Mengandung adegan 21+ harap bijak membaca.
Lanjutkan dari Hot Mother And The Bos Mafia
Sebuah lahan panti asuhan menjadi perebutan dua orang,yang satunya ingin membangun real estate dilahan itu sedangkan yang satunya lagi ingin mempertahankan hak anak-anak dari tangan kejam sipemilik tanah yang memang ingin membangun sebuah real estate disana.
Bisakah Silvia Smith memperjuangkan hak anak-anak dari tangan Ambraham Achilles yang terkenal tidak memiliki belas kasihan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni Juli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ancaman
Saat Silvia telah tiba dikantor Abraham, dia sangat heran kerena tiba-tiba disambut dengan baik oleh resepsionis cantik yang ada disana.
Bahkan dia tidak ditanya apakah sudah membuat janji atau tidak, dia hanya diminta menunggu sebentar karena asisten pribadi Abraham akan menemuinya dan membawanya keruangan Abraham.
Ini sedikit aneh, padahal dia sudah menyinggung Abraham Achilles tapi kenapa dia disambut dengan ramah seperti ini?
Tapi ya, dia tidak perduli dan tidak memikirkan hal seperti itu, bukankah tujuannya datang kesana untuk menemui Abraham Achilles? Ini adalah kesempatan yang bagus.
Saat seorang pria mempersilahkan Silvia untuk mengikutinya, Silvia santai saja dan mengikuti pria itu masuk kedalam sebuah lift pribadi.
Mereka naik keatas untuk menuju sebuah ruangan dimana Abraham Achilles telah menunggu kedatang Silvia, orang yang akan mengintrogasi Silvia dengan sedikit ancaman.
Nick membuka ruangan bosnya dan mempersilahkan Silvia untuk masuk kedalam sana.
"Silahkan nona Chen."
"Terima kasih."
Silvia berjalan masuk kedalam tapi Nick segera menutup pintu ruangan itu dan berjalan pergi, dia tidak sanggup melihat apa yang akan terjadi kepada wanita malang itu, menurutnya.
Saat sudah berada didalam sana Silvia hanya diam saja menatap seorang pria yang sedang duduk membelakanginya, mungkin dia harus menyapa terlebih dahulu.
Hari ini dia harus bersikap sesopan mungkin dan tidak boleh menyinggung simodel celana dalam, ups, tuan Abraham Achilles maksudnya.
"Hmm selamat siang tuan Abraham."
Senyum menyeringgai menghiasi wajah Abraham saat mendengar suara Silvia, dia segera memutar kursinya dan menatap Silvia dengan tatapan tajamnya.
Dia sudah seperti seorang juri menilai seorang model baru yang sedang ada dihadapannya, matanya melihat penampilan Silvia dari atas sampai kebawah.
Silvia terlihat cantik, anggun dengan penampilannya. Wajah orientalnya sangat cantik, rambut hitamnya yang panjang diikat menjadi dua seperti gadis desa dan dia suka.
Dengan dress cheongsam selutut berwarna merah yang dipakainya membuat penampilan Silvia terlihat sopan dan anggun, dia sudah seperti wanita China yang datang dari desa tapi benar-benar terlihat luar biasa.
Nah loh, kenapa dia jadi seperti sedang menilai calon istri? Tapi sebenarnya dia suka melihat penampilan wanita yang terlihat sopan tapi anggun seperti wanita itu.
Dia sudah bosan melihat penampilan wanita yang terlihat murahan, dimana dengan pakaian seksi mereka yang seperti kurang bahan.
Bahkan mereka tidak segan-segan memperlihatkan isi dada mereka yang hampir tumpah karena pakaian seksi mereka dan dia muak melihat semua itu.
Silvia melihat Abraham dengan heran, lalu dia melihat penampilannya, apa ada yang salah?
"Hmm....Tuan Abraham aku kemari tidak sedang melakukan audisi." ujarnya.
Abraham berdehem pelan dan bangkit berdiri, kenapa dia malah menilai penampilan wanita aneh itu?
Ingat tujuannya membiarkan wanita itu menemuinya, dia ingin mengintrogasi wanita itu dengan sedikit ancaman.
"Wah, nona Chen. Maaf aku kurang sopan, mari duduk." ujarnya.
"Terima kasih." jawab Silvia.
Silvia mengikuti Abraham dan duduk diatas sofa sedangkan Abraham duduk dihadapan Silvia dengan angkuh, dia juga kembali menatap Silvia dengan tatapan dinginnya.
"Nona Chen, apa tidak ada yang ingin kau katakan?" tanyanya dengan dingin.
"Ah, aku minta maaf atas kelancanganku kemarin tuan Abraham." Silvia tersenyum dengan manis sedangkan Abraham menyunggingkan bibirnya tersenyum dengan sinis.
"Tumben begitu sopan, mana panggilan tuan celana dalam kemarin?"
