Perempuan yang sangat menyukai anak kecil yang dibesarkan di panti asuhan lalu mendapat pekerjaan sebagai pengasuh dan guru les untuk anak laki-laki berumur 5 tahun. Namun tidak disangka, ia menemukan jodohnya yang tidak lain om dari anak tersebut. Berawal dari rasa jengkel lalu menjadi cinta .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fega Meilyana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hanna menerima perjodohan
Keesokan harinya..
Hanna diminta bu Ratna pulang setelah antar Raka ke sekolah. Bu Ratna berniat untuk berbicara kepada Hanna tentang perjodohan untuk Adit.
Tidak lama kemudian Hanna pulang, baru hendak ingin berbicara namun hp Bu Ratna berdering.
Kring
Kring
Kring
"Halo assalamu'alaikum mah"
"Wa'alaikum salam Raka, ada apa nak?"
"File aku ketinggalan dirumah, itu penting karna aku harus meeting 1 jam lagi dan aku juga tidak bisa pulang pasti jam segini macet mah, apa aku boleh minta tolong?".
"Yaudah nanti uma suruh Hanna bawakan ya kesana, pasti lebih cepat kalau dia yang bawakan".
"Terimakasih mah. Oh iya itu ada di meja kerja aku dikamar, warna biru filenya ya mah".
Tut tut tut
Panggilan berakhir.
"Hanna, saya minta tolong ambilkan file di kamar Arka ya warna biru, nanti kamu antarkan ke kantor, kalau Arka pulang lagi pasti akan memakan waktu yang lama. Maaf ya saya merepotkan"
"Tidak apa-apa bu, nanti saya naik ojek aja".
Sesampainya Hanna dikantor Arka, ia benar-benar terkesima dengan gedung kantor tersebut. Gedung yang menjulang tinggi, membelah langit biru dengan puncaknya yang berkilauan. Kaca-kaca di seluruh fasadnya memantulkan cahaya matahari, menciptakan efek visual yang memukau. Lobi yang luas dan mewah menyambut siapa saja yang masuk dengan lantai marmer yang mengkilap. Benar-benar percect!
Lalu Hanna pergi ke resepsionis.
"Permisi mbak, apa saya bisa ke ruangan Pak Arka, saya hanya ingin memberikan file ini langsung".
"Apa sudah ada janji bu"
"Sudah mbak"
"Baik tunggu sebentar ya, saya konfirmasi dulu ke sekretarisnya".
Tak lama kemudian, Hanna diminta langsung ke atas tempat CEO berada. Ia langsung naik lift. Tibalah saat itu dia berapa dia depan ruangan CEO itu.
"Sebenarnya malas banget harus ketemu dia, tapi mana bisa nolak kalau bu Ratna yang meminta". Hanna menghela nafas
Tok
Tok
TokTok
"Permisi"
"Ya silahkan masuk!"
"Maaf Pak Arka, tadi Bu Ratna menyuruh saya antarkan file ini untuk bapak".
"Iya baiklah, taro aja disitu".
"Yaudah pak, saya permisi dulu".
"Tunggu".
"Iya pak, ada yang bisa saya bantu lagi?".
"Kamu disini saja selama saya meeting, ada hal yang harus saya bicarakan ke kamu".
"Sekarang aja pak, nanti saya telat jemput Raka dan Bu Ratna minta saya untuk segera pulang".
"Raka sudah dijemput kak Adit. Jadi tetaplah disini, jangan coba untuk pergi diam-diam".
"Bba-baik pak".
"Hahaha akhirnya aku bisa mengerjai dia nanti".
Sudah 2 jam Hanna menunggu Arka meeting namun tak kunjung datang juga, sudah jam 11.30 sebentar lagi waktu makan siang dan ia sudah lapar. Lamanya menunggu membuat dia bosan dan tidak kuat menahan kantuknya dan tau tau Hanna sudah tidur di meja kantor Arka.
