Perjodohan adalah sebuah hal yang sangat
di benci oleh Abraham, seorang pengusaha
muda penerus kerajaan bisnis keluarga nya.
Dia adalah sosok yang sangat di puja dan di
damba oleh setiap wanita, dia merupakan
calon menantu yang sangat ideal dan di
impikan oleh setiap pengusaha dan para
bangsawan yang memiliki anak gadis, jadi
baginya hanya dengan menjentikkan jari
saja, wanita manapun akan dengan senang
hati memasrahkan dirinya untuk merangkak
di bawah kakinya.
Tapi..justru kakeknya, sang pemilik dan
penguasa serta pemegang kendali penuh
dari semua kekayaan keluarganya malah
memilihkan jodoh untuknya.
Dan sialnya lagi..wanita pilihan kakeknya
bukanlah wanita dengan kriteria dan tife
yang selama ini selalu menjadi standard nya.
Abraham sangat membenci keputusan sang
kakek. Namun demi warisan dan kendali penuh
atas segala kekuasaan yang telah di janjikan
padanya. Dengan terpaksa Aham menerima
semua keputusan kakeknya tersebut..
Dan bagi wanita yang juga terpaksa menerima
perjodohan ini..bagaimana kah dia akan bisa
menjalani hidupnya bersama seorang pria yang
sama sekali tidak menginginkan kehadirannya.?
Takdir seakan menjungkir balikan kehidupan
seorang gadis biasa terpaksa yang harus
masuk ke dalam kehidupan sebuah keluarga
yang di penuhi dengan keangkuhan dan
kesombongan akan dunia yang hanya
tergenggam sementara saja..
**Tetaplah untuk selalu di jalanNya..**
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan Syeera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10. Perasaan Aneh
\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*
♥️♥️♥️♥️♥️
Naya kembali meraih kemeja Aham dan perlahan
memakaikannya. Dia mencoba menjaga jarak
dengan Aham agar bisa leluasa mengontrol
dirinya yang kini merasakan ketegangan yang
tidak jua sirna. Bagaimana dia bisa menguasai
dirinya kalau harus berhadapan dengan laki-laki
ini. laki-laki yang begitu istimewa dengan sejuta
pesona dan daya tariknya namun terselubung
misteri dengan semua sikapnya yang begitu
dingin dan sulit di tebak.
Dia berusaha untuk terus menguasai dirinya
dan berfokus pada tugas nya, ya..ini hanyalah
tugasnya sebagai pelayan pribadi. Tapi kenapa
harus se ekstrim ini juga.?! Dalam ketegangan
Naya mencoba menarik napas nya pelan.
"Apa kau bisa lebih dekat lagi.?"
"Hemm..?"
Naya mendongak, menatap Aham yang masih
setia dengan wajah datarnya bahkan sekarang
ini terlihat dalam mode kesal.
"Lebih dekat padaku.!"
Naya menggeleng dan menunduk.
"Kalau begitu cium aku sekarang juga !"
Terpaksa Naya sedikit maju walaupun kini
tubuhnya langsung panas dingin.
"Bagaimana lukamu.?"
Naya terkejut dalam diam. Aham tampak
semakin menatap intens wajah Naya.
"Aku lepas kontrol semalam."
"Tidak apa, semua sudah terjadi."
"Kenapa semalam harus pergi.?"
Naya kembali terdiam. Wajahnya semakin
tertunduk.
"Aku hanya kembali ke tempat ku yang seharus
nya, itu saja."
Kini giliran Aham yang terdiam. Naya bergerak
mengambil celana Aham, dia mematung di
tempat tidak tahu harus berbuat apa. Aham
segera meraih celana tersebut, dan tanpa ragu
dia melempar handuk tipis yang menutupi
bagian bawah tubuhnya yang hanya tertutup
celana dalam saja membuat wajah Naya
semakin memerah tidak tahan dengan
pemandangan vulgar di depan matanya.
