NovelToon NovelToon
Hamil Anak Sang Pewaris

Hamil Anak Sang Pewaris

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / One Night Stand / Hamil di luar nikah / Pernikahan Kilat / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: bgreen

Laura Clarke tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah drastis. Pertemuannya dengan Kody Cappo, pewaris tunggal kerajaan bisnis CAPPO CORP, membawanya ke dalam dunia yang penuh kemewahan dan intrik. Namun, konsekuensi dari malam yang tak terlupakan itu lebih besar dari yang ia bayangkan: ia mengandung anak sang pewaris. Terjebak di antara cinta dan kewajiban.

"kau pikir, aku akan membiarkanmu begitu saja di saat kau sedang mengandung anakku?"

"[Aku] bisa menjaga diriku dan bayi ini."

"Mari kita menikah?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bgreen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

pertemuan tak terduga

Aunty Celia sudah siap. Gaun ungu yang indah, berkilauan seperti permata di bawah lampu, membalut tubuhnya dengan sempurna.

Kainnya tampak mahal dan mewah, memancarkan aura elegan yang memukau.

Aroma parfumChannel No. 5 yang lembut menguar di sekelilingnya saat ia melangkah anggun menuju dapur.

Di sana, Laura masih berkutat dengan sisa-sisa cucian. Tangannya yang kecil tampak letih, namun gerakannya tetap cekatan.

"Laura, kenapa kau masih di sini? Kau belum berganti pakaian?" tanya Aunty Celia, suaranya lembut namun tegas.

Laura terkejut dan menoleh, wajahnya yang polos tampak ragu. "Aah... aunty. Aku akan di dapur saja," jawabnya lirih, mencoba menyembunyikan kegugupannya.

"Tidak bisa. Kau juga harus menghadiri pesta. Tugas di dapur sudah selesai dan akan dilanjutkan oleh pelayan lain. Jadi, segera ganti pakaianmu," ucap Aunty Celia, menggenggam tangan Laura dengan hangat.

Tiba-tiba, Grace muncul di ambang pintu dapur. Suara mereka menarik perhatiannya. Ia mengenakan gaun pesta sederhana berwarna krem yang memancarkan keanggunan alami.

"Ada apa, Celia?" tanya Grace, matanya menatap Laura dengan penuh perhatian. Ia melihat Laura yang masih mengenakan pakaian kerjanya, wajahnya tampak lesu.

"Kau belum mengganti pakaianmu, Laura," ucap Grace lembut.

Laura menunduk, bahunya merosot. "Bisakah aku di dapur saja, aunty?" pintanya, berharap ada sedikit keringanan dari Aunty Grace.

"Tidak bisa, sayang. Sudah ada pelayan lain yang bertugas di dapur. Laura, ikut aku. Aku akan memberikanmu gaun pesta yang cocok untukmu," ucap Celia, lalu menarik pelan tangan Laura, membimbingnya menuju kamar.

Grace hanya tersenyum dan mengangguk menyemangati Laura. Ia tahu betul betapa Laura selalu menutup diri dari dunia luar.

Namun, Celia yang keras kepala dan penuh semangat tidak akan menyerah begitu saja.

Laura hanya bisa pasrah mengikuti langkah Celia, hatinya berdebar-debar tak karuan. Ia tidak tahu apa yang menantinya di pesta nanti, namun ia merasa sedikit lega karena ada Celia dan Grace yang selalu mendukungnya.

*

Celia tersenyum puas melihat Laura mengenakan gaun kuning mewah pilihannya. Gaun itu memperlihatkan lekuk tubuh Laura dengan elegan, belahan dadanya yang rendah namun tidak vulgar, serta punggungnya yang terbuka hingga pinggang, memancarkan pesona yang selama ini tersembunyi. Laura tampak begitu cantik dan berbeda dari penampilannya sehari-hari yang sederhana.

"Kau terlihat sangat cantik, sayang," ucap Celia tulus. Dengan lembut, ia membantu Laura merias wajahnya dengan make-up tipis yang menonjolkan kecantikan alaminya.

"Apakah tidak terlalu terbuka, aunty?" tanya Laura ragu, merasa tidak nyaman dengan gaun yang terlalu terbuka.

"Tentu saja tidak, sayang. Kau masih muda, dan pakaian seperti ini sudah biasa dipakai wanita muda sepertimu. Percayalah, kau terlihat memukau," jawab Celia, meyakinkan Laura dengan senyum hangat.