Ceklek
"Loh dia tidur, haha pasti dia kelamaan nunggunya. Kalau diperhatikan dia memang sangat cantik. Tidak make up saja sudah cantik begini"
Pelan-pelan Arka mengusap anak rambut Hanna ke belakang karna menutupi wajahnya namun itu membuat Hanna terbangun.
Arka yang sedang fokus melihat Hanna tidur pun tidak sadar bahwa gadis di depannya sudah bangun.
"Bapak ngapain? Pak Arka jangan macam-macam yah!"
"Saya itu mau membangunkan kamu yang daritadi tidur pulas! Gak minat saya ngapa-ngapain kamu".
Sebenarnya Arka grogi tapi dia menunjukkan sikap coolnya agar Hanna tidak curiga.
"Yaudah cepat Pak Arka ingin bicara apa tadi? Saya harus pulang".
"Hem saya jadi lupa"
Hanna menghela nafasnya dengan kasar. "Saya sudah nunggu 2 jam lebih dan sampai ketiduran tapi Pak Arka malah lupa. Tau gitu saya pulang saja, 2 jam itu bisa buat saya jemput Raka, bisa baca buku, dan bantu bu Ra...."
"Sssttt". Arka menaruh jarinya di bibir Hanna membuat Hanna langsung terdiam.
"Bawel sekali kamu. Sudah waktunya makan siang, ayo temani saya makan siang!".
"Tidak mau"
"Ingat, kamu masih punya utang sama saya, mau hutang kamu saya bungain?".
"Dosa apa aku ini ya Allah harus berurusan dengan dia". Ucap Hanna yang benar-benar merasa frustasi.
Sesampainya mereka di cafe, mereka langsung memesan dan tidak lama kemudian makanannya pun datang..
"Makan aja, saya terakhir sebagai ucapan maaf saya kamu sudah menunggu lama"
"Yakin pak? Bukan termasuk utang saya kan? Daripada bapak mentraktir saya mendingan utang saya lunas aja pak biar saya tidak ada beban".
"Enak aja! Tidak ada negosiasi. Cepat habiskan langsung kita pulang".
Hanna dan Arka akhirnya tiba dirumah. Arka langsung ke kamarnya sedangkan Hanna mencari bu Ratna ingin meminta maaf bahwa ia sudah pulang telat.
"Bu Ratna, maaf ya saya telat pulangnya, tadi Pak Arka..."
Belum melanjutkan penjelasannya, Bu Ratna sudah tau karena Arka sudah memberi tau mamanya bahwa mereka ada urusan kerjaan mendadak.
"Iya tidak apa apa nak, saya malah senang kamu mau belajar soal bisnis, anggap saja seperti kuliah ya".
"Kok Pak Arka bohong sih". Hanna menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Hanna melihat tangan Bu Ratna terluka seperti teriris pisau..
"Bu tangannya kenapa?"
"Oh ini tidak sengaja ke iris pisau sedikit".
"Ya ampun, yaudah bu biar saya aja yang masak"
"Kamu bisa masak?"
"Bisa dikit dikit kok bu, dulu almarhum mama saya suka sekali memasak hehe jadi saya tau bumbu-bumbu dan lainnya hehe".
"Tapi apa saya tidak merepotkan?"
"Tidak sama sekali, malah harusnya saya yang bantu-bantu kan saya yang kerja disini bu tapi Bu Ratna selalu terjun langsung ke dapur".
"Saya itu tidak bisa diam orangnya Han, urusan memasak itu tuh udah jadi candu, di dapur itu udah jadi mood buat saya. Yaudah kamu masak saja ya, semua bahan sudah ada".
"Baik bu"
Akhirnya Hanna memasak dengan banyak menu yang sudah tersedia. Jam sudah menunjukkan pukul 18.30, ia akhirnya kembali ke kamar untuk membersihkan diri lalu solat maghrib.
Sudah waktunya untuk makan malam, semua keluarga Narendra pun datang ke meja makan.
Tidak ada yang tau kalau yang masak itu Hanna, hanya bu Ratna dan mbok Darmi saja yang tau.