Dengan santai Aham mengenakkan celananya.
"Kau bisa memakaikan dasinya.!"
Titah Aham kemudian. Naya segera meraih dasi
dengan warna senada dengan jas yang nanti
akan di kenakkan Aham. Dia kembali mendekat
dan perlahan memasangkan dasi di leher Aham.
Wajah mereka kini sangat dekat. Tatapan mata
Aham yang terfokus di wajah Naya membuat
gadis itu tampak gelisah dan salah tingkah.
Jiwa Aham semakin meronta saat semburat
merah memenuhi seluruh wajah cantik wanita
yang ada di hadapannya ini. Tampak begitu
menggemaskan di matanya, membuat Aham
tidak tahan untuk tidak menyentuh pipi putih kemerahan itu.
Tubuh Naya membeku seketika saat jemari
Aham bergerak mengelus lembut pipinya,
kemudian mengangkat dagunya. Dengan
perasan tegang Naya mengangkat wajahnya
perlahan hingga kini mata mereka bertemu,
saling mengunci dan masuk kedalam lorong
indah di balik tatapan kuat keduanya.
Jantung Naya berdetak kencang seakan tidak
terkendali. Dadanya berdebar hebat saat dia
berhadapan langsung dengan wajah tampan
tanpa cela laki-laki yang berstatus suaminya
ini. Betapa tampan dan mempesona nya dia
dengan daya tarik luar biasa hingga kini
membuat lututnya terasa lemas.
Napas Naya serasa berhenti saat Aham kini
mendekatkan wajahnya, hawa panas seketika
membakar seluruh aliran darahnya membuat
dia tersentak sadar dan menjauhkan dirinya.
"Maaf.! Aku tidak bisa melanjutkan nya.."
Naya menunduk dengan wajah di penuhi
semburat merah, dengan cepat dia menjauh
dan berlari dari hadapan Aham langsung
menuju pintu kemudian berlalu pergi dari
dalam kamar meninggalkan Aham yang
hanya bisa tertegun merasakan kehampaan
saat melihat kepergian Naya.
Naya keluar dari dalam kamar Aham dengan
sedikit terburu-buru hingga tanpa sengaja dia
bertubrukan dengan satu sosok tinggi tegap
yang kebetulan sedang lewat di depan pintu
kamar tersebut.
Karena benturan yang cukup keras tubuh Naya
sedikit terhuyung ke belakang dan hampir jatuh
kalau saja sosok tegap yang di tabrak nya itu
tidak sigap menangkap tangannya.
Naya berusaha kembali berdiri tegak, dan kini
matanya berbenturan tatap dengan sosok
yang ada di hadapannya. Kelihatannya orang
ini baru kembali sehabis berolahraga karena
terlihat dari pakaian yang di kenakannya serta
sisa keringat yang masih menempel menambah
kesan gentle padanya.
Bukankah ini laki-laki yang semalam ngotot
menawarkan tumpangan padanya ??
"Hei..kita bertemu lagi."
Senyum manis menawan langsung terkembang
dari bibir sosok laki-laki tampan rupawan itu.
Naya mengerjapkan matanya dan menundukkan
kepalanya sesaat.
"Maaf, saya tidak sengaja."
"Tidak apa-apa, lupakanlah."
Sahut Laki-laki tadi dengan senyum yang
tidak hilang dari bibirnya.
"Kenalkan..aku Noah."
Laki-laki tadi yang mengenalkan diri bernama
Noah itu mengasongkan tangannya. Naya
tampak terdiam menatap Noah seraya
kemudian mengatupkan kedua tangannya
di dada.
"Apa kau tidak akan memberitahu namamu.?"
"Kanaya.."
"Hemm..nama yang indah, sangat sesuai
dengan orangnya."
Puji Noah dengan tatapan lekat ke wajah Naya
yang terlihat memerah menggemaskan.
