Cerita ini lanjutan Aku Yang Tidak Sempurna.
Bakat yang di milikinya adalah warisan dari sang mama yang seorang pelukis terkenal.
Namun ia lebih memilih menjadi pelukis jalanan untuk mengisi waktu luangnya. Berbaur dengan alam itu keinginannya.
Dia adalah Rafan Nashif, seorang pelukis jalanan dan sekaligus seorang CEO di perusahaan.
Namun tidak banyak yang tahu jika dirinya seorang CEO, bahkan pacarnya sendiri pun tidak tahu.
Sehingga ia di hina dan di selingkuhi karena di kira hanya seorang seniman jalanan yang tidak punya masa depan.
Bagaimana kisah selanjutnya? Jika penasaran, mampir yuk!
Cerita ini hanyalah fiksi belaka, jika nama tempat, nama orang ada yang sama itu hanya kebetulan semata dan tidak bermaksud untuk menyinggung siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 10
Rafan yang hendak naik ke motornya pun tidak jadi karena mendengar suara memanggilnya.
"Mas tunggu!" Lestari berlari kecil menghampiri Rafan.
"Tari, kamu di sini?" tanyanya.
"Iya Mas, aku dulu tinggal di sini, tapi setelah dewasa aku keluar dari panti. Kebetulan ya Mas bertemu lagi di sini," ungkap Lestari.
Rafan mengangguk dan tersenyum, ia juga tidak menyangka jika Lestari ada di tempat ini.
"Oh ya, Mas sudah mau pulang?" tanya Lestari.
"Iya, aku harus tiba di rumah sebelum magrib," jawab Rafan.
Lestari mengangguk lalu mengucapkan terima kasih kepada Rafan karena sudah menjadi donatur di sini. Rafan hanya tersenyum dan mengangguk mengiyakan.
Rafan pun pamit karena tidak ada lagi yang ingin di bicarakan. Lestari hanya berpesan agar berhati-hati di jalan.
Ibu panti hanya memperhatikan dari dalam rumah. Ibu panti menebak jika mereka berdua seperti sudah kenal lama.
Lestari masuk setelah Rafan pergi dari hadapannya. Dan mendapati ibu panti tersenyum manis kepadanya.
"Kenapa Bu?" tanya Lestari.
"Kamu sudah lama kenal dia Nak? Sepertinya kalian sudah akrab?" tanya ibu panti.
"Gak kok Bu, baru tadi siang kenal. Aku hanya menyapanya saja dan berterima kasih karena sudah menjadi donatur di sini," jawab Lestari.
"Oh ya Nak, kamu mau menginap di sini?" tanya ibu panti.
Lestari menggeleng, besok dia harus kembali berjualan. Lumayan penghasilannya bisa untuk membantu perekonomian mereka.
Walau pun sudah ada donatur untuk anak-anak panti, namun Lestari tetap ingin membantu ibu panti yang sudah merawatnya sejak kecil.
Bahkan menyekolahkan nya sampai sekolah menengah, walau pun tidak sampai kuliah. Tapi setidaknya Lestari bisa membaca dan menulis dengan baik.
Sementara Rafan masih dalam pulang ke rumah. Ia mengendarai sepeda motornya lebih cepat. Karena sebentar lagi waktunya magrib.
Tiba di rumah, Rafan melihat mobil orang tuanya sudah ada, itu berarti orang tuanya sudah ada di rumah.
Seperti biasa, Rafan selalu mengucapkan salam ketika hendak masuk ke rumah, ajaran orang tuanya, Oma, Opa nya, nenek dan kakeknya memang melekat pada dirinya.
"Bagaimana Ma ketoprak nya Oma?" tanya Rafan. Padahal ia sendiri tahu jika Lestari ada di panti dan tidak berjualan.
"Batal deh, orangnya pergi. Katanya kalau mau beli harus pagi hingga siang hari," jawab Saskia.
Rafan tersenyum, kemudian ia pamit hendak ke kamar. Karena sebentar lagi waktu magrib. Seruni dan yang lainnya pun bersiap-siap untuk melaksanakan sholat.
...****************...
Hari berikutnya ...
Rafan sedang berada di kantor mengerjakan berkas-berkas yang perlu di siapkan hari ini.
Ridho masuk setelah mengetuk pintu walau tidak di minta untuk masuk.
"Tuan, Jeremy ingin menemui Anda, dia ada di luar menunggu," kata Ridho.
"Suruh dia masuk," pinta Rafan.
Ridho pun meminta Jeremy untuk masuk, sementara dirinya menghubungi OB untuk di buatkan minuman karena ada tamu.
Sebelum ia di perintahkan oleh tuan nya, lebih baik Ridho sendiri yang berinisiatif duluan.
"Duduk!" Dengan nada dingin Rafan mempersilakan Jeremy duduk. Kemudian Rafan menghentikan pekerjaannya.
