NovelToon NovelToon
Cek Khodam Online

Cek Khodam Online

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Mata Batin / Hantu
Popularitas:720
Nilai: 5
Nama Author: ef f

gara-gara nonton cek khodam online yang lagi viral membuat Deni tertarik untuk mengikutinya. Ia melakukan segala macam ritual untuk mendapatkan khodam nya. Bukannya berhasil Deni justru diikuti setan berdaster, tapi sayang wujudnya kurang keren

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ef f, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9

Deni segera memacu sepeda motornya dengan kecepatan tinggi, seiring dengan wajah mbok yem yang semakin jelas di pelupuk mata. Wanita itu sudah dianggap keluarga sendiri. Maka saat mendengar mbok yem sekarat, perasannya terus terdorong untuk melihat keadaannya.

Setelah tiba di depan rumah, pandangan nya segera tertuju pada puluhan warga yang memenuhi rumah tersebut. Tanpa lama ia segera turun dari kendaraan dan berlari menyibak kerumunan.

"Mboookk!!"

Deni duduk bersimpuh di depan amben, tangisan seketika pecah, ia meraung se jadi-jadinya usai melihat kain yang terbujur memanjang.

"Mbok, kenapa njenengan bisa seperti ini? Bukannya semalem masih sehat?" Deni merintih berdialog pada dirinya sendiri yang belum menerima kepergian simbok.

"Deni minta maaf mbok, dulu sering ngerepotin njenengan, Deni sering ngompolin njenengan, sering nyolong beras buat beli petasan. Maafkan kenakalan Deni mbok." di tengah momen yang dramatis itu, seorang warga menepuk pundak Deni.

"Mas? Mas Deni?" panggil warga tersebut.

"Tunggu ya pak, jangan buru-buru dimakamkan, beri saya waktu sebentar."

"Mas?"

"Sebentar pak." ujar Deni sedikit membentak

"Maaf mas, itu cuma guling, bukan mbok yem. Mbok yem sedang beristirahat di dalam kamar." bapak-bapak itu berujar sambil menyibak kain hingga membuat Deni berjingkat dan menghapus air mata karena malu. Sementara orang-orang yang melihat Deni hanya tertawa cekikikan.

"Ck! Kenapa gak bilang dari tadi sih pak." gerutu Deni sambil masuk ke kamar mencari mbok yem.

Ucapan bapak itu benar, ternyata mbok yem sedang beristirahat ditemani oleh Sulastri. Nafasnya tercekat dengan bola mata yang terus melotot keatas.

"Istighfar mbok, istighfar." bisik Sulastri di telinga mbok yem.

"Bu, apa yang terjadi dengan mbok yem?"

"Ibu juga kurang tau Den, tadi ibu datang ke sini karena mau beli jamu, tapi, kondisi mbok yem udah begini di ruangan depan." terang Sulastri

Deni menatap nanar, perasannya tak karuan, kondisi mbok yem benar-benar memilukan, tubuhnya penuh luka memar sedangkan lehernya terdapat beberapa luka cakaran.

Sesaat kemudian, bibir mbok yem nampak mengatup seakan hendak mengeluarkan suara tapi nampak kesulitan.

"O-ojo!" pekik mbok yem dengan tercekat.

"Ojo? Emangnya simbok liat apa? Bilang sama Deni mbok!" balas Deni cepat.

"O-ojo!!" Ucap mbok yem kembali.

"Ya, jangan mau mbok, jangan mau diajak mereka."

"Maksudku, kaki ku ojo ditindihi, abot." sambung mbok yem yang ternyata kakinya tertimpa Deni.

"Oh, ma-maaf mbok, aku gak sengaja."

...****************...

Waktu terus berjalan, akan tetapi kondisi mbok yem belum menunjukkan perubahan. Beberapa warga berinisiatif untuk membawa ke rumah sakit. Tapi ditolak karna sudah rua, umurnya tidak akan lama lagi.

"Mbok, apa simbok mau minta saya menghubungi Ratih?" tawar Sulastri

"T-tidak perlu. Ratih tidak perlu tau keadaanku."

