jangan berani-berani menyebut cucu mama sebagai penipu!”
Nikko segera beranjak dari kursi dan menghampiri oma Althea dan merangkulnya lembut. “Oma sayang, tenang dulu, jangan marah-marah, yah. Iya, Drasha itu cucu oma.”
“Oma makan disuapin aku, yah,” kata Nikko pelan, sambil mengelus-elus pundak imanya.
Wanita tua itu langsung tenang. “Tapi, kamu bukannya mau berangkat ke sekolah.”
“Nggak papa, Oma, apa yang enggak buat oma aku tersayang.” Nikko lalu menoleh pada pelayan yang berdiri di sudut ruangan. “Bawa makanan untuk oma ke kamar!” titahnya.
Di ruangan makan, kini tersisa Drasha, Papa Riovan, Mama Tamara, dan Cherryl. Setelah Nikko dan Oma Althea berlalu, Tante Seraphina ikut meninggalkan meja makan. Dia tidak tahan semeja dengan Drasha.
“Lebih baik kamu sarapan,” kata Riovan pada Drasha yang belum menyentuh makanan sama sekali. “Kalau kamu sakit, mama saya pasti menyalahkan kami semua lagi.”
“Baik, Tuan,” sahut Drasha pelan.
Sementara itu, Cherryl menunduk dengan wajah murung. Tamara menyentuh pundak putri kesayangannya itu. “Kenapa, sayang?”
Riovandra berpindah kursi ke samping Cherryl. “Ada apa, sayang?”
Cherryl mulai menitikkan air mata. “Aku bingung, Mah… Pah… aku udah 12 tahun lebih di keluarga ini, tapi oma nggak pernah sesayang itu sama aku, hiks hiks hikss … Tapi, Drasha yang baru satu minggu di sini sudah dapetin kasih sayang oma.”
Drasha mengunyah pelan. Lagi-lagi Cherryl itu memulai dramanya. Tapi sudahlah, lebih baik dia makan saja. Drasha harus fokus menyelesaikan masalahnya sendiri yang dituduh jadi pembully itu. Dia butuh energi. Jadi makan saja.
“Oma nggak pernah pilih kasih, sayang, oma cuma lagi fokus aja sama cucu yang dia kira Drasha,” kata Tamara.
Riovan mengelus pucuk kepala Cherryl. “Benar kata mama, kita semua tahu kalau dia bukan Drasha yang asli, dia juga sudah menandatangani perjanjian dengan papa. Jadi kamu jangan sedih lagi, yah, sayang.”
Cherryl mengangkat wajahnya dan menyeka air di pipinya. Dia lalu tersenyum pada Tamara dan Riovan. Niatnya mau pamer pada Drasha, tapi gadis di hadapannya itu hanya menikmati sarapan.
Dalam hati, Cherryl merutuk. “Lo pasti pura-pura nggak iri kan, Drasha. Tapi sebenarnya lo udah susun rencana licik buat rebut posisi gue ini.”
“Tunggu aja sampai gue bongkar kedok asli lo setelah tahu latar belakang lo yang sebenarnya.”
"Cewek-cewek yang ngusik ketenangan gue bisa gue singkirin dengan tenang. Tapi, lo Drasha. Gue bakalan ngasih pelajaran yang bikin lo nyesel berhadapan sama gue."
Selanjutnya, Riovan menatap Drasha. "Kamu, jangan lupa selesaikan masalah video itu hari ini."
Drasha menelan makanan di mulutnya, lalu mengangguk sopan. "Baik, Tuan, saya mengerti."
Sementara itu, Tamara hanya memandang datar pada Drasha.
cwo yg di toilet restoran itu jg gk sih
penasaran bangt sm siapa drasha
beneran drasha asli ato plsu