NovelToon NovelToon
PICCOLA PERDUTA

PICCOLA PERDUTA

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Misteri / Mafia / Crazy Rich/Konglomerat / Dark Romance
Popularitas:31k
Nilai: 5
Nama Author: Vebi Gusriyeni

‼️Harap Bijak Dalam Memilih Bacaan‼️

Series #3

Maula Maximillian dan rombongan kedokterannya dibuang ke sebuah desa terpencil di pelosok Spanyol, atas rencana seseorang yang ingin melihatnya hancur.

Desa itu sunyi, terasing, dan tak tersentuh peradaban. Namun di balik keheningan, tersembunyi kengerian yang perlahan bangkit. Warganya tak biasa dan mereka hidup dengan aturan sendiri. Mereka menjamu dengan sopan, lalu mencincang dengan tenang.

Yang datang bukan tamu bagi mereka, melainkan sebuah hidangan lezat.

Bagaimana Maula dan sembilan belas orang lainnya akan bertahan di desa penuh psikopat dan kanibal itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10 : Pencarian

...•••Selamat Membaca•••...

Perintah diberikan tak lebih dari dua puluh menit setelah Rayden membaca pesan Anna. Advait segera mengumpulkan tiga puluh anggota pilihan, membagi mereka ke dalam lima helikopter, masing-masing berisi enam orang: dua pilot, satu navigator, dua personel bersenjata, dan satu analis lapangan.

Helikopter diberangkatkan secara berurutan untuk menjaga formasi pencarian. Koordinat desa tua di dalam hutan Spanyol dimasukkan langsung ke dalam sistem navigasi satelit, dengan lintasan penerbangan memotong garis aman wilayah sipil. Karena waktu menunjukkan pukul 18.22, mereka mempercepat pergerakan untuk mendapatkan pencahayaan alami terakhir sebelum malam turun total.

Rayden duduk di kursi belakang pilot utama, headset terpasang, matanya menatap monitor kecil yang menampilkan gambar termal dan topografi. “Jika titik pendaratan utama terlalu rapat dengan zona huni, kita gunakan pola perimeter —turun di empat sisi, radius dua kilometer dari pusat koordinat,” instruksinya dengan sangat jelas.

“Suhu di lokasi mulai turun, 12 derajat dan kemungkinan berkabut dalam tiga puluh menit,” lapor analis cuaca dari helikopter kedua.

“Kalibrasi thermal dan night vision —jangan bergantung pada mata telanjang. Mereka bisa berada di antara reruntuhan atau vegetasi tebal,” ujar Rayden memberi peringatan.

Dalam perjalanan, salah satu helikopter kehilangan sinyal GPS selama tiga menit akibat gangguan elektromagnetik di sekitar hutan tua. Mereka kembali sinkronisasi secara manual menggunakan sinyal triangulasi dari helikopter lainnya.

Tepat pukul 18.55, perimeter atas desa terlihat di bawah reruntuhan bangunan batu, jalan tanah sempit, dan pergerakan tak wajar terdeteksi oleh sensor panas. Beberapa titik menunjukkan aktivitas biologis manusia, namun pola geraknya tidak konsisten, seperti bukan orang biasa.

“Kontak visual terbatas, tapi kami pastikan ada pergerakan. Mungkin warga desa. Tapi ini bukan area publik,” ujar pilot helikopter ketiga.

Rayden menarik napas dalam lalu kembali memberi perintah tegas. “Hindari kontak. Kita tetap pada misi penyelamatan. Kalian semua tahu protokol. Tim darat pertama turun sekarang.”

Tiga tim diturunkan menggunakan tali. Rayden ikut dalam tim utama, turun langsung ke jalur sempit di sisi timur desa, membawa thermal reader dan penerjemah sinyal komunikasi. Mereka bergerak dalam formasi berbentuk panah, menyisir bangunan lapuk satu per satu, memeriksa setiap jejak: serat kain, sisa api, tanda kaki, atau bekas darah.

“Tidak ada benda milik Maula atau anggota rombongan mereka di radius awal,” lapor salah satu anggota dengan suara teredam.