"Apa maksudnya tidak perlu mbok? Ratih anak simbok, apa sebelum dia pulang, simbok sempat bertengkar?" mbok yem tak menyahut, tapi raut wajahnya menunjukkan rasa takut.

"Tri, aku mau berpesan kepadamu dan warga desa."

"Apa mbok?"

"Hati-hati, ono Sumolo." bisik mbok yem lirih.

"Sontak saja Deni yang mendengar terkejut, ia menelan ludah kasar sebab itu sama persis seperti yang ia dengar dari radio.

"Sumolo? Apa maksud njenengan mbok?"

"A-anak iblis." balas mbok yem kembali.

"Siapa anak iblis itu mbok?"

Ketika Deni hendak bertanya lagi, mbok yem sudah menutup mata. Detak jantungnya udah tiada, dan telah dinyatakan meninggal dunia.

Kabar duka atas kepergian mbok yem dengan cepat tersiar di penjuru kampung. Para pelayat berdatangan hendak mengantar ke peristirahatan terakhir.

Di saat yang sama, Sulastri juga menghubungi Ratih, ia mengabarkan jika keluarga satu-satunya telah meninggal hingga malam itu juga Ratih dan keluarganya balik ke kampung halaman.

Isak tangis pecah saat Ratih tiba dan segera menghambur memeluk jasad ibunya, ia tak menyangka semua terjadi secepat ini.

"Apa yang terjadi sama simbok mbak? Kenapa simbok bisa meninggal?" tanya Ratih pada Sulastri

"Jadi, kamu juga gak tau dengan keadaan simbok mu?" Ratih menggeleng cepat sambil menyeka air matanya

"Saya tidak tahu mbak, semalam setelah mbak Lastri kesini, keesokan harinya aku langsung pamit kembali ke kota, karena suamiku ada kerjaan yang gak bisa ditinggal. Aku juga gak melihat tanda-tanda simbok sakit, jadi aku gak punya firasat apa-apa." ujar Ratih menjelaskan

Dengan penuh kepedulian, Sulastri memeluk Ratih. Tentu ia merasakan hal yang sama yang dirasakan Ratih.

Usai dimandikan dan di sholatkan, para warga segera mengantar almarhum menuju pemakaman umum. Prosesi berjalan dengan hidmat. Akan tetapi, satu persatu warga menatap aneh tingkah Sukma, anak bungsu Ratih.

Gadis itu nampak berbicara sendirian, bahkan setelah proses pemakaman usai, ia duduk sambil melahap bunga mawar yang bertaburan ditengah pusara. Tak sampai itu saja, ketika acara tahlilan hari pertama, bocah itu berlarian di halaman rumah ambil tertawa riang.

"Embah ayo kejar Sukma."

Suara bocah itu keras dan jelas terdengar, membuat warga bergidik ketakutan.

"Nduk, sini masuk, kita tahlilan mendoakan simbah." panggil Ratih yang tersadar anaknya jadi pusat perhatian.

"Nggak mau! Sukma mau main sama Embah!" Sukma menolak, bahkan jawabannya mengejutkan.

"Mbah sudah meninggal!"

"Mbak belum meninggal ! Embah lagi main pocong pocongan sama Sukma!" jawabnya, membuat para pelayat memandang satu sama lain, tak terkecuali Deni.

"Ibu bilang masuk!"

"Nggak mau!"

Aksi tarik ulur sempat terjadi hingga kegaduhan itu membuat Sulastri datang menengahi.

"Kalau Sukma gak mau masuk biarkan aja, konon katanya, orang yang meninggal belum genap 7 hari memang masih berasa di sekitar kita" ucap Sulastri menenangkan Ratih yang resah dengan perangai anaknya.

1
Ikhsan Adriansya
lanjut kk
Ikhsan Adriansya
astoge/Joyful/
Ikhsan Adriansya
bagus
Slemkleseman
semoga menghibur
Slemkleseman: update tiap hari ya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!