Bu Ratna pun terkejut melihat banyak menu yang dihidangkan, semua masakannya masing-masing satu makanan favorit mereka semua. Hanna tau karena bertanya dengan mbok Darmi apa saja makanan kesukaan keluarga Narendra.
"Wah mama masak banyak sekali, ada acara apa sih mah? Mana ini semua makanan kesukaan kita semua lagi. Ada soto ayam!". Arka benar-benar terkesima melihat makanan di depannya, tanpa menghiraukan yang lain Arka langsung menyantap soto ayam tersebut, ia merasakan begitu lezat soto ayamnya ditambah memang dia sudah sangat lapar.
"Wah ada spageti, ini kesukaan Raka".
"Ratna ada apa kamu masak sebanyak ini? Mana enak enak lagi".
Semua orang menyantap makanannya dengan lahap. Bu Ratna sengaja tidak memberi tau dulu bahwa bukan ia yang memasak semuanya.
"Alhamdulillah aku kenyang mah, ini mama yang masak? Mama pakai resep baru? Lebih enak dari biasanya mama masak?.
"Ini juga kentang ati baladonya juga enak banget Ratna, kamu semakin pandai memasak".
"Siapa dulu dong suaminya, Hanung gitu loh". Hanung tersenyum bangga.
"Kalian sudah memuji mamanya?".
"Mama emang pantas dipuji kan". Adit juga kekenyangan karna sudah lama ia tidak makan masakan mamanya.
"Harusnya pujian itu untuk Hanna".
Uhuk uhuk, semua orang tentu terkejut mendengar ucapan mamanya. "Mma-maksud mama apa?".
"Karena Hanna yang memasak semuanya". "Mama jadi cemburu sama Hanna, kayanya mama punya saingan deh". Sambung Bu Ratna
Hanna hanya bisa menahan senyumnya "tidak kok bu, mungkin kalau tau saya yang masak, Pak Arka dan pak Adit tidak akan memuji seperti tadi".
"Tidak ada yang kurang dalam diri dia, begitu sempurna".
"Jadi Adit apakah Hanna cocok dijadikan istri kamu? Sudah cocok dengan Raka, masakannya juga tidak kalah enak dengan masakan mama".
Uhuk uhuk uhuk, kali ini Hanna yang terkejut.
"Bu saya masak semua ini hanya berniat untuk membantu ibu saja tadi, bukan karena saya cari perhatian, saya takut Pak Adit risih".
"Tidak Han, emang kami sudah sepakat ingin menjadikan kamu sebagai menantu. Gimana Adit?".
"Adit gimana baik kalian aja, kalau Hanna mau ya alhamdulillah, kalau tidak tolong jangan dipaksa".
"Bagaimana keputusan kamu nak?"
"Aduh gimana ini, aku harus jawab apa, memang sih aku mengagumi Pak Adit tapi hanya sebatas itu, tapi aku sudah janji kepada diri sendiri bahwa aku akan menjaga Raka".
"Ssaa-saya mau kok bu".
"Alhamdulillah". Semua merasa lega mendengar ucapan Hanna, tapi tidak dengan Arka. Adit sedari tadi melirik Arka yang tampak tidak suka atas perjodohan ini.
"Tapi saya boleh punya satu permintaan?"
"Silahkan nak"
"Saya mau asalkan Raka yang meminta secara naluri dia aja pak, bukan karna hal lain. Naluri seorang anak yang yakin bahwa saya pantas menjadi ibu sambungnya".
"Raka kan sangat dekat dengan kamu Han, sudah pasti ia setuju".
"Bukan begitu eyang, saya dan Raka memang sangat dekat tapi yang saya lihat, Raka hanya menganggap saya sebagai kakaknya saka".
"Yasudah tidak apa, yang penting sekarang kalian pendekatan aja dulu".
Sejujurnya Hanna pun merasa tidak enak, tapi bayang-bayang kebaikan wanita itu yang tidak lain adalah mamanya raka membuat dia memilih mengiyakan permintaan keluarga Narendra.