NovelToon NovelToon
JATUH CINTA PADA PENCULIKKU

JATUH CINTA PADA PENCULIKKU

Status: sedang berlangsung
Genre:Gangster / Kriminal dan Bidadari
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: julius caezar

Lahir dari pasangan milyuner Amerika-Perancis, Jeane Isabelle Richmond memiliki semua yang didambakan wanita di seluruh dunia. Dikaruniai wajah cantik, tubuh yang sempurna serta kekayaan orang tuanya membuat Jeane selalu memperoleh apa yang diinginkannya dalam hidup. Tapi dia justru mendambakan cinta seorang pria yang diluar jangkauannya. Dan diluar nalarnya.
Nun jauh di sana adalah Baltasar, seorang lelaki yang kenyang dengan pergulatan hidup, pelanggar hukum, pemimpin para gangster dan penuh kekerasan namun penuh karisma. Lelaki yang bagaikan seekor singa muda yang perkasa dan menguasai belantara, telah menyandera Jeane demi memperoleh uang tebusan. Lelaki yang mau menukarkan Jeane untuk memperoleh harta.

Catatan. Cerita ini berlatar belakang tahun 1900-an dan hanya fiktif belaka. Kesamaan nama dan tempat hanya merupakan sebuah kebetulan. Demikian juga mohon dimaklumi bila ada kesalahan atau ketidaksesuaian tempat dengan keadaan yang sebenarnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julius caezar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

EPISODE 10

Malam pengantin yang diangan angankan Jeane ketika memutuskan untuk menikahi Edgar, berubah menjadi malam yang sangat menyakitkan. Rasa sakit itu seharusnya berubah menjadi suatu kenikmatan, tetapi tidak bagi Jeane. Kemana perginya nafsu yang selalu menggebu gebu terhadap Edgar?

    "Kau menginginkan yang seperti ini, kan?" tanya Edgar dengan suara serak. "Hanya saja kauanggap tidak pantas kalau seorang wanita mengakuinya."

    "Bukan itu masalahnya," Jeane mengulangi lagi. Jeane mengakui sifatnya yang selalu bergairah dan ia juga ingat betapa sebelum hari ini, Edgar selalu bisa membangkitkan nafsu birahinya. Tapi kali ini Edgar seakan akan tidak perduli apakah Jeane telah bangkit nafsunya atau tidak.

     Edgar mengangkat tubuh Jeane dan membawanya ke atas tempat tidur. Jeane bernapas terengah engah memandangi tubuh Edgar di atasnya. Bibirnya tidak berdaya menjadi korban keganasan mulut penuh nafsu pria itu. Jeane memaksa diri tidak melakukan perlawanan, mencoba menyambut pada tuntutan pria itu. Matanya menyaksikan ketika pria itu melepaskan pakaian. Semua itu bagaikan mimpi buruk, seolah sesuatu yang terjadi pada orang lain, bukan pada dirinya. Ah, mungkin kalau ia memejamkan matanya, ia akan bangun dan mendapatkan Edgar sebagaimana yang ia kenal dan nikahi, bukan sebagai pria asing yang saat ini ada di depannya..

    Jeane memejamkan mata, tetapi sepersekian detik kemudian membukanya kembali ketika ia merasa tempat tidur itu miring terkena tekanan berat tubuh pria itu. Jeane berusaha menelan jeritan yang naik ke tenggorokannya ketika pria itu membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur di sisi Jeane. Tidak dilakukannya usaha untuk menggoda dan merangsang Jeane. Dan usaha Jeane sendiri untuk pura pura bernafsu juga sia sia. Sungguh menyedihkan. Ke dua tangan Jeane terentang di atas kepalanya ketika Edgar menempatkan dirinya di atas tubuhnya.

    "Ed," kata Jeane, tidak mau memohon mohon, "tolong bersabarlah dengan diriku."

    Tapi Edgar justru memaksakan dirinya di antara ke dua kaki Jeane. "Kendorkan dirimu, sialan!" pria itu memerintahkan dengan tegang.

    Merasakan tikaman kenyerian itu, Jeane sudah membuka mulut untuk menjerit tetapi mulut pria itu menutupi mulutnya, membungkam jeritannya, sehingga Jeane hampir tidak dapat bernapas. Edgar menyetubuhinya seperti seekor babi hutan yang kalap, bergulir dari atas tubuhnya ketiak nafsunya terlampiaskan dan terpuaskan.