"Kenapa terburu-buru? Apa kau habis bertemu
dengan monster mengerikan.?"
Mata pria itu tampak mengedip nakal membuat
Naya melebarkan matanya terkejut.
"Tidak.! saya hanya sedikit buru-buru."
"Apa yang kau lakukan di kamar ini.? Apa kau
tahu seperti apa penghuni kamar ini.?"
Naya menatap tajam wajah Noah mendengar
ucapannya barusan.
"Sa-saya pelayan pribadi Tuan Aham.."
"What.?? apa kamu sudah gila.? kenapa mau.?"
Noah tampak terkejut walau kemudian dia
menahan senyumnya. Naya memalingkan
mukanya melihat reaksi Noah.
"Maaf Tuan Noah..saya permisi."
Naya membungkuk sedikit kemudian melangkah
pergi meninggalkan Noah yang hanya melongo melihat sikap acuh gadis itu.
Senyum tipis kembali tercipta di bibir Noah.
***** *****
Pak Ali tampak sibuk memberi instruksi pada
para pelayan di bagian dapur agar segera
menyiapkan hidangan untuk sarapan pagi.
Hari ini Naya memaksa Pak Ali untuk memberi
dia ijin memasak semua menu yang biasa di
santap oleh Aham hari ini. Dan dengan sedikit
ragu Pak Ali akhirnya membiarkan Naya
melakukan yang di inginkannya hingga
membuat beberapa pelayan lain terlihat
heran dan bertanya-tanya.
Kenapa kepala pelayan berani sekali memberi
ijin pelayan baru itu untuk membuat sarapan
pagi khusus buat Tuan Muda mereka yang..tahu sendiri lah bagaimana sikap dan perangainya.
Tidak boleh ada satu hal pun yang membuat dia kecewa kalau tidak ingin membuat seisi Mansion membeku.
"Hei.. Naya ! berani sekali kamu meminta kepala
pelayan mengijinkan kamu memasak makanan
khusus untuk Tuan Muda. Apa kamu tahu apa
nanti yang akan terjadi.?"
Salah seorang pelayan yang seumuran dengan
Naya tampak mendekat dan mendorong tubuh
Naya hingga dia mundur beberapa langkah ke
belakang.
"Saya hanya ingin mencoba saja. Siapa tahu
Tuan Muda akan menyukainya."
"Di sini sudah ada koki khusus, jangan berani-
beraninya kamu melangkahi nya.!"
"Benar.! kamu ini pelayan baru tapi banyak
tingkah ya ! kamu hanya mencari masalah saja.!"
Pelayan yang lain ikut nimbrung. Naya terpojok
dia menatap pelayan-pelayan itu dengan resah.
"Maaf kalau saya sedikit berlebihan."
"Hari kemarin saja kamu sudah membuat kita
semua dalam masalah, lalu sekarang?"
"Dia akan membuat kita semua mati jantungan.!"
Naya terdiam, dia tidak tahu kalau keputusan
nya akan mendapat reaksi seperti ini dari
para pelayan lainnya.
"Sekali lagi maaf, biar nanti saya yang akan
menanggung akibatnya sendiri."
"Enak banget kamu ngomong kayak gitu.!"
Pelayan muda tadi kembali mendorong bahu
Naya membuat tubuhnya mundur membentur
meja yang ada di belakangnya.
"Apa yang terjadi.?"
Salah seorang pelayan senior muncul dan
menatap tajam kearah anak buahnya.
"Dia akan membuat kita semua dalam masalah
kembali karena ulahnya.!"
Ujar pelayan yang tadi mendorong Naya.
"Sudah-sudah.! kita harus segera bersiap.
Mereka sebentar lagi turun.!"
Pelayan senior yang merupakan kepala pelayan
di bagian dapur itu menengahi membuat para
pelayan muda tadi langsung bungkam. Mereka tampak mendengus kesal kearah Naya.