Tim kedua bergerak ke arah mata air tua yang tampak seperti satu-satunya sumber air di wilayah itu. Di sekitar situ, mereka menemukan bekas pakaian terbakar sebagian dan tulang jari manusia yang belum sepenuhnya terurai.

Rayden berjongkok memeriksa. “Ini baru. Kurang dari 48 jam. Kita semakin dekat.”

Komunikasi antar tim dijaga terus. Pergerakan warga desa semakin mencurigakan, beberapa mendekati batas pandang, namun tak menunjukkan niat berbicara atau membantu. Mereka hanya berdiri diam, menatap dari kejauhan pasukan Rayden yang datang.

Tim ketiga berhasil menyusup ke sebuah bangunan besar seperti bekas aula. Di sana mereka menemukan simbol-simbol aneh di dinding, juga genangan darah mengering dan jeruji rusak.

Perintah berikutnya jelas dari Rayden, “selidiki struktur di bawah tanah, kerangkeng, atau ruang tahanan.”

Mereka mempersiapkan peluncuran drone kecil untuk mengintai lorong-lorong sempit dan gua buatan di balik bangunan. Jika ditemukan jalur masuk yang aman, tim akan mulai evakuasi segera, dengan prioritas utama menyelamatkan siapa pun yang masih hidup, terutama Maula.

Langkah Rayden mantap. Tak ada ruang bagi keraguan sekarang. Desa itu bukan sekadar tempat buangan, ini perangkap hidup. Dan dia datang untuk mengambil kembali apa yang seharusnya tidak pernah disentuh oleh siapa pun.

Tak ada pertanda bahwa rombongan Maula ada di sana. Warga desa masih sedikit awas dengan kehadiran Rayden, hanya saja mereka tidak berbuat apapun selain melihat.

“Bangunan selatan aman, kosong,” lapor salah satu anggota tim lewat komunikasi internal.

“Utara juga nihil. Tidak ada tanda-tanda kehidupan.”

Rayden berjalan cepat menuju bangunan yang disebut sebagai ruang bawah tanah dalam peta. Ia sendiri yang membuka pintu kayu tua di sana, deritnya nyaring, memantul dalam keheningan. Tangga batu menurun ke ruang bawah yang dingin dan gelap. Lampu sorot menyorot dinding yang dipenuhi jamur, namun tak ada jeruji, tak ada manusia, dan tak ada darah.

Kosong.

Ford menyusul dari belakang. “Rayden… kami sudah periksa semua sisi. Tidak ada siapa pun. Dan tidak ada bekas aktivitas apa pun. Tidak ada jejak kaki baru, tidak ada sisa pembakaran, dan tidak ada darah.”

Rayden berdiri diam di tengah ruang kosong itu. Ponsel Maula masih tergenggam erat di tangannya. Wajahnya menegang, tak percaya. Tangannya mulai menggigil.

“Aku tidak mengerti…” gumamnya. “Pesan Anna sangat jelas. Lokasi yang dia sebut ini, tepat di titik ini.”

Ford membuka laptop portabelnya. “Aku sudah cocokkan dengan data satelit 3 bulan terakhir, Ray. Tidak ada pergerakan helikopter, kendaraan, atau logistik yang masuk ke wilayah ini.”

Rayden menggeleng pelan. “Lalu... kita ke mana?”

Ford menunjuk peta digital. “Ada kemungkinan pesan itu keliru. Atau... dimanipulasi. Lokasi serupa ada tiga di sekitar wilayah perbukitan selatan Spanyol, tapi hanya satu yang belum pernah dikunjungi siapa pun sejak Perang Saudara.”

Rayden langsung menatap titik yang ditunjukkan Ford—desa kecil tanpa nama, hanya koordinat kasar.

“Kesana kita pergi berikutnya. Siapkan ulang tim. Kita tidak berhenti sampai Maula ditemukan.”

“Ray... kita kehabisan bahan bakar untuk 2 helikopter. Kita harus isi ulang di kota terdekat,” kata Advait karena tidak memungkinkan untuk lanjut ke desa berikutnya.

“Isi. Apa pun caranya. Aku tidak pulang sebelum menemukan Maula.”

“Warga desa sini juga tidak mau komunikasi dengan kita, mereka bahkan tidak menunjukkan bahaya sama sekali,” tambah Advait lagi.

...***...

