Di usia yang tak dikatakan muda, Amaira Husna selalu didesak untuk segera menikah. Alih-alih berkeluh-kesah kepada sahabatnya, Reynand. Menceritakan kegalauannya tentang bagaimana cara mengambil sikap sebab orangtuanya telah mencarikan jodoh untuknya, justru dia mendapati hal yang tak pernah dia sangka.
Salahnya yang bercerita atau inilah solusi satu-satunya untuk menolak jodoh dari orangtua. Sebab Reynand datang di hari yang sama bertepatan disaat tamu orangtuanya tiba. Reynand datang mengutarakan niat untuk melamarnya.
Akankah Amaira menerima tindakan konyol Reynand, yang notabenenya berstatus sahabat dengan hubungan yang jelas tanpa dilingkupi adanya cinta.
Atau terpaksa menerima dan menganggapnya sebatas solusi yang malah berbuntut frustasi akibat keputusannya?
Tpe-
20-09-2019
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ARyanna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 10
Empat puluh lima menit perjalanan dari rumah menuju tempatku bekerja. Sebenarnya aku tadi sudah mengebut. Cuma ya itu, masalahnya terkendala macet di jalan, apalagi di jam-jam segini semua orang memulai aktivitasnya seperti halnya denganku yang hendak bekerja ada lagi yang belajar, maupun melakukan kepentingan lainnya.
Setibanya ditempat kerjaku dan sebelum memasuki pintu kantor aku merapikan sebentar blazer hitamku, karena perusahaan tempatku bekerja menuntut para karyawannya untuk berpenampilan rapi dan menarik. Aku bekerja di perusahaan property yang sangat bonafit, posisiku adalah sebagai salah satu staff Accounting.
Kuletakkan tasku di meja kerja dan segera memulai pekerjaanku, memeriksa dan melakukan verifikasi kelengkapan dokumen yang berhubungan dengan transaksi keuangan. Menginput data jurnal akuntansi ke dalam sistem yang dimiliki perusahaan. Serta membuat laporan keuangan.
Cukup lama aku bergelut dalam pekerjaanku, dan tibalah saat waktu makan siang, aku menoleh dan sedikit mengangkat wajahku untuk melewati kubikel-kubikel yang memisahkan aku dengan beberapa karyawan lain. Disamping kiriku ada Farida, dia nampak mulai beranjak berdiri serta mengajakku untuk turun ke kantin.
"Ra, ayo turun!" ajak Farida padaku.
"Ok, bentar aku save dulu file ini," jawabku, dan pandanganku kembali mengarah pada layar komputer sedang jariku sibuk mengetik pada papan keyboard. Setelah selesai segera aku beranjak dari kursi kerjaku menyusul teman-temanku yang sudah mendahuluiku menuju kantin.
Ayam Kremes kriyuk dan Ayam geprek sambel ijo menjadi menu wajib bagi sebagian karyawan kantor. Karena Rasanya yang khas dan beda dari tempat lain, jadi tak ayal menjadi menu andalan dikantorku ini.
Kini dihadapanku sudah tersaji sepaket Ayam kremes kriyuk beserta nasi sambal dan lalapan dan tak ketinggalan segelas lemon tea. Di meja yang aku tempati kini ada ketiga temanku.
"Cie yang hari ini ulang tahun," itu adalah suara Fanya .
"Makan-makan dong!" usul Dewi yang hobinya wisata kuliner.
"Maunya kemana?" tanya Farida yang sedang berulang tahun.
"Ke Mall aja sekalian shoping," sahut Eka yang datang dari arah kasir sambil membawa dua bungkus roti .
"Yah masak ke Mall kayak ABG aja, mumpung besok weekend, ayuk ah kemana gitu? Sekalian kita Refressing, biar gak stress tiap hari ngitung mulu." Sahut Fanya disertai memijat keningnya. Pusing mungkin, batinku.
"Ngitung mulu? Itu kan resiko pekerjaan kita kakak," celetuk Eka sambil nyomot satu biji bakso dari mangkuk Fanya.
"Kan juga butuh Refreshing, heran juga ya aku Harpitnas begini masih aja kerja, gak diliburkan sekalian, kan nanggung!" keluh Fanya.
"Yeee, Perusahaan gede gini kalo karyawan diliburkan, rugi pasti!" sanggah Eka
"Helah uni dua orang malah debat!" Dewi mulai menginteruksi perdebatan Fanya dan Eka.
"Hehehe, lha kalau gitu kemana ni tujuannya?" tanya Eka .
"Ada usul gak?" tanya Farida padaku.
"Gimana kalau ke Bogor, disana ada Agrowisata, perjalananya lumayan sih kurang lebih satu setengah jam dari sini kalau gak macet," jawabku berusul sambil sedikit menyesap lemon tea.
"Wah setuju tu!" sahut Eka dengan antusias.
"Boleh tu!" celetuk Dewi.
"Jam operasional bukanya sih dimulai jam delapan pagi," ucapku kemudian.
"Enaknya berangkat jam berapa nih, jangan kesiangan biar gak kena macet dijalan," ucap Farida merencanakan waktu keberangkatan dan mewanti-wanti agar perjalanan lancar.
"Habis subuh gimana?" sahut Eka dengan polosnya.
"Mau nyapu dulu apa non disana?" sela Fanya sambil menjitak kepala Eka. Memang diantara kami berlima dua orang ini yang paling absurd tingkahnya. Entah itu saling meledek, berdebat ataupun tindakan kontak fisik kayak nyubit,saling balas memukul ataupun seperti yang dilakukan tadi jitak kepala, tapi meski begitu hal tersebut masih tergolong wajar, namanya kan juga teman akrab.
"Jam enam pagi saja gimana mulai startnya, jadi kira-kira paling gak kita nanti tiba disana jam delapan-an, biar gak buru-buru gitu. Santai perjalanannya," ucap Farida berusul yang disertai perhitungan waktu.
"Setuju!" Jawabku dan yang lainnya kompak.
"Pake mobil aku saja, ntar biar aku pada jemput kalian. Tapi awas kalau aku tetiba njemput kalian-kalian ada yang belum siap, bakalan aku tinggal!" ucap Dewi disertai dengan ancaman.
"Ingat tu Ka, yang sering telat bangun pas weekend, kalau belum siap kita tinggal!" seru Fanya mengingatkan Eka.
"Gak dong. Aku bakal pasang alarm dan nanti aku nunggu di halte aja biar Mbak Dewi gak usah masuk gang," terang Eka.
Dari kita berlima memang Eka ini yang sedikit bersifat lugu, jadi tak ayal dia yang sering di candain oleh teman-teman.
Dan itulah sekelumit percakapan dan rencana pada siang hari ini.
Pukul 13.00 sudah menunjukkan waktunya kembali bekerja. Saatnya kembali berkutat pada pekerja.
To be Continue