Ceklek...

"Mom!" seru seorang wanita dari ambang pintu kamar Celia. Suaranya ceria, menandakan kedatangannya dengan semangat.

"Sayang, mommy di dalam, masuklah," sahut Celia, mendengar suara putrinya yang sepertinya baru tiba.

"Mom!" sapa wanita cantik itu saat melihat ibunya. Ia segera memeluk dan mencium pipi Celia dengan sayang.

"Kau datang sendiri?" tanya Celia, mengerutkan kening.

"Tentu saja, aku datang dengan dua kakakku yang tak laku itu," jawab Connie, menggoda kedua kakaknya dengan nada bercanda.

"Jangan mengatakan seperti itu kepada kedua kakakmu. Kenalkan, ini Laura, ia membantu Aunty Grace di restoran. Laura, ini putriku, Connie," ucap Celia, memperkenalkan Laura kepada putrinya.

"Hai Laura, senang bertemu denganmu," sapa Connie ramah, mengulurkan tangannya.

"Hai nona, senang juga bertemu denganmu," jawab Laura, sedikit gugup, lalu menjabat tangan Connie.

"Panggil saja aku Connie, Laura," ucap Connie dengan akrab, membuat Laura merasa lebih nyaman.

"Jangan bilang, mommy ingin menjodohkan Laura kepada dua pria tua tak laku itu," celetuk Connie, matanya berbinar jahil.

"Husst.... jangan mengatakan kedua kakakmu pria tua, Connie. Mommy cuma akan mengenalkan mereka. Keputusan ada di Laura," sanggah Celia, meskipun ada sedikit nada menggoda dalam suaranya.

"Ya... Berhati-hatilah, Laura. Mereka berdua playboy sejati," bisik Connie, membuat Laura tersenyum geli.

Plak... Celia memukul pelan punggung Connie yang berbicara blak-blakan tentang kedua kakak laki-lakinya.

"Aauww mom. Sakit?" rengek Connie manja, mengusap punggungnya yang dipukul Celia.

"Jangan dengarkan Connie, Laura. Dia selalu asal bicara kalau soal kakaknya," ucap Celia, menggelengkan kepalanya.

Tak lama kemudian, suara ketukan dari pintu terdengar, "Celia, kalian sudah selesai? Tamu sudah datang. Acara akan dimulai," ucap Grace dari balik pintu.

"Ya Grace, kami keluar sekarang," jawab Celia dari dalam kamar.

"Ayo, kita keluar," ajak Celia kepada Connie dan Laura, menggandeng kedua wanita muda itu menuju pintu.

*

Mereka berjalan menuju tempat pesta diadakan. Laura memilih pintu samping, di mana ia melihat Aunty Grace dan Fia sudah sibuk mengoordinasikan makanan dan minuman yang akan disajikan untuk acara pembukaan pesta. Suara denting gelas dan riuh percakapan mulai terdengar, menciptakan suasana yang meriah namun sedikit menegangkan bagi Laura.

"Kau terlihat sangat cantik, Laura!" seru Fia, terkejut dengan penampilan Laura yang berbeda dari biasanya. Matanya berbinar kagum melihat Laura dalam balutan gaun kuning yang mempesona.

"Thanks, Fia. Kau juga sangat cantik," balas Laura, tersenyum tulus. Ia merasa sedikit lebih percaya diri dengan pujian Fia.

Laura kembali membantu Fia menyusun dessert di meja, memastikan setiap kue dan buah tertata rapi agar para tamu yang hadir bisa menikmatinya dengan nyaman. Aroma manis dari kue-kue itu menggelitik hidungnya, membuatnya sedikit lapar.

Namun, dari sudut lain ruangan pesta, seorang pria dengan tatapan tajam terus memandangi Laura yang sedang sibuk dengan pekerjaannya. Sorot matanya seolah menembus kerumunan, terpaku pada sosok Laura yang anggun dan memikat.

"Siapa yang kau lihat dari tadi, Kody?" tanya Marco, sang paman, menyadari perubahan sikap keponakannya. Ia mengikuti arah pandang Kody dan melihat Laura dengan fokus menyusun dessert di meja.

"Tidak ada, uncle," jawab Kody, berusaha mengalihkan pandangannya ke pamannya dan saudara-saudaranya yang sedang berbincang soal bisnis mereka. Namun, pikirannya tetap tertuju pada wanita bergaun kuning itu.