"Ada keperluan apa kamu datang kemari?" tanya Rafan tanpa bahasa formal.
"Aku hanya ingin meminta maaf atas kejadian waktu itu, aku jadi ikut-ikutan mencela dan menghina kamu, karena aku ...."
"Siapa pun aku, kamu tidak sepantasnya berkata seperti itu. Jangan merasa dirimu lebih hebat dari siapapun. Jangan bilang kalau kamu terpengaruh oleh Renata," ucap Rafan.
Jeremy mengangguk pelan. "Tapi aku sudah putus kok, aku tidak berhubungan dengannya lagi."
"Jangan menyalahkan orang lain atas kesalahan mu sendiri. Sebenarnya aku perhatikan kalian adalah pasangan yang cocok," ujar Rafan.
Jeremy tertunduk, ia ingin bicara lagi, namun OB sudah keduluan masuk dengan membawa minuman.
"Silakan," Rafan masih tetap bersikap biasa dan malah mempersilakan Jeremy untuk minum.
"Aku ...."
"Oh ya, jika kedatangan mu kemari hanya untuk membahas ini. Maaf, waktu ku bukan untuk diskusi tentang cinta kalian. Cepat habiskan minumannya lalu pergi, karena tidak punya banyak waktu untuk berbicara omong kosong," kata Rafan.
Jeremy segera meneguk minumannya hingga habis, kebetulan tidak terlalu panas, jadi bisa di minum dengan cepat.
"Ridho, antar tamu kita ke bawah," pinta Rafan.
Ridho pun mempersilakan Jeremy untuk keluar dari ruangan itu. Dan mengantar Jeremy hingga ke lobby perusahaan.
Rafan kembali bekerja, ia tidak ingin terpengaruh dengan apapun yang berkaitan dengan Renata.
Rafan punya harga diri, punya ego yang tinggi dan tidak akan menerima orang itu lagi kalau sudah di sakiti.
Tidak berapa lama Ridho kembali masuk dan melaporkan jika Jeremy sudah pulang. Rafan manggut-manggut lalu meminta Ridho untuk melanjutkan pekerjaannya.
Detik demi detik pun berlalu, Rafan melihat jam tangannya ternyata sudah jam 5 sore. Tadi sholat Zuhur dan ashar mereka sholat berjamaah bersama karyawan dan karyawati.
Karena di perusahaan ini memang di sediakan Mushola untuk mereka sholat. Memang dari sejak zaman Jovan sudah di terapkan untuk sholat berjamaah di Mushola.
Rafan pun keluar dari ruangan nya, bertepatan dengan Ridho yang berdiri hendak di depan pintu. Tangannya menggantung dan tidak jadi mengetuk pintu.
"Tuan, saya pikir Tuan masih di dalam," ucap Ridho sambil cengengesan.
Rafan tidak menjawab, namun ia langsung berjalan melewati Ridho. Ridho pun menyusul tuan nya yang masuk ke dalam lift.
Setibanya di lantai bawah, para karyawan dan karyawati pun sudah berada di lantai bawah untuk pulang.
Mereka menunduk hormat saat melihat Rafan dan Ridho berjalan menuju parkiran. Namun keduanya hanya terus berjalan hingga ke parkiran.
Rafan masuk ke dalam mobilnya dan segera pergi dari situ. Baru setelah itu di susul oleh kendaraan yang lain milik karyawan nya.
Sementara di tempat lain ...
Lestari yang saat ini berada di rumah kontrakannya di datangi seseorang. Lestari membuka pintu saat mendengar suara ketukan.
"Eh Pak Rudi, ada apa Pak?" tanya Lestari dengan ramah.
Biasanya di tempat kerja Lestari memanggilnya bos, namun tanpa mengurangi rasa hormat nya, dia memanggil pak kepada Rudi.
"Boleh aku masuk?" tanyanya.
"Maaf Pak, bukannya aku kurang sopan, tapi sebaiknya kita bicara di luar saja agar tidak terjadi salah paham," kata Lestari.
Lestari sangat menjaga harga dirinya, karena jika timbul fitnah, itu akan merusak harga dirinya sebagai seorang perempuan.
Rudi pun mengangguk, sementara tetangga sebelah rumahnya melihat keduanya. Mereka tidak curiga, hanya penasaran siapa pria tampan itu?
"Ada apa ya Pak?" tanya Lestari lagi.
"Aku hanya ingin meminta kamu bekerja lagi di cafe seperti dulu," jawab Rudi.
"Maaf ya Pak, tapi aku sudah punya usaha sendiri, ya walau pun kecil-kecilan sih, tapi cukup untuk biaya sehari-hari," ujar Lestari mengungkapkan.
Rudi memaksa, bahkan dia rela membayar gaji Lestari dua kali lipat dari gaji sebelumnya.