    Air mata karena rasa malu dan terhina membasahi pipi Jeane yang sudah basah oleh air mata kesakitan. Ia merasa dirinya sudah dinodai, diperlakukan seperti sesuatu yang sangat murah oleh perbuatan yang seharusnya merupakan penggenapan cinta mereka. Dengan tubuh terasa lunglai, Jeane mencoba bergeser menjauh dari tubuh pria di sampingnya, tetapi otot ototnya yang terasa nyeri dan gemetar tidak sanggup melaksanakan perintah otaknya.

    Bertopang dengan sikunya, Edgar memperhatikan isterinya dengan suatu pandangan geli. "Sialan, mengapa kau menangis," tanyanya tanpa perasaan.

    Seandainya saja Edgar bersikap lemah lembut, seandainya dia mengucapkan sesuatu dengan penuh kasih sayang untuk menghapus cara kasarnya tadi, barangkali Jeane akan memaafkannya. Mungkin dia akan melemparkan kesalahan itu pada banyaknya minuman beralkohol yang diminum pria itu.

    Tetapi sekarang, Jeane dengan tegas menghapus air mata di pipinya dengan punggung  tangannya. Rasa harga diri muncul kembali untuk menyembunyikan kerinduannya akan tangan yang menghibur, belaian yang menghibur, sekalipun itu datang dari Edgar.

    "Tidak apa apa," Jeane menjawab singkat dengan suara serak.

    "Bagus," Edgar bergulir ke sisi badannya. "Ya jagad dewa batara, betapa letihnya aku," gumamnya.

    Dalam beberapa menit saja, Edgar telah tertidur dan mendengkur. Minuman keras akhirnya benar benar menguasai dirinya. Ah, mengapa keletihan itu tidak terjadi sebelumnya..... tidak sebelum sebelumnya menguasai pria itu, pikir Jeane.

    Jeane turun dari atas tempat tidur, tidak menghiraukan rasa nyeri, panas dan menjijikkan diantara ke dua kakinya. Tanpa menyadari dirinya yang telanjang, Jeane berjalan menuju jendela kamar hotel yang memiliki pemandangan ke jalanan di bawahnya. Ada orang orang yang berjalan di atas trotoar, atau anak anak yang sedang bermain, bahkan ada yang mengemis di situ.

    Selamanya Jeane selalu menganggap dirinya seorang yang sangat realistis. Ia tidak pernah bermimpi burung burung akan berkicau dan lonceng lonceng akan berdentang. Ia tidak pernah bermimpi mimpi romantis mengenai cinta. Kini dia menyadari bahwa di lubuk hatinya ia sebenarnya mengharapkan dan mengkhayalkan semuanya itu....

    Seluruh sistem tubuhnya menerima kejutan hebat, semua emosinya dikagetkan oleh pengenalan lahir tentang seorang pria, seorang pria yang adalah suaminya. Pada awalnya, Jeane  sudah menduga bahwa ia akan merasakan nyeri itu dan rasa yang tidak menyenangkan yang pelan pelan akan berubah menjadi suatu kenikmatan, bukan rasa jijik dan keengganan hebat yang melanda dirinya seperti saat ini. Baginya saat ini, sex memang bukan bersatunya dua orang kekasih yang saling mencinta secara mesra dan akrab. Sex ternyata suatu perkosaan, suatu kepatuhan pada kehendak seorang pria.

    Edgar telah menggauli dirinya, menyetubuhinya secara egois untuk kesenangannya sendiri, untuk kepuasannya sendiri, tanpa memperdulikan perasaan Jeane. Pertanyaan ini terus menerus berseliweran pada pikiran Jeane: Apakah semua itu terjadi karena banyaknya alkohol yang mengalir masuk ke kerongkongan Edgar? Akan lain kah yang terjadi seandainya Edgar tidak mabuk? Berapa bagian dari rasa jijik yang dirasakannya sekarang itu disebabkan oleh suatu reaksi berlebihan karena suatu pengalaman yang menyebabkan trauma? Berapa bagian rasa enggan itu memang memiliki dasar?

    Kesejukan udara malam berhembus menjilati kulitnya yang telanjang. Jeane meninggalkan jendela  kamarnya dalam ketidak pastian dan kebingunan. Gaun tidurnya yang tipis itu terkulai di atas lantai. Jeane ragu sejenak, kemudian ia memungutnya dan memakainya kembali.

    Barangkali menjelang pagi esok hari, ingatan tentang pengalaman buruk itu akan memudar dan segala sesuatunya akan kembali seperti sedia kala

1
Atikah'na Anggit
kok keane...
julius: Barusan sudah diperbaiki kak. thx
julius: waduh... salah ketik. Mohon maaf ya kak? Terima kasih koreksinya, nanti segera diperbaiki 👌
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!