"Kamu bisa nggak jalan pake mata?!"
Tisya mengerang kesal saat bertabrakan dengan Den yang juga sama terkejutnya jujur aja, dia nggak ada niat sebelumnya buat nabrakin diri pada wanita di depannya itu.
"Biasanya saya jalan pakai kaki Bu. Ya maaf, tapi bukan cuma Bu Tisya aja yang jadi korban di sini, aku juga gitu." Den terus mengusap dadanya yang terhantam tubuh Tisya.
"Masa bodoh! Awas!" Tisya mengibaskan rambutnya ke samping.
"Khodam nya pasti Squidward bestinya Plankton tetangganya Hulk suhunya Angry bird! Galak banget jadi betina!" Keluh Den masih diam di tempat karena masih memungut tas kerjanya yang sempat terjatuh.
"Apa?? Ngomong sekali lagi, kamu ngatain aku apa???" Tisya berbalik memegang lengan Den.
"Ti-ati, nanti jatuh cinta. Nggak usah ngereog mulu kayak gitu kalo ketemu aku. Hipotermilove nanti lama-lama sama ku."
Den sudah pergi, Dan lihat.. Betina itu langsung ngowoh di tempatnya.
Hipotermilove? Apa itu?? Temukan jawabannya di sini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Fitting ceritanya
Sebenarnya apa yang Den pikirkan? Dia melakukan silaturahmi bibir di tempat umum dengan Tisya di tengah guyuran hujan.. Udah sinting kah? Atau emang otaknya hanya sebatas memikirkan hal-hal berbau kemesuman saja? Berharap perbuatannya itu direkam orang dan bikin dirinya dikasih penghargaan cowok paling mesum di jagat raya? Generasi kebanyakan asap rokok ya kayak gitu, otak yang dipakai buat mikir cuma seprapat! Sisanya ditinggal di rumah!
Den hanya pemuda yang ingin tahu segala hal yang belum pernah dia lakukan dan rasakan sebelumnya. Rasa ingin tahu yang terlalu tinggi itu membuatnya selalu bereksperimen sendiri. Mencoba hal baru yang sekiranya bisa menuntaskan hasrat keinginan tahuan nya. Dan ketika yang dikepoin udah nemu titik terang, kepuasan itu muncul. Lalu berlanjut ke pemikiran lain.. 'oowh gini to rasanya, kok enak ya.. Lanjut lagi ah.' Begitulah kira-kira.
Setelah malamnya main hujan-hujanan, pagi hari Den harus ke kantor lagi. Semalam mereka memutuskan untuk makan nasi goreng aja di pinggir jalan, di mamang gerobakan. Dengan tubuh basah kuyup, perut kelaparan, otak koneknya ke hal-hal berbau saitonirojim terus, ya udah.. Sikat apa yang ada aja. Untung aja Tisya bukan tipe cewek gengsian dan suka milih-milih makanan.
Harusnya kalo cuma nasi goreng di rumah Den juga bisa bikin, tapi kan mereka pergi itu niatnya mau menghilangkan kecanggungan setelah kedatangan kanjeng rantang. Dan poin plusnya, Den bisa merasakan sesuatu yang belum pernah dia rasakan sebelumnya bareng Tisya, ngerujak lambe di bawah shower alami! Apa nggak emejing?!
"Nanti siang fitting baju. Papa sama mama juga mau ketemu sama ibu, kalau bisa nanti abis kerja. Semua persyaratan buat kita nikah udah diurus sama temen papa, kebetulan papa punya temen yang kerja di KUA. Kamu tinggal kasih fotocopy KTP, KK, surat pengantar RT/RW, surat keterangan belum pernah kawin, sama foto ke aku. Sisanya aku yang urus." Tisya menjelaskan dengan gamblang apa yang harus Den lakukan.
"Ngapain pakai surat pengantar RT RW, Ra? Yang mau nikah kan aku sama kamu, kenapa musti dianterin sama mereka segala? Itu lagi.. Surat keterangan apa tadi? Belum pernah kawin? Ebuset.. Gini-gini masih perjaka aku Ra. Belum pernah bobol gawang wanita manapun di belahan bumi ini!" Seperti orang bener aja ngomongnya.
"Bodoh mu kelihatan natural banget ya Den. Aku kagum liatnya!" Tisya memutar bola matanya malas.
"Hahaha, lha lagi.. Serius amat sih. Iya nanti aku siapin semuanya. Kamu mau mas kawin apa Ra?"
"Gayamu Den Den nanyain minta mas kawin apa.. Misal aku minta cuilan emas di tugu Monas, kamu mau ngasih?"
"Aku cuma niat jual satu ginjal ku Ra, kalo minta mu emas di tugu Monas, mending gorok aja aku sekarang. Ngejanda sebelum nikah nyaho kamu!"
"Mulut mu minta dielus pakai gergaji mesin ya?!"
Tisya melempar Den dengan tabung gas elpiji 3 kg, pengennya sih begitu... Tapi realitanya, Tisya hanya melempari Den dengan bolpoin yang tadi ada di tangannya.