"Laura. Wanita dengan gaun kuning itu. Ia bekerja dengan Aunty Grace dan baru beberapa bulan berada di kota ini," ucap Marco, seolah membaca pikiran Kody.

"Laura," batin Kody, nama itu terngiang di benaknya.

Celia, yang baru menghampiri suaminya, mendengar percakapan mereka sekilas dan menangkap nama Laura. Senyum licik terukir di bibirnya.

"Ada apa, honey?" tanya Celia pada suaminya, Marco, dengan nada menggoda.

"Sepertinya keponakan kesayanganmu, Kody, tertarik dengan Laura," ucap Marco santai, sambil menyesap minumannya.

"Benarkah? Bagus. Aunty akan mengenalkanmu padanya, Kody," ucap Celia semangat, matanya berbinar-binar merencanakan sesuatu.

"Apa yang kalian bicarakan sepertinya serius sekali?" ucap Hugo, yang baru datang menghampiri kedua orang tuanya dan juga Kody.

"Mommy ingin mengenalkan Kody dengan Laura. Wanita yang bekerja dengan Aunty Grace," jelas Celia, menatap Hugo dengan tatapan menggoda.

"Laura? Apa dia cantik?" tanya Hugo, dengan nada tertarik.

"Plak... Kau mulai lagi. Cepatlah menikah. Mommy sudah pengen punya cucu," ucap Celia sedikit kesal dengan gaya tengil putranya.

"Kalau begitu nikahkan langsung Kody dengan Laura. Agar mereka memberi mommy cucu," celetuk Hugo tengil, membuat semua orang tertawa.

"Ck... Celia menjewer telinga Hugo yang bicara seenaknya.

"Aaauwww, Mom sakit," ucap Hugo berpura-pura kesakitan, mengusap telinganya yang dijewer Celia.

"Sudah, sudah, hentikan. Ayo sayang, kita mulai acaranya," ucap Marco, lalu menggandeng tangan istrinya ke panggung yang sudah tersedia. Lampu sorot mulai menyorot panggung, menandakan acara akan segera dimulai.

*

Acara pun dimulai dengan meriah. Uncle Marco dan Aunty Celia, pasangan yang sudah tidak muda lagi, tampak bahagia dan serasi di acara tersebut. Musik mengalun lembut, lampu-lampu berkilauan, dan para tamu berdansa dengan riang, menciptakan suasana pesta yang sempurna.

Dari sudut ruangan, Laura mengamati kemesraan Uncle Marco dan Aunty Celia yang begitu harmonis dan romantis. Ia melihat bagaimana keduanya saling bertukar pandang penuh cinta, berpegangan tangan erat, dan tertawa bersama.

Laura tersenyum tipis melihat kebahagiaan di pesta itu. Ia berharap suatu saat ia juga akan menemukan pasangan yang tepat dan hidup bahagia seperti Uncle Marco dan Aunty Celia. Kehidupan yang penuh cinta, tawa, dan kebersamaan adalah impiannya sejak lama.

Namun, senyum bahagianya tiba-tiba memudar saat ia tak sengaja berpapasan mata dengan seorang pria yang sangat ia kenal dan paling ingin ia hindari dalam hidupnya. Jantungnya berdegup kencang, napasnya tercekat, dan tubuhnya membeku di tempat.

Pria itu, pria yang merenggut kesuciannya, saat ini berada di pesta yang sama dengannya. Tatapan mata mereka bertemu dan saling memandang dengan perasaan masing-masing. Laura merasakan campuran antara ketakutan, kemarahan, dan kesedihan yang mendalam.

Pria itu menatap Laura dengan tatapan yang sulit diartikan, seolah ingin mengatakan sesuatu. Laura berusaha memalingkan wajahnya, namun ia tidak bisa melepaskan pandangannya dari pria itu.

Suasana pesta yang tadinya meriah tiba-tiba terasa sunyi dan mencekam bagi Laura. Ia merasa seperti terperangkap dalam mimpi buruk yang tidak berujung. Masa lalu yang kelam kembali menghantuinya, mengancam untuk menghancurkan kehidupannya yang baru.

Eropa

Asia

1
Lucyana H
visulnya lebih suka yg asia,
aurel
hai Thor aku sudah mampir jangan lupa mampir juga di karya aku " istri ku adalah kakak ipar ku "
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!