Mereka semua masuk ke ruang makan dan
mulai menghidangkan makanan di atas meja,
menatanya dengan sangat apik.
Naya menyusun sendiri makanan yang tersedia
khusus untuk Aham. Hatinya berdoa semoga saja
Aham tidak mengetahui kalau makanan itu hasil
masakannya.
"Hei..pelayan baru.! apa yang kamu lakukan.?"
Tegur Nyonya Elen yang baru muncul di ruang
makan. Dia berdiri di hadapan Naya dengan
melipat kedua tangan nya di dada. Tatapan
tidak suka nya langsung menghujam wajah
Naya yang tampak membungkuk sebentar.
"Selamat pagi ibu.."
"Apa katamu.?"
Mata Nyonya Elen membulat seketika.
"M-maksud saya..Nyonya besar."
Nyonya Elen maju ke hadapan Naya seraya
kemudian tiba-tiba mencengkram dagu nya
hingga membuat Naya meringis karena kuku-
kuku tajam jemari Nyonya Elen menusuknya.
"Kenapa kamu masih di sini.? Apa kamu mau
kembali mengacaukan acara sarapan Aham
hari ini.?"
"Maaf..saya tidak berani Nyonya."
Sahut Naya seraya mundur dan memejamkan
matanya karena cengkraman itu di rasa semakin
kuat hingga terasa sedikit perih. Nyonya Elen
menatap tajam wajah Naya.
"Kenapa kamu tidak enyah saja dari tempat ini.
Kehadiran mu tidak pernah di harapkan di rumah
ini.! Apa yang kamu pertahanan hahh..?!"
Desis Nyonya Elen sambil kemudian menepis
kasar wajah Naya hingga berpaling kencang.
Air mata kini mulai menetes menuruni wajah
Naya, tapi dia berusaha untuk tidak menangis.
"Saya hanya akan pergi kalau Tuan Aham sendiri
yang memintanya."
Lirih Naya dengan suara yang pelan dan tertahan.
Beberapa pelayan yang ada di tempat itu tampak
saling pandang dengan kawannya dalam keadaan
menunduk. Mereka tidak mendengar jelas apa
yang di perdebatkan oleh Nyonya besar dan
pelayan baru itu yang selalu saja bermasalah.
Nyonya Elen semakin menatap Naya penuh
kekesalan. Berani sekali wanita rendahan yang
sebenarnya adalah menantunya ini membalas
ucapannya barusan.
"Hahh..tentu saja, akan ku pastikan setelah 40
hari kematian mertuaku di peringati, kamu
harus angkat kaki dari rumah ini.!"
Dengusnya dengan geram. Dia berjalan menjauh
dari hadapan Naya kemudian mendudukkan
bokong nya dengan kasar di kursi .
Hari ini dia tampak sudah bersiap dengan gaun mewah nya untuk pergi ke acara pertemuan
dengan teman-teman sosialita nya. Tapi aura
kecantikan nya tiba-tiba saja menguap gara-gara
emosinya yang meledak barusan. Dia mengambil
gelas berisi jus kemudian meminumnya dengan
sisa emosi yang masih mengendap dalam
kepalanya.
Tidak lama kemudian muncul Tuan Rolland
bersama dengan Meline yang langsung duduk
di kursi masing-masing.
Tuan Rolland tampak menatap intens diri Naya
yang berdiri menunduk di belakang kursi tempat
duduk Aham.
"What wrong honey..?"
Tanya Tuan Rolland menatap heran ke arah
Nyonya Elen yang menekuk wajah nya .
"Siapa lagi yang bisa membuatku kesal.!"
Jawab Nyonya Elen seraya melirik tajam
kearah Naya.
"Apalagi yang dia lakukan.?"
Meline ikut menatap kesal kearah Naya.
"Apapun yang dia lakukan tidak ada yang benar.!
Pelayan itu sudah merusak mood ku pagi begini."