"Ya sewajarnya aja sih, seperangkat alat sholat aja udah." Lanjut Tisya berbicara.
"Hu'em, emang spek calon istri idaman banget kamu ini. Asal nggak seperangkat alat sholat ples mesjid-mesjid nya aja. Kejang dua kali nanti aku Ra."
Tisya menggigit bibirnya, menahan senyum yang akan tercetak nyata di wajahnya.
"Kalau senyum ya senyum aja kali Ra, nggak usah diempet gitu. Yang pertama bikin aku pengen nyipok, yang kedua aku mikir kamu nahan diri nggak kentut di depanku."
"Nyekik kamu halal kali Den, sini ku cekik beneran sini!"
Den tertawa lebar, senang rasanya bisa bercanda selepas ini sama calon bini. Nggak pernah dia bayangin bisa berjodoh sama Aratisya Tungga Meera, wanita yang dulu bodohnya melebihi suku pulu-pulu, yang rela digrepein orang demi bisa dekat sama crush nya. Tapi, itu dulu! Itu masa lalu, seperti kata budhe Inul.. Masa lalu, biarlah masa lalu, jangan kau ungkit jangan diingat mulu! Begitulah bunyinya.
Beneran, abis pulang kerja keduanya melakukan fitting baju pengantin. Mereka akan menikah menggunakan adat Jawa, pakaian yang dipilih juga menyesuaikan tema yang mereka inginkan. Awalnya Den pikir mereka hanya akan membeli baju lalu cabut setelah itu. Ternyata enggak! Tisya sudah menyiapkan design khusus untuk dirinya dan juga calon suaminya, si Den Den itu. Terjadilah momen ketika Den harus diukur oleh asisten designer, dan dia nggak nyaman blas. Dengan raut muka cemberut, dia menunjukkan ketidaksukaannya.
"Muka mu Den Den, kayak ngempet BAB seminggu." Tisya terkekeh mlelihat ekspresi Den, mulut komat-kamit yang Den perlihatkan membuatnya makin seperti pelawak di mata Tisya.
"Calon suami sista muaniiis deh aah.. Jadi pengen jilat." Seru si asisten designer, Den makin merinding mendengar suara lelaki kemayu yang mengedipkan mata ke arah Den sambil tersenyum genit.
'Amit-amit jabang bayik' Batin Den kalau bisa langsung memplester mulut lelaki rasa wanita atau bagaimana itu sebutannya, agar diam saja. Suaranya ngebass tapi tingkahnya feminim, mau mengumpat tapi apalah daya, Tisya malah tertawa bahagia melihat penderitaannya.
'Puas-puasin ketawanya sekarang Ra, nanti pas malam pertama tak bikin nangis kejer nggak tak kasih ampun pokoknya!' Ancam Den dalam hati.
"Aduuuh sist, liat muka calon suami sista.. Eyke jadi termehek-mehek deeeeh. Jadiin eyke bini kedua doong mas tampan. Eyke siap berbagi, eyke rela diduain.."
Lagi-lagi Den melotot.
"Kita bisa main tusuk-tusukan, pedang-pedangan, main sepak bola juga eyke jagonya lho maaaasss.. Eyke kiper, mas tampan jadi penyerangnya.. Waaauur.. Aura ngebobol gawangnya kuat banget, toloooong!"
"Raaaa..."
Den menatap Tisya dengan tatapan memelas. Andai saja nggak menghormati Tisya, udah dijejelin sepatu mulut lekong satu itu.
"Tenang Den, dia udah jinak kok." Ujar Tisya malah membuat si lekong makin bersemangat menggoda Den.
"Iya mamaaaas, eyke udah jinak.. Cuma air liur eyke sedikit beracun. Tapi racun bikin candu, gimana mau ya maaas jadiin eyke bini kedua." Masih aja si lekong bicara seakan ingin memakan Den saat itu juga.
Den yang sudah selesai di ukur langsung merangsek di sebelah Tisya. "Abis ini anterin aku ke pak ustad Ra."
"Kenapa?"
"Kena sawan aku kayaknya. Merinding sebadan-badan.."
Bukannya iba, Tisya justru tertawa.
"Jadi maksudnya kamu emang mau ngerjain aku Ra? Kejam banget sih sama laki sendiri." Ujar Den berbisik di telinga Tisya.
"Eleh, biasanya juga kamu garang banget. Ya kali meleyot berhadapan sama spesies kayak gitu." Tak kalah berbisik, Tisya pun tak ingin pembicaraan itu terdengar oleh mbak lekong.
"Ubur-ubur ikan lele, bojomu semangat ku leeee..." Ucap si lekong mengedipkan mata ke arah Tisya.
"Jis najis mughallazah, mutawassithah, mukhaffafah..." Seru Den tak bisa menahan diri.
Tisya makin ngakak saja dibuatnya. Emang ya.... Den paling bisa bikin mood Tisya naik ke puncak gunung tinggi tinggi sekali!
kadang diem aja pasti salah sih depan emak emak yang lagi kesel apalagi ini bumil pasti mood nya naik turun,
iku ngunu hp an mumpung nunut wifi 😂