"Wow, anda lebih senang dipanggil seperti itu?"
"Tidak!!" jawab Abraham dengan cepat.
Silvia kembali tersenyum, dia lega Abraham tidak menendangnya keluar dari sana.
"Jadi nona Chen, katakan padaku apa tujuanmu mencariku dan berpura-pura menjadi pacarku padahal kita tidak saling kenal. Aku ingin kau menjawab dengan jujur kalau tidak aku akan menghabisimu dan keluargamu!" ancamnya sedangkan matanya kembali menatap Silvia dengan tajam, walaupun seorang wanita tidak akan dia lepaskan begitu saja.
"Ha..ha...ha...ha..ha!!" tiba-tiba Silvia tertawa, perkataan Abraham begitu lucu menurutnya.
"Apa ada yang lucu nona Chen?" Abraham tampak kesal.
"Tuan Abraham percayalah, tidak semua orang takut dengan ancamanmu!"
"Oh ya?" Abraham bangkit berdiri dan berjalan mendekati Silvia, beraninya wanita ini menertawakan dirinya bahkan tidak takut dengan ancamannya! Akan dia buktikan perkataannya.
"Tentu tuan Abraham, jika kau ingin berlaku kejam kau bisa berlaku kejam kepada orang-orang yang telah berani melawanmu dan orang-orang yang telah berani menghianatimu!"
Silvia bangkit berdiri, dia juga berjalan mendekati Abraham tanpa terpancar sedikit ketakutanpun dari wajahnya.
"Tapi ingat tuan Abraham Achilles, kekejamanmu itu cukup ditunjukkan kepada para penghianat saja tapi jangan dengan anak-anak yang memang sudah tidak ada apa-apa lalu kau ingin mengambil hak mereka begitu saja!" Silvia berdiri dihadapan Abraham, menyilangkan kedua tangannya dan menatap Abraham dengan tajam.
"Ingatlah, mereka itu masa depan bangsa dan kau juga harus ingat, diatas kekejaman yang kau miliki, ada orang yang lebih kejam lagi dan orang itu lebih baik darimu. Orang yang berteriak dirinya hebat belum tentu hebat tapi malah sebaliknya, orang yang merendahkan diri dialah yang hebat!" ujar Silvia lagi.
Mereka saling menatap satu sama lain dengan tajam sedangkan Abraham sedang mencerna satu persatu ucapan Silvia, anak-anak? Apa ini ada sangkut paut dengan panti asuhan yang hendak dia bongkar? Tapi apa hubungannya dengan wanita itu?
Lagi pula itu tanah miliknya terserah dia mau melakukan apa! Dia tidak perlu bertanya pada siapapun dan tidak perlu meminta persetujuan dari siapapun atas apa yang ingin dia lakukan atas hak miliknya.
Senyum menyeringgai menghiasi wajah Abraham, siapapun yang berani melawannya tidak akan dia lepaskan.
"Perkataan nona Chen memang benar tapi satu hal yang harus nona Chen tahu, tidak baik ikut campur dalam permasalahan orang lain kalau tidak mau terlibat lebih jauh. Nona Chen tahu bukan, jangan bermain api kalau tidak ingin terbakar!"
"Oh ya, jadi kau ingin membakarku?" Silvia semakin mendekati Abraham sedangkan Abraham memundurkan langkahnya, jangan sampai wanita itu menyentuhnya karena dia tidak akan suka.
"Sebaiknya kau jangan mendekatiku lebih dari ini!" ancam Abraham.
Silvia tersenyum dengan licik, si model celana dalam yang menggilai kebersihan!
"Tadi aku sedikit membaca tentangmu." Silvia terus mendekati Abraham sedangkan Abraham terus melangkah mundur sampai kakinya terhalang oleh sofa.
"Hei berhenti kau!"
Abraham jatuh terduduk diatas sofa sedangkan Silvia berdiri dihadapannya sambil tersenyum.
Abraham mengumpat dalam hati, padahal dia yang ingin mengancam wanita itu tapi kenapa malah jadi dia yang terpojok?
Situasinya saat ini sudah seperti seorang wanita yang hedak diperkosa, mungkin begitu kira-kira.
"Jadi apa kau masih berani mengancamku tuan Abraham?"
"Sebaiknya kau pergi dari sini!" usirnya.
"Aku tahu kau akan mengusirku jadi aku sudah menyiapkan ini?"
Silvia mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya dan melempar-lemparkan benda itu diatas telapak tangannya.
"Aku bukan orang bodoh yang datang kemari tanpa persiapan!"
Abraham melotot kearah Silvia, baru kali ini dia bertemu dengan wanita licik dan lihatlah, malah dia yang terancam! Wanita ini tidak akan dia lepaskan dengan mudah dan akan dia balas nanti!
"Jadi tuan Abraham, mari kita berbicara serius tanpa ancaman!" ujar Silvia sambil tersenyum dengan manis.