Mereka berhasil keluar dari kerangkeng, Mavros menggendong Maula yang masih pingsan. Sedangkan yang lain mulai lari dan melawan. Sayangnya, Miller, Silly, dan Ivoly tidak selamat karena para warga menancapkan tombak ke perut mereka.

Kini tinggal Anna, Nicholle, Mavros, Maula, Reba, Rachell, Sofia, dan Corvin. Delapan orang ini berjuang mati-matian agar bisa keluar dari desa itu.

Mereka berhasil melewati gerbang dan kabur masuk lagi ke hutan. Warga jadi terpecah, separuh dari mereka menjaga tubuh yang telah mati dan separuh lagi mengejar yang kabur. Pexir kembali memimpin perburuan dan mengejar dengan keahliannya.

“Kita ke arah timur, di sana jalanan jauh lebih baik,” kata Sofia dan semua mengikuti.

Mereka lari ke arah Timur, saat berlari, Anna menungkai kaki Nicholle hingga dia jatuh dan lanjut lari lagi, satu anak panah tertancap di mata Nicholle hingga dia jatuh dan rombongan tidak menyadari hal tersebut karena Nicholle berada di belakang. Tetapi Anna tahu apa yang Nicholle alami.

“Selamat jalan, Nic.” Anna tersenyum jahat, meninggalkan Nicholle yang masih bernafas.

Semua berhasil kabur dan menyelamatkan diri, mereka berlindung di sebuah pohon besar yang cukup jauh dari desa.

“Nicholle mana?” tanya Corvin sambil melihat sekitar.

“Mungkin tertangkap saat lari tadi,” jawab Anna dengan enteng.

Mavros menidurkan Maula di tanah dengan kepala di kedua pahanya. Sofia mengusap pelan telapak tangan Maula. Semua kini makin panik dan mereka tinggal tujuh orang.

Maula, Mavros, Sofia, Anna, Reba, Rachell, dan Corvin.

...•••Bersambung•••...

1
Latoya
hebat
Frizzy Danuella
Wow amazing thor
Frizzy Danuella
Angkat aku jadi cucumu juga nena
Blade Haruna
Akhirnya hukuman mereka ditetapkan juga, ini nih yg gue suka. Satu masalah selesai baru datang masalah baru, bukan malah belibet yg bikin pala gue makin pusing
Zenia Kamari
Confess sekarang apa gue cepuin lo
Zenia Kamari
gue nonis, tpi gue suka banget sama karya religi kakak ini
Zayana Qyu Calista
sungkem gue ama lo kak
Zayana Qyu Calista
Gue kebagian cucu angkat juga gpp deh, asal neneknya kayak eliza ini
Rihana👒
Saya support kalau memang sofia sama advait
Rihana👒
Begini kalau dapat cinta yang setara, mereka saling jaga
Rihana👒
Thor, bikin novel religi versi kamu lagi dong, saya mau baca dan jangan lupa untuk ilmu pengetahuannya. Ditunggu ya thor (sangat berharap)
Pesillia Lilian
asik tuh klau advait sama Sofia, bakalan besty selamanya Maula
Pesillia Lilian
Author terniat
Miyoji Sweetes
Ngomong jgn dlam hati Advait, ngomong langsung elaahh
Miyoji Sweetes
Seniat itu ya thor🔥🔥🔥
Cherry Berry
Advait kalo gak gercep ya alamat bakalan patah hati
Pedri Alfonso
ini keren banget
Putri vanesa
Kk berapa lama smpe bisa bikin cerita ini sereal mungkin, entah ini memang real life or imagination aku pribadi bukan kyak ngebaca dosng tpi kyak udah nnton ceritanya langsung dalam byang2an fikiran aku, karena emang sedetail itu ceritanyaaa, ini mah kudu di jdiin film sih rame bnget soalnya
Sadohil: setuju banget
Zenia Kamari: Terbaik ini karya
total 5 replies
🐱Pushi Cat🐱
Keren, gak pernah gagal kakak ini masalah detail, baik kedokteran, agama maupun hukum. Pantesan penulis pada bilang kalau menulis bukan hanya tentang merangkai kata
Putri vanesa
SemangatAdvait kita dukung dirinu dan Sofia menuju jannah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!