"Cihh..! benar-benar pelayan kurang ajar.!"
Dengus Meline, dia berpaling pada Naya.
"Sini kamu.!"
Panggilnya dengan keras. Dengan ragu Naya
mendekat dan berdiri di samping Meline.
"Bersihkan sepatuku.!"
Naya tampak terkejut termasuk beberapa
pelayan yang berbaris di belakang.
"Maaf Nona Meline, tapi saya di sini memiliki
tugas sendiri."
"Ohh..jadi kamu tidak mau melakukan perintahku !
Dimanapun kamu di tempatkan, kamu tetaplah
pelayan di rumah ini, jadi cepat lakukan apa yang
aku perintahkan.!"
Meline mendorong keras tubuh Naya hingga
tertunduk. Kemudian dia kembali menekannya
hingga akhirnya Naya terduduk di lantai.
"Cepat bersihkan sepatuku memakai baju
jelekmu itu.!"
Naya memejamkan matanya, apa dia harus
diam saja menerima semua ketidakadilan ini.?
"Darling.. sudah, tidak usah berlebihan."
Tuan Rolland mencoba menenangkan Meline.
"No Papi.! dia harus di beri pelajaran.!"
Kilah Meline sambil kemudian mengangkat
sepatunya keatas pangkuan Naya.
"Cepat lakukan, apa yang kamu tunggu.!"
Bentak nya membuat Naya perlahan mulai
mengangkat tangannya.
"Meline !! What are you doing.?"
Suara Noah membuyarkan semua ketegangan
yang sedang berlangsung. Dia muncul di pintu
dan segera menghampiri Naya kemudian
menarik tangannya di bawa berdiri.
"You have gone too far..!!"
Tunjuk Noah tepat ke wajah Meline yang
tampak memerah menahan emosi karena
Noah seakan telah membela kakak ipar yang
tidak pernah diharapkannya itu.
"Why do you defend him.? Apa yang kakak
lakukan.? dia sudah membuat Mami kesal
hari ini.?!"
"Stop it ! Don't overreact..!!"
Geram Noah dengan tatapan tajam yang
langsung membuat Meline bungkam dan
ciut melihat reaksi Noah.
Noah berpaling pada Naya, menatap lembut
wanita itu yang menunduk menahan tangis.
"It's oke Naya.."
Ucapnya sambil kemudian dia duduk di kursinya.
"Tolong tuangkan makanan untukku, bisa kan.?"
Pinta Noah seraya menyelipkan senyum manis
dengan tak lepas menatap wajah Naya.
"Lakukan tugas kalian, apa yang kalian tunggu.!"
Perintah Noah pada semua pelayan yang tadi
membeku di tempat nya ketika melihat reaksi
Noah saat melihat apa yang di lakukan Meline
pada Naya. beberapa dari mereka segera
bergerak untuk melayani majikannya. Satu
orang melayani satu tuan rumah.
"Naya..tolong..!"
Noah kembali berpaling pada Naya yang masih
berdiri di tempat nya. Naya maju dan perlahan
mulai menuangkan jus ke dalam gelas di depan
Noah sembari pikirannya yang kini tidak fokus.
Siapa Noah sebenarnya ? baik Pak Bastian
maupun Pak Ali belum pernah menyinggung
tentang orang yang satu ini.
"Fokus Naya..Aku akan memberitahu semua
yang ingin kau ketahui."
Naya terperanjat saat mendengar suara Noah
dan menyadari kalau jus yang dituangkan nya
hampir saja meluap.
"Maaf Tuan.."
"Panggil aku Noah, aku bukan Tuan mu."
Sambar Noah dengan senyum manis nya yang
membuat Naya tersipu malu atas semua
kecerobohan dan kelalaiannya. Noah langsung
meneguk jus yang terlihat terisi penuh itu
dengan seringai senyum manis nya.
\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*
Bersambung....